BerandaTafsir TematikTafsir KebangsaanMemahami Surah Ali Imran Ayat 118-120 dalam Konteks Keindonesiaan

Memahami Surah Ali Imran Ayat 118-120 dalam Konteks Keindonesiaan

Beberapa waktu yang lalu beredar tangkapan layar halaman Alquran yang memuat Surah Ali Imran ayat 118-120 di grup whatsapp. Dalam tangkapan layar yang saya terima, diberikan coretan yang menyorot terjemah ketiga ayat tersebut. Agar para pembaca memahami konteks dari apa yang ingin dipromosikan oleh si penyebar, berikut ini saya tampilkan Surah Ali Imran ayat 118-120: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبالاً وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضاءُ مِنْ أَفْواهِهِمْ وَما تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآياتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ (118) هَا أَنْتُمْ أُولاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتابِ كُلِّهِ وَإِذا لَقُوكُمْ قالُوا آمَنَّا وَإِذا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذاتِ الصُّدُورِ (119) إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِها وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئاً إِنَّ اللَّهَ بِما يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ (120)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian ambil menjadi teman kepercayaan kalian orang-orang yang di luar kalangan kalian (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagi kalian. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kalian. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepada kalian ayat-ayat (Kami), jika kalian memahaminya (18). Beginilah kalian. Kalian menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kalian, dan kalian beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kalian, mereka berkata, “Kami beriman,” dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kalian. Katakanlah (kepada mereka), “Matilah kalian karena kemarahan kalian itu.” Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati (19). Jika kalian memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati; tetapi jika kalian mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kalian bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepada kalian. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan (20).

Apabila pembaca mencermati isi dari ayat dan terjemah Surah Ali Imran Ayat 118-120 di atas, sekilas akan tampak bahwa Alquran melarang untuk berteman baik dengan non-Muslim. Ayat di atas juga sekilas menyiratkan bahwa non-Muslim selalu punya niat jahat untuk membuat kemudaratan bagi umat Muslim. Saya berasumsi kuat bahwa dengan ayat tersebut, penyebar screenshot hendak menyatakan bahwa secara teologis-normatif Alquran melarang umat Muslim untuk berteman dengan non-Muslim.

Baca Juga: Eksklusivitas Islam dalam Alquran dan Kesalahpahaman Tentangnya

Dalam konteks bernegara dan berbangsa saat ini, promosi kebencian atas nama kitab suci tentu saja berdampak serius pada munculnya segregasi di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang multi agama. Benarkah Alquran memerintahkan kita umat Muslim untuk tidak berteman dengan saudara di luar agama Islam? 

Bila kita telusuri dalam kitab-kitab tafsir seperti dalam Jami’ al-Bayan karya Al-Thabari dan Tafsir al-Qur’an al-’Adzim karya Ibn Katsir, ditemukan keterangan bahwa yang dimaksud dengan bithanah (teman kepercayaan) dalam ayat di atas adalah orang-orang munafik. Ayat ini ditujukan kepada sebagian sahabat Rasulullah yang masih menjalin hubungan dekat dengan orang-orang munafik karena ikatan yang sudah terjalin sejak zaman jahiliyah

Meskipun setelah saya lacak dalam kitab-kitab tafsir tidak ditemukan keterangan pasti kapan ayat ini turun secara spesifik, akan tetapi para mufasir sepakat bahwa ayat ini turun di Madinah. Dalam buku sejarah seperti al-Sirah al-Nabawiyah karya Ibn Hisyam dan al-Kamil fi al-Tarikh karya Ibn al-Atsir, kondisi Madinah pada waktu itu masih rentan dari serangan lawan baik di internal (Yahudi dari tiga kabilah: Qainuqa, Nadhir, Quraidhah) maupun eksternal (orang-orang Musyrik Mekah).   

Menurut catatan sejarah, terdapat sebagian orang mukmin yang seringkali membocorkan rahasia kepada orang munafik dengan maksud ingin melindungi mereka atas dasar kedekatan yang sudah terjalin. Padahal rahasia-rahasia ini selalu dibocorkan kepada pihak-pihak lawan yang berdampak pada keamanan orang-orang di Madinah. 

Mengetahui kondisi pada saat ayat turun dan penafsiran atasnya, dapat memperkaya perspektif mengenai bagaimana seharusnya kita bersikap atas ayat yang apabila dibaca sekilas dapat menimbulkan polemik. Lalu pertanyaan yang muncul berikutnya, mungkinkah Alquran tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini? 

Jawabannya tentu Alquran akan selalu relevan karena sifatnya yang shalih li kulli zaman wa makan. Permasalahannya terletak pada sejauh mana kita mau terus mencari tahu dan memperkaya pengetahuan untuk memahami Alquran. 

Apabila kita telusuri ayat lain, dalam Surah al-Mumtahanah ayat 8-9 Allah Swt befirman: 

لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ () إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَىٰ إِخْرَاجِكُمْ أَن تَوَلَّوْهُمْ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ   

Allah tidak melarang kalian umat Islam  kepada orang-orang non muslim yang tidak memerangi kalian dalam (persoalan agama) dan tidak mengusir kalian dari rumah kalian  untuk berbuat baik dan adil kepada mereka, sungguh Allah menyukai orang-orang yang berbuat keadilan (8). Yang Allah larang ialah untuk berbuat asih kepada mereka (orang-orang non muslim) yang memerangi kalian dalam urusan agama dan  terang-terangan mengusir kalian, orang-orang (muslim) yang berbuat asih dengan mereka adalah merupakan orang-orang dzalim (9).”

Baca Juga: Tafsir Kontekstual Gus Dur Seputar Moderasi Islam

Melalui ayat di atas, Allah Swt memerintahkan umat Muslim agar berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang non-Muslim. Apakah dengan dua ayat yang tampak kontradiktif menjadikan Alquran tidak konsisten? Tentu saja tidak. Masing-masing ayat bisa dipahami sesuai dengan konteksnya. 

Menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, dalam konteks Indonesia Surah Al-Mumtahanah ayat 8-9 adalah ayat yang berlaku (muhkamah) secara mutlak dan tidak diganti (mansukh) dengan ayat lain. Artinya, meskipun ada ayat yang memerintahkan untuk tidak berteman, tetapi dalam konteks Indonesia ayat yang wajib diterapkan oleh umat Muslim adalah ayat yang menganjurkan pertemanan dengan non-Muslim. 

Apa yang diungkap oleh Buya Hamka dalam tafsirnya, tentu selaras dengan apa yang telah diperjuangkan para ulama kita ketika ikut mendirikan Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara yang merdeka. Upaya-upaya untuk melakukan perpecahan di antara anak bangsa tentu mencederai apa yang telah mereka perjuangkan dengan pikiran, harta, bahkan nyawa. Wallahu A’lam.

Wildan Imaduddin Muhammad
Wildan Imaduddin Muhammad
Dosen Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...