BerandaTokoh TafsirMengenal Majid Tamim, Mufasir dan Penerjemah Kitab Klasik dari Madura

Mengenal Majid Tamim, Mufasir dan Penerjemah Kitab Klasik dari Madura

Bagi pemerhati kajian mufasir dan tafsir Nusantara, nama Majid Tamim mungkin terdengar asing. Barangkali ini dilatarbelakangi oleh pribadinya yang cenderung tertutup. Seperti keterangan Kholis dalam Mengenal KH Abdul Majid Tamim, Murid Hadratussyekh yang Produktif Menulis, Majid Tamim termasuk salah satu tokoh yang tak mau dikenal banyak orang.

Ia lebih memilih menghindari keramaian dan menyembunyikan diri dari kemasyhuran. Namun siapa sangka, sosok penuh tawadu’ ini ternyata memiliki sejumlah karya yang tidak sedikit. Salah satu karya itu adalah tafsir Al-Quran dan terjemah tafsir Al-Quran. Berikut sekilas kelahiran, perjalanan hidup dan beberapa karya Majid Tamim yang penulis kutip dari Kamil dalam Tafsir al-Jalalain dan Bahasa Madura: Lokalitas Kitab Tarjamah Tafsir al-Jalalain bi al-Lughah al-Maduriyyah Karya Abdul Majid Tamim (1919-2000).

Baca Juga: Mengenal Sosok Muhammad Irsyad, Mufasir Modernis Asal Madura

Kelahiran dan perjalanan hidup

Majid Tamim memiliki nama lengkap Raden Abdul Majid Tamim bin Raden Haji Moh. Tamim. Ia dilahirkan di Desa Barurambat Kota, Pamekasan-Madura pada 22 Juni 1919. Tamim adalah putra ketiga dari lima bersaudara; Hj. RA. Hasmah Tamim (pertama), RA. Rohemah Tamim (kedua), RA. Hapsah Tamim (keempat), dan R. Ach. Syarkawi Tamim (kelima).

Jika dirunut, garis nasab (jalur laki-laki) Majid Tamim sampai kepada Sunan Giri. Silsilah ini menjadi tanda bahwa keluarga besarnya merupakan keluarga priayi sekaligus bangsawan. Bahkan menurut salah satu keterangan, ia masih memiliki darah keturunan Pangeran Purwonegoro (Raja Sumenep).

Menurut keterangan dari putra dan beberapa kerabat terdekat, putra Madura ini pernah menimba ilmu di pesantren Tebuireng Jombang sekitar tahun 1930 sampai awal tahun 1940 yang waktu itu diasuh langsung oleh KH. Hasyim Asy’ari. Di sana, Majid Tamim memperdalam keilmuan Islam seperti tafsir, hadis, fikih dan lain-lain yang sebelumnya ia pelajari dari sang ayah. KH. Baidhawi mengenang karibnya itu sebagai santri yang tekun, ulet dan taat aturan. Selain karib, KH. Baidhawi juga merupakan juru tulis yang biasa membantu sang mufasir dan mutarjim tersebut.

Usai nyantri di Tebuireng, Tamim mulai memperlihatkan produktifitasnya dalam berkarya. Ia termasuk sosok berjasa besar dalam perkembangan dunia pendidikan Islam di pesantren Madura. Sejumlah kitab berbahasa Arab telah ia terjemahkan ke dalam bahasa Madura. Sampai saat ini, karya-karya itu digunakan hampir di seluruh pesantren dan madrasah di Madura. Bahkan, Bruinessen dalam bukunya Kitab Kuning: Books and Arabic Script Used in Pesantren Milieu memasukkan nama Majid Tamim sebagai tokoh penting dalam proses penerjemahan kitab-kitab klasik-Arab ke dalam bahasa Madura.

Jalan dakwah yang dia tempuh, tidak saja ia geluti melalui karya tulisan. Dalam kesibukan yang lain layaknya seorang kiai pada umumnya, terkadang ia juga mengisi ceramah dan pengajian di sekitara Madura dan Jember. Meskipun bertempat tinggal di Jember, sebulan sekali ia menyempatkan diri di sela-sela kesibukannya untuk berkunjung ke tanah kelahirannya, baik sekedar mengobati rindu pada keluarga di sana, atau dalam rangka menggelar pengajian dan menulis karya. Majid Tamim tutup usia pada 8 Desember 2000 dan dikebumikan di pemakaman Condro, Kaliwates, Jember.

Baca Juga: Mengenal Tafsir Firdaus An-Naim, Tafsir Nusantara Asal Madura

Karya-karya Majid Tamim

Sebagian besar karya Majid Tamim ditulis menggunakan bahasa Madura dan beraksara Arab (dalam bahasa Jawa dikenal dengan pegon, dan dalam bahasa Madura dikenal dengan pegghu). Karya-karya yang ia tulis meliputi berbagai bidang keilmuan seperti tafsir, hadis, fikih, tasawuf dan gramatikal bahasa. Beberapa di antaranya adalah karya mandiri (pribadi) dan sebagaiannya lagi adalah karya terjemahan.

Semua karya tulisannya, selain karena inisiatif pribadi, juga dalam rangka memenuhi permintaan para kolega, teman dekat atau lembaga-lembaga pesantren, madrasah dan masyarakat setempat. Seperti kitab Miftah al-‘Ilm wa al-Adab misalnya, yang disusun karena permintaan seseorang. Berikut ini beberapa karya Majid Tamim yang berhasil dihimpun dari pelacakan berbagai referensi dan toko-toko kitab.

Pertama, di bidang tafsir, Ia menulis Tafsir Alam Nasyrah al-Karim, Tafsir Surah al-Ikhlas, al-Mar’ah as-Salihah, Risalah al-Mahid al-Madura, dan Tarjamah Tafsir al-Jalalain bi al-Lughah al-Maduriyyah. Kedua, di bidang hadis, tulisan murid KH. Hasyim Asy’ari ini pada umumnya merupakan terjemahan dari kitab-kitab hadis populer yang biasa digunakan sebagai bahan ajar di lingkungan pesantren dan madrasah. Seperti Lubab al-Hadis, Mi‘ah al-Hadis asy-Syarif dan al-Hadis an-Nabawiyyah.

Ketiga, di bidang akidah, ia menerjemahkan kitab-kitab yang menjadi representasi akidah kalangan pesantren. Karya-karya itu antara lain Tarjamah Durus al-‘Aqaid al-Diniyyah, Al-Jawahir al-Kalamiyyah fi Idhah ‘Aqidah al-Islamiyyah, Matan al-Jauharah fi ‘Ilm al-Tauhid karya Imam Ibrahim al-Bajuri.

Keempat, dalam bidang fikih, putra Pamekasan ini menulis Fath al-Qarib ‘ala matn al-Gayah wa at-Taqrib, Al-Mabadi’ al-Fiqhiyyah ‘ala Mazhab al-Imam asy-Syafi’i, Safinah an-Najah Madura fi Usul al-Din wa al-Fiqh dan Sullam at-Tawfiq Madura. Terakhir di bidang morfologi bahasa Arab, ulama produktif ini menulis kitab at-Tashrif.

Semua karya mufasir yang tawadhu’ ini sebagian besarnya diterbitkan oleh penerbit Maktabah Salim Nabhan Surabaya. Menurut laporan Kholis dalam Mengenal KH Abdul Majid Tamim, Murid Hadratussyekh yang Produktif Menulis disebutkan bahwa Majid Tamim memang dikenal dekat dengan keluarga Nabhan. Semasa hidupnya, penerjemah banyak kitab ini biasa mengisi pengajian yang diselenggarakan dan dihadiri oleh para habaib dan keturunan Arab, terutama di Pamekasan.

Nama Majid Tamim menambah deretan nama tokoh-tokoh tafsir di Indonesia, khususnya dari tanah Madura. Produktifitasnya dalam berkarya, ditambah ketawadu’annya telah memberi teladan bagi kita semua. Semoga kita bisa meneladaninya. Amin 

Fawaidur Ramdhani
Fawaidur Ramdhani
Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya dan Dosen Ma’had Ali UIN Sunan Ampel Surabaya. Minat pada kajian tafsir Al-Quran Nusantara, manuskrip keagamaan kuno Nusantara, dan kajian keislaman Nusantara
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...