Sebagai suatu genre tafsir, tafsir feminis memiliki ragam corak. Mengadaptasi dari tipologi yang dibuat oleh Ghazali Anwar dalam Wacana Teologi Feminis Muslim, ada lima ragam cara pembacaan teks Al-Quran dengan perspektif gender. Lima cara ini juga dapat disebut dengan corak tafsir feminis, yang penting kita ketahui untuk mempermudah identifikasi berdasarkan kekhasan masing-masing. Apa saja corak tafsir feminis itu? Berikut penjabarannya.
Corak apologis
Seperti namanya, corak tafsir feminis ini belum menunjukkan kemapanan kesetaraan gender dalam penafsiran. Corak ini didasari oleh kesadaran kepentingan perempuan dan laki-laki itu berbeda. Dan, bagi corak ini, Al-Quran pun telah memenuhi kepentingan masing-masing laki-laki dan perempuan. Jadi, narasi awalnya tampak condong pada pembedaan gender.
Selanjutnya, yang membuat corak ini disebut apologis ialah karena prinsip dasarnya kontras dengan penerapannya. Dalam tatanan praktis, corak apologis menyadari pemenuhan kepentingan perempuan belum maksimal karena dirampas oleh otoritas laki-laki atau memang mereka sendiri yang menyerahkan kepentingannya kepada otoritas laki-laki karena sebab ketidakpahaman terhadap Al-Quran.
Corak tafsir ini, menurut Anwar memakai metode filologis dan kontekstual. Tetapi, bukan untuk melakukan reinterpretasi Al-Quran, melainkan mengajarkan tafsir yang sudah ada pada perempuan. Ya, meski di sisi lain, mulai ada sinyal kesadaran penyimpangan terhadap kepentingan perempuan.
Baca juga: Mengenal Tafsir Feminis: Motif dan Paradigma Dasarnya
Corak reformis
Corak reformis ialah corak tafsir feminis yang melakukan reinterpretasi ayat-ayat relasi laki-laki dan perempuan. Corak ini berdiri atas kesadaran tafsir-tafsir yang ada tidak mewakili kepentingan perempuan, sehingga perlu untuk mengupayakan penafsiran ulang.
Sebagaimana corak apologis, corak reformis juga menggunakan metode filologis dan kontekstual. Namun, beda dengan apologis, corak reformis menjadikan dua metode itu untuk melakukan rekonstruksi tafsir. Corak tafsir ini sedikit lebih mapan dari corak apologis, karena telah melakukan upaya reinterpretasi ayat.
Corak transformasionis
Corak transformasionis bisa dibilang sebagai wajah corak reformis yang lebih mutakhir. Corak ini merupakan corak tafsir feminis yang berupaya melakukan rekonstruksi tradisi patriarkhi dalam tafsir secara massif dan lebih terstruktur.
Dengan memakai metode hermeuntika klasik, corak transformasionis pertama-tama mempertemukan semua tafsir yang bertentangan dan ambigu dengan kesetaraan. Kemudian, melakukan rekonstruksi tradisi penafsiran patriakis itu menjadi tafsir yang setara.
Baca juga: Dr. Laleh Bakhtiar, Muslimah Amerika Perintis Psikologi Al-Quran Telah Berpulang
Corak rasionalis
Corak tafsir rasionalis ialah corak tafsir yang menjadikan keadilan sebagai basis penafsiran ayat relasi gender. Corak ini mendefinisikan keadilan sebagai basis dasar melalui apa yang ia dapat dari Al-Quran. Artinya, mufasir dengan corak ini, mengambil nilai keadilan dari sebagian ayat, untuk kemudian dijadikan prinsip dasar penafsiran terhadap ayat-ayat relasi gender, yang secara literal tidak mencerminkan keadilan. Sehingga, kemudian, ayat itu diarahkan pada prinsip dasar berupa keadilan itu sendiri. Mengutip Arif Syarif dalam Relasi Gender Suami Istri, termasuk dari tokoh tafsir feminis dengan corak ini ialah Riffat Hassan, tokoh tafsir feminis asal Pakistan.
Hassan mendasari pembacaannya atas ayat relasi gender dengan prinsip keadilan yang ada pada Dzat Allah, yang tertera diberbagai ayat. Bahwa Allah Maha Adil dan Maha pemberi kasih. Sehingga, firman-firman-Nya, seharusnya selaras dengan kemahaadilan Allah. Di titik ini, tampaklah corak rasionalis Hasan.
Baca juga: Lima Pilar Kehidupan Rumah Tangga dalam Al-Quran Menurut Faqihuddin Abdul Kodir
Corak rejeksionis
Corak rejeksionis ialah corak yang menjadikan pengalaman perempuan sebagai prinsip dasar penafsiran. Segala sumber tafsir yang mengandung pemahaman diskriminatif terhadap perempuan ditolak oleh corak ini. Sekalipun itu Hadis Nabi atau bahkan Al-Quran. Menyitir Shinta Nurani dalam Al-Quran dan Penciptaan Perempuan, termasuk tokoh tafsir feminis yang cenderung pada corak ini ialah Fatimah Mernissi dan Taslima Nasrin.
Demikianlah lima corak tafsir feminis yang dapat dijadikan salah satu acuan untuk mengelompokkan tafsir feminis. Bila merujuk pada lima kategori tersebut, tampak corak rasionalis menjadi yang paling digrandrungi. Karena, keadilan merupakan salah tuntutan kehidupan manusia saat ini, selain demokrasi dan penegakan HAM, seperti yang dituturkan oleh Husein Muhammad. Wallahu a’lam[]