BerandaKhazanah Al-QuranTradisi Al-QuranMembaca Surah-Surah Pilihan: Antara Amalan, Tradisi dan Doa

Membaca Surah-Surah Pilihan: Antara Amalan, Tradisi dan Doa

Sebagai kitab suci umat Islam, Alquran merupa dalam banyak bentuk pemaknaan. Sebagian muslim menilainya sebagai kitab yang mesti diamal-bacakan setiap harinya demi perolehan pahala. Sebagian lainnya membuka kitab suci tersebut, lantaran di dalamnya tersimpan sekian pengetahuan yang perlu didedah. Sementara beberapa yang lain menilai Alquran sebagai ‘mukjizat’ bagi pembacanya. Untuk status Alquran yang terakhir tersebut, orang yang membaca surah-surah pilihan atau ayat tertentu secara ajeg, dia meyakini bahwa Alquran akan memberi dampak positif baginya dan atau bisa menolak segala bentuk bala bencana.

Seperti halnya yang dilakukan oleh santri putri di Pondok Pesantren Daar al-Furqon di Desa Janggalan, Kudus. Para santri putri ini membaca beberapa surah yang dinilai memiliki manfaat baik bagi dirinya, sekaligus pesantren yang jadi lokasi mukim mereka. Pembacaan rutin ini ditunaikan setiap hari, dengan pemilihan waktu setelah salat fardu. Waktu yang dinilai mustajab untuk memunajatkan doa dengan lantaran kalam dari kitab suci Alquran.

Baca Juga: Living Quran; Melihat Kembali Relasi Al Quran dengan Pembacanya

Sketsa Kecil Pesantren Dar al-Furqon

Pondok Pesantren Daar al-Furqon sendiri berdiri pada 1984 dibawah asuhan K.H.S Abdul Qadir bin Umar Basyir. Secara sanad keilmuan, K.H.S Abdul Qadir bin Umar Basyir mengenyam pendidikan di Madrasah Tasywiquth Thulab Salafiyyah sebagai modal awal mendalami ilmu dan hafalan Alquran. Selain itu, ia juga tercatat pernah nyantri di Jombang dibawah asuhan KH Dahlan. Setelahnya, kembali lagi ke Kudus dan nyantri dibawah asuhan KH Arwani Amin sebelum memutuskan mendirikan pesantren. Pesantren ini di tahun 2009 diteruskan oleh putranya, KH Abdul Basith bin Abdul Qadir bin Umar Basyir.

Sementara untuk pesantren putrinya, baru berdiri dua dekade setelahnya, tepatnya pada 2005 dengan jarak 100-an meter dari lokasi pondok pesantren pusat. Pesantren putri ini diasuh oleh Nyai Hj. Khoirin Nida (istri KH Abdul Basith). Pada awal pendiriannya, tercatat hanya sejumlah 7 orang yang menjadi santriwati di pesantren putri Daar al-Furqon ini. Kendati demikian, lamat-lamat pesantren putri tersebut terus mengalami perkembangan baik dari sisi kuantitas maupun kualitas pengajarannya.

Baca Juga: Asal Muasal Amalan Baca Surah Alkausar Tujuh Kali saat Sahur

Ihwal Kitab Kanzu al-Nafais

Siti Fauziyah dalam artikelnya Pembacaan Alquran Surat-Surat Pilihan di Pondok Pesantren Putri Daar al-Furqon Janggalan Kudus (Studi Living Quran) (2014) mencatat, ada lima surah yang rutin diamal-tunaikan oleh para santri putri. Kelima surah tersebut dirangkum di kitab Kanzu al-Nafais bersamaan dengan bacaan wirid, doa-doa, dan amalan lainnya.

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi produksi kitab Kanzu al-Nafais ini. Pertama, sebagai pegangan bagi para santri dalam belajar membaca Alquran. Dengan membaca surah-surah pilihan di kitab tersebut dengan saksama, maka lamat-lamat bacaan para santri akan lebih lancar. Nyai Hj. Khoirin Nida menilai bahwa masih ada santri putri yang belum lancar membaca Alquran. Jika membacanya saja masih kurang lancar, maka santri tersebut akan kesulitan dalam mengahafalkannya, terlebih memahami kedalaman makna yang ada di dalam Alquran.

Kedua, kitab ini disusun dari lima surah yang dinilai oleh Nyai Hj. Khoirin Nida memiliki keutamaan tertentu ketika dibaca. Lima surah tersebut antara lain; Surah Yasin dibaca setelah menunaikan salat mahgrib, Surah al-Mulk setelah salat isya’, Surah al-Waqiah ba’da salat subuh, Surah ad-Dukhan usai merampungkan salat dhuhur, dan Surah ar-Rahman di waktu salat ashar.

Ketiga, sebagai bentuk pengejawantahan rasa taat kepada para kyai yang dulu pernah mengajari Ny Hj. Khoirin Nida ilmu-ilmu Alquran seperti ketika nyantri di Pondok Pesantren Ali Maksum, Krapyak, Yogyakarta. Nyai Hj. Khoirin Nida memang pernah tercatat menjadi santri selama 4 tahun di pondok pesantren tersebut.

Laku semacam pengamalan atas surah-surah pilihan atau ayat tertentu dari Alquran memang lumrah kita jumpai di negeri ini. Tentu saja, pengamalan itu bentuknya bermacam-macam, selain memang tujuannya juga beragam. Tapi saya rasa, hal tersebut malah menjadi satu wujud pembuktian bagi mereka yang emoh atau benci khususnya pada kebenaran Alquran.

Mengutip ucapan KH Bahauddin Nursalim, “Alquran sebagai mukjizat itu penting. Karena mereka yang tidak menggunakan akalnya, hanya akan menuntut Alquran itu bisa apa, bisa apa. Kalau ada yang mengamalkan rutin demi tujuan tertentu, misalnya ingin kebal dan berhasil, nah itu buktinya.” Kurang lebih demikian.

Ahmad Sugeng Riady
Ahmad Sugeng Riady
Alumnus Magister Studi Agama-agama, Konsentrasi Sosiologi Agama, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...