Kata khalifah mungkin sudah tidak asing bagi kita akhir-akhir ini. Pemaknaannya seringkali disangkut pautkan dengan politik dan kekuasaan. Terutama ketika kelompok yang mengusung paham Islam transnasional semakin banyak bersuara di ruang publik. Sebenarnya apa makna khalifah dalam Al-Quran? Tulisan ini akan menguraikannya berdasarkan Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 30.
Dalam Surat Al-Baqarah Ayat 30, Allah Swt berfirman:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُون
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan dara di sana, sedangkan kami bertasbih, memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Imam At-Thabari dalam tafsirnya Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Quran cenderung memaknai kata khalifah pada ayat di atas dengan arti pengganti (badala). Pemaknaan ini didasarkan pada redaksi kata khalaif yang terdapat dalam QS. Yunus Ayat 14.
Bila kata khalifah diartikan pengganti, pertanyaannya Adam As sebagai manusia pertama menggantikan siapa? Untuk menjawab pertanyaan ini, Imam At-Thabari menguraikan beberapa penjelasan. Pertama, berdasarkan riwayat dari Ad-Dhahhak dari Ibnu Abbas dijelaskan bahwa penghuni pertama bumi adalah bangsa Jin. Ketika di bumi mereka melakukan kerusakan dan pertumpahan darah. Kemudian diutuslah Iblis yang ketika itu bersama Malaikat untuk membasmi Jin dari pengrusakan bumi. Adam As kemudian diciptakan untuk menggantikan jin di muka bumi.
Baca Juga: Nabi Adam dalam Al-Quran: Manusia Pertama dan Tugasnya di Dunia
Kedua, berdasarkan riwayat dari Imam Hasan al-Bashri bahwa kata khalifah yang disematkan kepada Nabi Adam dimaksudkan sebagai anak keturunan Adam. Sehingga makna pengganti berlaku bagi anak cucu Adam yang akan silih berganti menggantikan tugas bapak moyangnya.
Menurut Imam At-Thabari, kata khalifah di atas juga bisa dipahami bahwa Nabi Adam As beserta anak cucunya memiliki tugas sebagai pengganti Allah Swt di bumi. Artinya, manusia bertugas untuk menerapkan dan menjaga segala titah dan larangan Allah Swt dibandingkan dengan makhluk selain manusia.
Sejalan dengan pandangan ini, Fakhruddin Ar-Razi dalam Mafatih al-Ghayb menekankan bahwa Surat Al-Baqarah ayat 30 ini adalah bukti bahwa Allah Swt menciptakan Nabi Adam dalam kemuliaan. Kemuliaan ini juga merupakan kemuliaan bagi seluruh anak keturunan Adam. Dalam pandangan Ar-Razi, hal ini merupakan salah satu nikmat paling besar yang dimiliki umat manusia.
Baca Juga: Ini Dua Potensi yang Dimiliki Manusia dalam Al-Quran
Terkait makna khalifah dalam Al-Quran, khususnya dalam Surat Al-Baqarah ayat 30 ini, M. Quraish Shihab juga menjelaskan bahwa maknanya adalah tanggung jawab. Nabi Adam dan juga seluruh manusia diciptakan untuk menjadi khalifah. Artinya mereka bertanggung jawab untuk memelihara dan mengantar segala yang wujud di bumi ini kepada tujuan penciptaannya.
Sebagai contoh adalah laut. Laut diciptakan untuk apa? Quraish mengatakan bahwa manusia bertanggung jawab untuk memastikan bahwa laut menjadi tempat yang nyaman untuk berlayar kapal-kapal, mencari ikan, mutiara dan sebagainya.
Baca Juga: Mensyukuri Eksistensi Laut Bagi Umat Manusia
Demikian adalah dua makna khalifah dalam Al-Quran, khususnya kata khalifah yang terdapat dalam Q.S Al-Baqarah ayat 30. Pertama bermakna pengganti sebagaimana dijelaskan oleh Imam At-Thabari dan Imam Ar-Razi. Kedua bermakna tanggung jawab seperti penjelasan dari Quraish Shihab.
Kata khalifah dalam Al-Quran memang tidak hanya di satu tempat, namun penjelasan makna khalifah dalam Al-Quran, utamanya di surat Al-Baqarah ayat 30 seperti yang telah diulas di atas menjadi salah satu bukti bahwa kata khalifah tidak selalu bermakna pemimpin.
Wallahu A’lam.