BerandaTokoh TafsirTokoh Tafsir DuniaMaurice Bucaille dan Tafsir Ilmi tentang Siklus Air

Maurice Bucaille dan Tafsir Ilmi tentang Siklus Air

Maurice Bucaille merupakan salah satu tokoh orientalis asal Perancis. Dia merupakan seorang dokter bedah yang mempelajari bahasa Arab agar mampu memahami teks Alquran. Maurice lahir pada tanggal 19 Juli 1920 di Post-1 ‘Eveque dan meninggal pada tanggal 17 Februari 1998 di usia 77 tahun.

Peneliti asal Prancis ini terkenal dengan pendapatnya bahwa sains modern bersifat universal dan netral, semuanya dapat ditemukan dalam Alquran. Pendapat ini banyak diikuti okeh para ilmuwan muslim yang dikenal dalam kelompok Bucaillian. Maurice populer berkat karyanya yang fenomenal dan terbit pada tahun 1976 yang berjudul “Bible, Quran, and Science”.

Maurice Bucaille mendapat undangan dari Presiden Anwar Sadat ke Mesir dan berkesempatan untuk meneliti mumi Fir’aun yang terdapat di museum Kairo pada tahun 1974. Dia tertarik meneliti mumi Fir’aun yang masih utuh yang ditemukan di seberang sungai Nil.

Maurice menemukan bahwa di sekujur tubuh jasad mumi tersebut terdapat sisa kandungan garam yang menjadikan jasad tersebut terawetkan. Melalui hasil penelitiannya ini, ia berhasil menerbitkan buku yang berjudul Les Momies des Pharaons et la Medecine dan mendapat penghargaan dari Academie Francaise.

Baca Juga: Tafsir Ilmi: Sejarah Kemunculan, Metodologi, dan Kritik Terhadapnya

Antara Alquran, Bibel, dan Sains

Maurice Bucaille mempelajari Alquran dengan pendekatan sains dan berusaha menafsirkan beberapa ayat sains dengan tujuan memberikan jawaban atas permasalahan yang mengandung kontroversi antara sains dan agama. Melalui hasil penelitiannya, dia memperoleh kesimpulan bahwa sains lebih sesuai dengan Alquran dibandingkan Bible.

Langkah-langkah penafsiran yang dilakukan Maurice yakni: pertama, menentukan tema besar dari suatu masalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan; kedua, menganalisis ayat yang relevan menggunakan pendekatan semantik atau makna literalnya terlebih dahulu; terakhir, mengaitkan dengan ilmu pengetahuan yang diketahuinya.

Dalam bukunya yang berjudul “The Bible, The Quran, and Science”, Maurice membahas beberapa ayat Alquran yang dikelompokkan dalam beberapa tema sains diantaranya tentang penciptaan alam semesta, astronomi, biologi, geologi, dan embriologi.

Salah satu objek yang dibahas untuk membuktikan keselarasan Alquran dengan sains modern adalah siklus air. Saat ini dipahami bahwa siklus air terjadi karena air hujan yang diserap oleh tanah. Akan tetapi, Maurice Bucaille mengkaji ulang pendapat sains terdahulu yang dikatakan Thales bahwa air laut di bawah pengaruh angin terdorong ke dalam benua.

Sedangkan Plato yang didukung oleh Descartes berpendapat bahwa kembalinya air laut terjadi melalui jurang yang sangat dalam (tartarus). Ada juga Aristoteles yang mengungkapkan gagasannya bahwa uap air dari tanah mengembun di gua-gua pegunungan yang sejuk kemudian membentuk danau bawah tanah dan menjadi sumber mata air.

Baca Juga: Alquran di Mata Orientalis Abad Renaisans

Gagasan-gagasan tersebut tampaknya lebih bersifat spekulasi filosofis dan hanyalah mitos semata, bukan bersumber dari fakta yang diamati. Sedangkan menurut Maurice Bucaille, di dalam Q.S. az-Zumar [39]: 21 Allah SWT telah berfirman:

اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيْعَ فِى الْاَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُّخْتَلِفًا اَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا

Tidakkah kamu perhatikan bahwa Allah SWT menurunkan hujan dari langit lalu meresap ke tanah dan memancar menjadi mata air, lalu Dia menumbuhkan tanaman-tanaman yang berwarna-warni.” (Q.S. az-Zumar [39]: 21)

Gagasan yang terkandung dalam ayat tersebut senada dengan siklus air yang dipahami dalam dunia sains saat ini. Awal mula pemahaman sains tentang siklus air yang koheren dan sejalan dengan ayat ini yakni pada masa Renaisans (1400-1600 M).

Bernard Palissy dalam bukunya yang berjudul Discours Admirable de la Nature des Eaux et Fontaines Tant Naturalle (Wacana tentang Hakikat Air dan Air Mancur Alami dan Air Mancur Buatan) mencoba menginterpretasikan siklus air, khususnya cara mata air mendapat asupan air hujan. Selanjutnya juga disebutkan dalam Q.S. an-Nur [24]:43 Allah SWT berfirman:

اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُزْجِيْ سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهِۚ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ جِبَالٍ فِيْهَا مِنْۢ بَرَدٍ فَيُصِيْبُ بِهِ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَّنْ يَّشَاۤءُۗ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْاَبْصَارِ

Tidakkah kamu perhatikan, bahwasanya Allah menjadikan awan bergerak lemah lembut, kemudian menyatukannya, lalu menjadikannya suatu tumpukan. Dan kamu melihat tetesan-tetesan air hujan memancar dari dalamnya. Gunung-gunung hujan es di langit, Dia menghantamkannya kepada siapa pun yang Dia kehendaki dan Dia memalingkannya dari siapa pun yang Dia kehendaki. Kilatan kilatnya hampir merenggut pandangan.”

Baca Juga: Tafsir Surah An-Nur Ayat 42-43

Panas matahari menyebabkan lautan dan bagian bumi yang terendam air menguap. Uap air yang dilepaskan naik ke atmosfer dan mengembun membentuk awan. Kemudian angin mengintervensi dan menggerakkan awan, sehingga terbentuk dalam jarak yang berbeda.

Awan tersebut kemudian dapat menyebar tanpa menghasilkan hujan, gumpalannya dapat bergabung dengan gumpalan lain untuk menghasilkan kondensasi yang lebih besar, atau suatu saat dapat terpecah dan menghasilkan hujan.

Ketika hujan mencapai lautan (70% permukaan bumi tertutup lautan), siklus tersebut berulang dengan cepat. Ketika hujan turun di daratan, air tersebut diserap oleh tanaman, sehingga mendorong pertumbuhannya. Tumbuhan kemudian melepaskan air, sehingga lembali ke atmosfer dan sisanya meresap ke dalam tanah.

Demikianlah proses terjadinya hujan dan siklus air di muka bumi jika dilihat dari sisi sains modern yang sangat sesuai dengan apa yang telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Alquran. Hal ini menunjukkan adanya keselarasan antara Alquran dan sains modern. Wallah a’lam

Hasna Amiroh
Hasna Amiroh
Mahasiswi UIN Salatiga. Bisa disapa di @hsna.amrh
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...