BerandaUlumul QuranKritik Fadl Hasan ‘Abbās terhadap Orientalis Terkait Macam-macam Wahyu

Kritik Fadl Hasan ‘Abbās terhadap Orientalis Terkait Macam-macam Wahyu

Menurut orientalis, Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan beberapa cara yang disebutkan dalam Alquran, yaitu: Allah berbicara kepada Muhammad dengan cara ilham, dari balik tabir, atau melalui perantara berupa malaikat. Oleh karena itu, kata “wahyu” digunakan untuk menunjukkan pemberian ilham dari Allah kepada rasul-Nya, serupa dengan para nabi sebelumnya yang juga menerima wahyu. Selain itu, istilah Alquran sering kali digunakan dengan frasa bahwa Alquran “diturunkan” kepada Rasulullah, yang menunjukkan bentuk imajinasi tertentu tanpa adanya gambar konkret yang menyertai proses tersebut.”

Baca Juga: Skenario Tuhan di Balik Pewahyuan Alquran

Kritik Fadl Hasan ‘Abbās terhadap Orientalis tentang macam-macam wahyu:

Pernyataan orientalis bahwa Allah berbicara kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara ilham, dari balik tabir, atau melalui perantaraan seorang rasul. Ini adalah problem yang membutuhkan penjelasan untuk menunjukkan kebenaran. Menurut Fadl Hasan ‘Abbās Orientalis salah menafsirkan ayat Alquran:

۞ وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ اَنْ يُّكَلِّمَهُ اللّٰهُ اِلَّا وَحْيًا اَوْ مِنْ وَّرَاۤئِ حِجَابٍ اَوْ يُرْسِلَ رَسُوْلًا فَيُوْحِيَ بِاِذْنِهٖ مَا يَشَاۤءُۗ اِنَّهٗ عَلِيٌّ حَكِيْمٌ ۝٥١

“Dan tidaklah pantas bagi seorang manusia bahwa Allah berbicara kepadanya kecuali melalui wahyu, atau dari balik tabir, atau dengan mengutus seorang rasul yang kemudian mewahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Syūrā: 51).

Tafsir ayat ini menurut Fadl Hasan ‘Abbās (Qadhaya Qur’aniyah, 173):

Allah SWT menjelaskan bahwa Dia menyampaikan wahyu kepada para nabi-Nya dan menyampaikan risalah-Nya kepada para rasul dengan salah satu dari tiga cara berikut:

Cara pertama: Melalui wahyu langsung, yang dimaksud di sini adalah Allah meletakkan dalam hati Nabi yang dipilih-Nya apa yang Dia kehendaki berupa hukum-hukum dan makna-makna.

Cara kedua: Allah berbicara kepada rasul yang diutus-Nya dari balik hijab (tabir). Dalam cara ini, nabi yang diutus mendengar suara tanpa melihat pemilik suara tersebut. Nabi tersebut mendengar firman Allah dari balik gunung, pohon, atau benda lainnya. Inilah yang terjadi pada Nabi Musa AS. Oleh karena itu, Musa disebut sebagai “Kalimullah” (yang diajak bicara oleh Allah). Dalam Alquran disebutkan: wakallamallahu mūsā taklīmā. “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (QS. Al-Nisa: 164).

Cara ketiga: Cara ini paling umum, yaitu Allah mengutus malaikat yang menyampaikan wahyu dengan izin-Nya kepada nabi tersebut.”

Baca Juga: Agen dalam Mekanisme Pewahyuan Al-Quran: Tuhan, Jibril ataukah Keduanya?

Letak kesalahan dari pemahaman Orientalis terhadap ayat tersebut adalah klaim bahwa ayat tersebut khusus untuk Rasulullah SAW saja, dan bahwa tiga jenis wahyu yang disebutkan dalam ayat tersebut hanya dimaksudkan untuk Nabi saja. Namun, kenyataannya tidak demikian. Ayat tersebut menyatakan: wa mā kāna li basyarin an yukallimahuAllahu illā wahyan aw minwwarāi hijābin aw yursila rasūlan. Ini berarti bahwa setiap manusia yang diutus oleh Allah menerima wahyu ilahi melalui salah satu dari tiga cara ini.

Adapun cara yang digunakan untuk menurunkan Alquran yaitu menggunakan cara ketiga (seluruhnya melalui perantaraan malaikat). Allah berfirman:

وَاِنَّهٗ لَتَنْزِيْلُ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۗ ۝نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْاَمِيْنُۙ ۝

“Dan sesungguhnya Alquran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ruhul Amin (Jibril).” (QS. Asy-Syu’ara: 192-193).

Dalam ayat lain, Allah berfirman:

قُلْ نَزَّلَهٗ رُوْحُ الْقُدُسِ مِنْ رَّبِّكَ بِالْحَقِّ ..۝

“Katakanlah, Ruhul Qudus menurunkannya (Alquran) dari Tuhanmu dengan benar..(QS. Al-Nahl: 102).

Dan dalam ayat lain:

قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَاِنَّهٗ نَزَّلَهٗ عَلٰى قَلْبِكَ …

“Katakanlah, barang siapa menjadi musuh Jibril, maka (ketahuilah) sesungguhnya Jibril itu telah menurunkannya (Alquran) ke dalam hatimu.” (QS. Al-Baqarah: 97).

Menurut Fadl Hasan ‘Abbās ayat-ayat serupa dengan ayat-ayat tersebut masih banyak. Ayat-ayat tersebut sudah bisa dijadikan bukti bahwa Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril saja tidak dengan cara lainnya.

Lantas, bagaimana menurut ulama tafsir lainnya? Apakah sama dengan penjelasan Fadl Hasan ‘Abbās atau justru sama dengan penjelasan orientalis? Berikut penjelasannya:

Melihat pernyataan al-Thabarī tentang maksud dari Melalui wahyu langsung, Dari balik tabir, Melalui utusan (malaikat) tidak ada teks yang mengindikasikan bahwa ketiga wahyu itu khusus pada Nabi Muhammad. (Al-Thabari, Jāmi’ al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur’ān, Jilid (11:162.))

Hal serupa juga dijelaskan oleh Ibnu ‘Asyūr dalam kitabnya al-Tahrīr wa al-Tanwīr. Begitupun dengan penjelasan dari Muhammad Rasyīd Ridhā tidak jauh berbeda dengan penjelasan dengan ulama tersebut. (Muhammad Rasyīd Ridhā, al-Wahyu al-Muhammadī, 82-83). Bahkan beliau menyampaikan dalam memahami surah al-Syu’ara: 192-195 bahwa malaikat Jibril merupakan makhluk ruhani yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan wahyu. (Muhammad Rasyīd Ridhā, al-Wahyu al-Muhammadī, 83)

Berbeda dengan penjelasan tersebut, al-Dzahabi justru membagi wahyu pada empat bagian. Pada bagian ke empat ini (wahyu melalui malaikat) beliau mengatakan akan tidak mengetahuinya tentang adanya bagian dari Alquran yang diturunkan kepada Rasulullah melalui mimpi, ilham, atau secara langsung tanpa perantaraan. Namun, al-Dzahabi mengetahui bahwa Rasulullah SAW terkadang melihat mimpi, kemudian turun ayat Alquran yang membenarkannya, seperti mimpi beliau tentang masuknya ke Makkah, atau saat beliau melihat dalam tidurnya sungai Al-Kautsar yang disiapkan Allah untuknya di surga. Setelah beliau terbangun, turunlah surah Al-Kautsar ayat 1 hingga akhir surah.”

Memang ada dari sebagian orang mengatakan bahwa surah Al-Kautsar ini turun melalui mimpi, tetapi itu tidak benar. Namun, al-Dzahabi berpendapat sebaliknya bahwa seluruh Alquran diturunkan melalui perantaraan Jibril as. (Muhammad Husain al-Dzahabi, Al-Wahy wa al-Qur’an al-Karīm, 8-9)

Baca Juga: Inilah Lima Keadaan Nabi Muhammad SAW Ketika Menerima Wahyu Al-Quran

Kesimpulan

Alquran tidak diwahyukan kepada Nabi SAW melalui cara pertama, yaitu ilham, atau cara kedua, yaitu berbicara dari balik tabir. Kedua cara ini adalah metode wahyu yang digunakan untuk nabi-nabi Allah lainnya. Mungkin saja Nabi SAW mendapatkan ilham untuk hal-hal tertentu, tetapi bukan untuk Alquran. Seluruh Alquran diturunkan melalui cara ketiga (perantaraan malaikat), dan hal ini adalah sesuatu yang pasti, tanpa keraguan atau perdebatan. (Fadl Hasan ‘Abbās, (174)). Begitupun dengan beberapa pendapat ulama yang sudah disebutkan bahwa Alquran diwahyukan melalui perantara malaikat Jibril tidak dengan metode lainnya. Allahu a’lam.

Abd Hamid
Abd Hamid
Dosen Institut Agama Islam al-Khairat Pamekasan
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

nasionalisme Nabi Muhammad_inspirasi cinta tanah air

Nasionalisme Nabi Muhammad saw: Inspirasi Cinta Tanah Air

0
Di era globalisasi, banyak anak bangsa yang merantau ke luar negeri untuk menimba ilmu, mencari pengalaman, atau membangun karir. Namun, tak sedikit dari mereka...