BerandaTafsir TematikManajemen Organisasi dalam Surah al-Shaff Ayat 4

Manajemen Organisasi dalam Surah al-Shaff Ayat 4

Kehidupan bermasyarakat selalu mengajarkan pentingnya hubungan antar sesama manusia untuk saling bantu-membantu. Ini menekankan bahwa manusia memang makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian dalam menjalankan aspek kehidupan apapun. Sebagai salah satu bukti, ialah adanya sejumlah organisasi yang digerakkan masyarakat dengan beragam bidang masing-masing.

Dalam konteks ini, Islam juga memberikan pedoman mengenai pentingnya organisasi dan manajemen yang baik. Organisasi dalam Alquran identik dengan shaff dan ummat. Shaff dapat diartikan sebagai sebuah perkumpulan orang yang melakukan berbagai kegiatan dengan tujuan yang sama [Organisasi Manajemen Kesehatan, 3]. Allah menyukai orang yang terorganisir yang diumpamakan sebagai sebuah bangunan yang kokoh, sebagaimana diisyaratkan dalam surah al-Shaff ayat 4 berikut.

اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِه صَفًّا كَاَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَّرْصُوْصٌ

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan, seakan-akan mereka suatu bangunan yang tersusun kukuh.

Baca Juga: Belajar Organisasi dari Semut dalam Surat An-Naml Ayat 18-19

Ayat di atas menceritakan tentang bagaimana strategi perang yang ideal.  Allah mencintai dalam artian menolong dan memuliakan, [Tafsīr Jalālayn, 738] bagi orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan. Abu Ja’far dalam tafsirnya, barisan lurus tersebut seakan-akan mereka seperti bangunan yang ditumpuk, dikuatkan, dan disempurnakan sehingga tidak ada yang tertinggal [Tafsīr al-abarī, 22/611].

Dalam konteks ini, strategi perang yang ideal dalam ayat ini menekankan pentingnya kesatuan dan kedisiplinan dalam barisan. Allah memberikan pertolongan dan kemuliaan bagi siapapun yang berjihad di jalan-Nya dengan rapi dan teratur, seakan-akan mereka adalah satu bangunan yang kuat dan kokoh.

Abu Ja’far dalam Tafsir al-Ṭabarī menggambarkan bahwa barisan yang lurus dan terorganisir ini seperti bangunan yang tersusun sempurna, di mana setiap bagian saling menguatkan tanpa ada yang tertinggal. Hal ini menunjukkan bahwa dalam manajemen perang, kekompakan dan keteraturan menjadi kunci dalam meraih kemenangan dan mendapatkan ridha Allah.

Senada dengan al-Sa’di dalam tafsirannya, keteraturan barisan dalam berperang yang diorganisir oleh Rasulullah kepada para sahabat sesuai posisinya masing-masing, ditujukan supaya tidak ada ketergantungan antara satu dengan lainnya. Setiap kelompok memperhatikan posisinya dan menjalankan tugasnya masing-masing. Dengan demikian, pekerjaan menjadi lebih efisien dan berjalan dengan sempurna [Tafsīr al-Sa’dī, 858].

Dalam konteks manajemen organisasi, prinsip-prinsip yang diterapkan oleh Rasulullah dalam mengatur barisan perang dapat diadaptasi ke dalam pengelolaan sebuah organisasi. Keteraturan dan penempatan setiap individu sesuai dengan kemampuan masing-masing menunjukkan pentingnya perencanaan dan alokasi tugas yang sesuai dan juga tepat dalam sebuah organisasi.

Baca Juga: Ngaji Gus Baha’: Manajemen Keuangan dalam Perspektif Al Quran

Setiap anggota organisasi memiliki spesifikasi peran dan tanggung jawab masing-masing, yang bilamana dijalankan dengan baik, akan mengurangi ketergantungan berlebihan antara satu dengan yang lain dan memastikan bahwa setiap tugas diselesaikan dengan efisien. Sama seperti dalam perang, di mana setiap posisi dalam barisan harus kuat dan kokoh untuk menjaga keseluruhan formasi, dalam organisasi, setiap bagian harus menjalankan fungsinya secara optimal untuk sampai pada tujuan bersama.

Sejalan dengan Wahbah al-Zuhaili dalam tafsirnya, Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang beriman tentang bagaimana mereka seharusnya bersikap dalam menghadapi musuh, yakni dengan memperlihatkan kekuatan, kesungguhan, dan tekad yang tidak tergoyahkan dalam melaksanakan perintah-Nya [Tafsīr al-Munīr, 28/163]. Sama seperti dalam peperangan, di mana kekuatan, kesatuan, dan keteguhan hati diperlukan, dalam organisasi pun diperlukan disiplin dan keteraturan agar setiap individu dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Hal ini menunjukkan bahwa organisasi yang sukses adalah organisasi yang memiliki manajemen yang baik, di mana setiap individu memahami peran masing-masing, serta mampu bekerja dengan disiplin dan teratur. Dengan demikian, kekompakan dan kesatuan dalam organisasi dapat terjaga, yang pada akhirnya akan membawa kepada efisiensi dan kesempurnaan dalam pencapaian tujuan. Prinsip ini tidak hanya relevan dalam konteks perang, tetapi juga dalam setiap aspek pengelolaan organisasi, baik dalam skala kecil maupun besar.

Wallāhu A’lamu.

Fatia Salma Fiddaroyni
Fatia Salma Fiddaroyni
Alumni jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri; santri PP. Al-Amien, Ngasinan, Kediri.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Kisah Tubba’ dan Kaumnya (Bagian 1)

0
Salah satu kisah kaum terdahulu yang disebutkan dalam Alquran adalah kisah kaum Tubba’, sebagaimana dalam surah Addukhan ayat 37 dan surah Qaf ayat 14....