BerandaKhazanah Al-QuranMushaf Al-QuranMengenal Karakteristik Mushaf Kuno Jawa

Mengenal Karakteristik Mushaf Kuno Jawa

Beberapa waktu yang lalu, Bu Annabel dalam tweet-nya membagikan hasil kajian mushaf kuno dari Jawa yang sangat menarik. Kajian tersebut dimuat di British Library pada Asian dan African studies blog berjudul Qur’an manuscript from Java. Kendati tertanggal April 2015, relevansi kajian tersebut terhadap apa yang penulis temukan sangatlah erat.

Qur’an manuscript from Java berisi kajian atas dua mushaf kuno dari Jawa koleksi John Crawfurd (1783-1868), seorang dokter berkebangsaan Skotlandia yang bergabung dengan East India Company pada tahun 1803 dan sempat menjadi Residen Yogyakarta dari tahun 1811 sampai 1816. Karyanya yang cukup penting dan populer adalah A grammar and dictionary of the Malay language, selain banyak koleksi manuskrip Melayu, Jawa, dan Bugis yang ia miliki.

Kajian terhadap dua mushaf kuno ini sendiri bukan mengenai deskripsi atas keduanya. Hal ini dikarenakan deskripsi keduanya telah diberikan British Library dalam hasil digitalisasi manuskrip berkode Add MS 12312 dan Add MS 12343 tersebut. Kajian lebih dimaksudkan sebagai pencarian bukti konklusif atas karakteristik mushaf kuno Jawa.

Baca juga: Annabel Gallop, Pakar Mushaf Kuno Nusantara dari Inggris

Dari kajian tersebut, dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa mushaf kuno Jawa memiliki beberapa karakter, antara lain; 1) bingkai di sekeliling teks yang terdiri dari susunan sederhana atas dua, tiga, atau empat garis; 2) penyorotan kata-kata pertama dari tiap-tiap juz dalam berbagai cara; 3) desain unik dan khas pada akhir ta’ dan ta’ marbuthah pada kolom kepala surah; serta 4) desain unik dan khas pada ‘ayn penanda ruku‘.

Selain karakter yang menjadi kekhasan mushaf Jawa tersebut, ada beberapa hal lain yang barangkali dapat dijadikan acuan bahwa mushaf tersebut berasal dari Jawa, seperti penggunaan dluwang atau daluwang sebagai alas mushaf disertai dengan penanggalan abad 18 Masehi. Selain itu, juga terdapat ornamen pada batas vertikal manuskrip yang saling berhadapan, serta preferensi garis lurus menyandingkan elemen vertikal, horizontal, dan diagonal.

Gambar 2. Elemen vertikal, horizontal, dan diagonal pada halaman pembuka Add. MS 12343 (Sumber: British Library).

Beberapa karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya agaknya sesuai dengan apa penulis dapati ketika menelaah Mushaf Blawong Gogodalem (lihat deskripsi selengkapnya pada Mushaf Blawong Gogodalem: Interpretasi Sejarah Melalui Pendekatan Kodikologi). Meskipun tingkat identifikasinya berbeda antara satu dengan yang lain, tetapi karakteristik tersebut ditemukan di dalamnya.

Baca juga:Mengenal Mushaf Alquran Blawong Gogodalem yang Dianggap Mistis (Part 1)

Pada aspek bingkai, keempat Mushaf Blawong sama-sama menggunakan susunan garis yang sederhana. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini bahwa perbandingan penggunaan garis keempatnya menunjukkan adanya kesamaan pada pola dan jumlah garis yang digunakan. Yakni empat garis yang disusun secara bertumpuk dalam dua pasang.

Gambar 3. Perbandingan garis tepi halaman naskah pada Mushaf Blawong (Sumber: koleksi pribadi penulis).

Pada aspek penyorotan kata awal di setiap juz, keempat Mushaf Blawong juga memiliki karakteristik yang sama. Hanya pada mushaf berkode BRI 84 yang menggunakan teknik penyorotan yang berbeda; sebelum kata pada awal juz diberikan ornamen semacam bunga (floral) pada penanda ayatnya. Sedangkan sisanya menggunakan teknik pewarnaan yang berbeda, yakni dengan tinta merah.

Gambar 4. Perbandingan teknik penyorotan awal juz pada Mushaf Blawong (Sumber: koleksi pribadi penulis).

Sedangkan untuk penulis ta’ dan ta’ marbuthah, hanya dua mushaf dari Mushaf Blawong yang menerapkan desain khas dengan menarik garis huruf ta’ hingga membentuk hiasan tertentu, yakni mushaf berkode BRI 82 dan BRI 85. Dua mushaf sisanya cenderung menggunakan pola penulisan normal tanpa hiasan.

Gambar 5. Perbandingan teknik penulisan kepala surah pada Mushaf Blawong (Sumber: koleksi pribadi penulis).

Baca juga: Mushaf Kuno dan Ekonomi Kreatif

Adapun penanda ruku‘ yang menggunakan simbol huruf ‘ayn, keempat Mushaf Blawong menggunakan gaya yang berbeda-beda. Namun demikian, secara keseluruhan memiliki desain unik dan khas yang menjadi karakteristik mushaf kuno Jawa.

Gambar 6. Perbandingan gaya ruku‘ pada Mushaf Blawong (Sumber: koleksi pribadi penulis).

Secara umum dapat dikatakan bahwa hasil kajian yang dibagikan oleh Bu Annabel mengenai karakteristik mushaf kuno Jawa dapat dijadikan acuan penanda bagi mushaf kuno Jawa yang membedakannya dengan mushaf daerah lain. Hal ini diperkuat dengan apa yang penulis temukan dalam empat Mushaf Blawong Gogodalem yang juga menjadi bagian dari mushaf kuno Jawa. Wallahu a‘lam bi al-shawab. []

Nor Lutfi Fais
Nor Lutfi Fais
Santri TBS yang juga alumnus Pondok MUS Sarang dan UIN Walisongo Semarang. Tertarik pada kajian rasm dan manuskrip kuno.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

penamaan surah Alquran

Penamaan Surah Alquran: Proses Penamaan Nonarbitrer

0
Penamaan merupakan proses yang selalu terjadi dalam masyarakat. Dalam buku berjudul “Names in focus: an introduction to Finnish onomastics” Sjöblom dkk (2012) menegaskan, nama...