BerandaTafsir TematikMemahami Makna Nisyan dan Penyebabnya di dalam Al-Quran

Memahami Makna Nisyan dan Penyebabnya di dalam Al-Quran

Kata nisyan merupakan bentuk mashdar dari lafad nasiya yang mempunyai arti melupakan atau melalaikan. Dalam Lisan al-‘Arab disebutkan bahwa kata nisyan merupakan lawan dari kata adz-dzikr yang mempunyai arti mengingat. Di dalam Al-Quran, kata nisyan dan derivasinya disebutkan banyak sekali, baik dalam bentuk fi’il madhi, fi’il mudhari’ majhul maupun ma’lum, fa’il, mashdar, dan lainnya. Pertanyaannya kemudian, apa makna nisyan di dalam Al-Quran? Berikut penjelasannya:

Pertama, nisyan bermakna meninggalkan, sebagaimana firman-Nya:

وَلَقَدۡ عَهِدۡنَآ إِلَىٰٓ ءَادَمَ مِن قَبۡلُ فَنَسِيَ وَلَمۡ نَجِدۡ لَهُۥ عَزۡمٗا

Artinya: Dan sungguh telah Kami pesankan kepada Adam dahulu, tetapi dia lupa, dan Kami tidak dapati kemauan yang kuat padanya. (Q.S Thaha: 115)

Baca Juga: Memahami Makna Kata Ikhlas dan Penafsirannya dalam Al-Quran

Dalam Tafsir At-Thabari disebutkan suatu hadis yang diriwayatkan oleh Ibn ‘Abbas, bahwasanya lafad nasiya pada ayat tersebut bermakna meninggalkan. Dalam hal ini Nabi Adam As. meninggalkan apa yang telah diperintahkan oleh Allah swt dan mengikuti bujukan setan.

Selain itu, nisyan bermakna meninggalkan juga terdapat dalam Q.S. Al-An’am: 44, Q.S. Al-Maidah : 13, Q.S. At-Taubah: 67, Q.S. al-Baqarah : 106 dan 237, Q.S. Al-A’raf : 51 dan 165, Q.S. Al-kahfi: 73, Q.S. Thaha: 115 dan 126.

Kedua, makna nisyan berikutnya adalah melupakan, lupa atau dilupakan, sebagaimana firman-Nya:

قَالَ أَرَءَيۡتَ إِذۡ أَوَيۡنَآ إِلَى ٱلصَّخۡرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ ٱلۡحُوتَ وَمَآ أَنسَىٰنِيهُ إِلَّا ٱلشَّيۡطَٰنُ أَنۡ أَذۡكُرَهُۥۚ وَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُۥ فِي ٱلۡبَحۡرِ عَجَبٗا

Artinya: Dia (pembantunya) menjawab, “Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk mengingatnya kecuali setan, dan (ikan) itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali. (Q.S al-Kahfi: 63).

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa Nabi Musa As pernah melakukan sebuah perjalanan jauh bersama dengan muridnya. Di tengah perjalanan, muridnya merasa letih dan lapar. Kemudian Nabi Musa As meminta muridnya untuk mengambil makanan. Namun muridnya lupa menceritakan kepada Nabi Musa As bahwa ketika dalam perjalanan sebelumnya ia telah melihat ikan. Kelupaan murid Nabi Musa As untuk menceritakan tentang ikan tersebut tidak lain disebabkan oleh syaitan.

Selain itu, makna nisyan melupakan, lupa atau dilupakan juga terdapat dalam Q.S. Maryam: 23, Q.S. Al-An’am :68.

Baca Juga: Memahami Makna Kata Jaza dalam Al-Quran dan Penggunaannya

Penyebab Nisyan dalam Al-Quran

Selanjutnya, di dalam beberapa ayat Al-Quran yang lain disebutkan bahwasanya ada tiga penyebab seseorang meninggalkan, melupakan, lupa atau dilupakan, berikut penjelasannya:

Pertama, nisyan yang disebabkan oleh setan, sebagaimana firman-Nya:

وَإِذَا رَأَيۡتَ ٱلَّذِينَ يَخُوضُونَ فِيٓ ءَايَٰتِنَا فَأَعۡرِضۡ عَنۡهُمۡ حَتَّىٰ يَخُوضُواْ فِي حَدِيثٍ غَيۡرِهِۦۚ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ ٱلشَّيۡطَٰنُ فَلَا تَقۡعُدۡ بَعۡدَ ٱلذِّكۡرَىٰ مَعَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ

Artinya: Apabila engkau (Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. Dan jika setan benar-benar menjadikan engkau lupa (akan larangan ini), setelah ingat kembali janganlah engkau duduk bersama orang-orang yang zhalim. (Q.S Al-An’am: 68).

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwasanya ketika terdapat sekelompok orang yang menghina Al-Quran, maka tinggalkanlah mereka. Apabila setan telah menjadikan kita lupa akan peringatan tersebut, maka janganlah ikut bergabung bersama mereka. Selain itu, disebutkan juga dalam Q.S. Yusuf: 42 dan Q.S. Al-Kahfi: 63.

Kedua, nisyan yang disebabkan oleh diri sendiri dalam sebuah perjanjian, sebagaimana firman-Nya:

إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُۚ وَٱذۡكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلۡ عَسَىٰٓ أَن يَهۡدِيَنِ رَبِّي لِأَقۡرَبَ مِنۡ هَٰذَا رَشَدٗا

Artinya: Kecuali (dengan mengatakan), “Insya Allah.” Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini. (Q.S Al-Kahfi: 24).

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwasanya menurut Ibn ‘Abbas ketika seseorang telah menetapkan sebuah perjanjian yang akan dilakukan maka hendaknya mengucapkan kalimat “Insya Allah” dengan harapan perjanjian yang akan dilakukan benar-benar akan terjadi. Jika seseorang tidak mengucapkannya, maka Allah swt bisa saja akan menjadikan seseorang itu lupa terhadap janjinya.

Baca Juga: Inilah Makna Qishash Menurut Al-Quran, Berikut Penjelasannya

Ketiga, nisyan yang disebabkan oleh diri sendiri dengan sengaja dalam hal keburukan, sebagaimana firman-Nya:

فَذُوقُواْ بِمَا نَسِيتُمۡ لِقَآءَ يَوۡمِكُمۡ هَٰذَآ إِنَّا نَسِينَٰكُمۡۖ وَذُوقُواْ عَذَابَ ٱلۡخُلۡدِ بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ

Artinya: Maka rasakanlah olehmu (azab ini) disebabkan kamu melalaikan pertemuan dengan harimu ini (hari Kiamat), sesungguhnya Kami pun melalaikan kamu dan rasakanlah azab yang kekal, atas apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S As-Sajdah: 14).

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwasanya orang-orang yang sengaja berbuat maksiat ketika hidup di dunia, maka akan mendapat siksaan. Selain itu, disebutkan juga dalam Q.S. Al-A’raf : 51, Q.S. at-Taubah : 67, Q.S. Al-Hasyr : 19

Pada akhirnya, setan adalah musuh yang paling nyata bagi manusia. Terkadang godaannya dapat menjerumuskan manusia terhadap sesuatu yang dilarang oleh agama, na’udzubillah. Akan tetapi, sesungguhnya Allah Swt senantiasa memberikan perlindungan terhadap manusia dari godaan setan, selanjutnya tinggal manusianya saja mau melakukan atau meninggalkannya.

Wallahu A’lam

Azkiya Khikmatiar
Azkiya Khikmatiar
Alumni Prodi Aqidah dan Filsafat Islam, Konsentrasi Studi Al-Quran dan Hadis
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Q.S An-Nisa’ Ayat 83: Fenomena Post-truth di Zaman Nabi Saw

0
Post-truth atau yang biasa diartikan “pasca kebenaran” adalah suatu fenomena di mana suatu informasi yang beredar tidak lagi berlandaskan asas-asas validitas dan kemurnian fakta...