BerandaKhazanah Al-QuranMushaf Al-QuranMengenal Mushaf Surah Yasin Kementerian Agama

Mengenal Mushaf Surah Yasin Kementerian Agama

Budaya pembacaan Surah Yasin [36] yang termotivasi dari fadhilah atau keutamaannya agaknya telah membawa perubahan dalam tren penerbitan mushaf Alquran. Mushaf berisi hanya Surah Yasin, atau kadang disertai surah dan bacaan lain yang terkait, lantas membanjiri pasar. Momen ini yang kiranya mengundang Kementerian Agama (selanjutnya disingkat Kemenag) untuk turut berpartisipasi dengan ‘misi khusus’ di dalamnya. Pada tahun 2019 silam, untuk pertama kalinya, Kemenag menerbitkan produk mushaf berjudul Surah Yasin: Beberapa Surah dan Tahlil.

Sebagaimana disampaikan Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama pada waktu itu, penerbitan mushaf Surah Yasin perdana ini guna memenuhi kebutuhan umat Islam yang terus meningkat. Lebih lanjut, beliau menyebutkan bahwa penerbitan Surah Yasin ke dalam mushaf tersendiri secara khusus didasarkan pada intensitas praktik amaliahnya yang cukup tinggi, terutama dalam berbagai acara keagamaan.

Baca Juga: Tradisi Wirid Yasin di Gogodalem, Semarang

Deskripsi Surah Yasin

Mushaf Surah Yasin ini diterbitkan Kemenag melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan dicetak oleh Unit Percetakan Al-Qur’an (UPQ) pada tahun 2019. Bentuk yang diadopsi adalah bentuk ukuran saku, mengikuti bentuk mushaf yang sama yang telah lebih dahulu populer. Bentuk ini pula yang agaknya sesuai dengan peruntukannya.

Dari segi isi, mushaf ini memuat 11 judul bacaan. Kesebelas judul tersebut secara berurutan adalah: 1) Surah Yasin, disertai keutamaan dan doa setelah membacanya; 2) Surah Al-Kahfi; 3) Surah As-Sajdah; dan 4) Surah Al-Fath, yang ketiganya hanya disertai keutamaannya; 5) Surah Ar-Rahman; 6) Surah Al-Waqi‘ah; 7) Surah Al-Mulk; dan 8) Surah Nuh, yang kelima-limanya tanpa disertai keutamaannya; 9) bacaan tahlil dan doa setelahnya; 10) wirid pendek setelah salat fardu; serta 11) doa selamat.

Mushaf ini ditulis menggunakan font bergaya Isep Misbah sebagaimana mushaf Kemenag lain pasca tahun 2019. Yang membedakan hanya ukuran font dan tentunya pada bagian layout, menyesuaikan ukuran produk yang ada.

Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia dengan aksara Arab atau Pegon, kecuali pada bagian sambutan Menteri Agama. Penggunaan bahasa pengantar semacam ini juga banyak dijumpai pada mushaf Surah Yasin lain. Meskipun bagi beberapa konsumen, hal ini akan menimbulkan sedikit kesulitan ketimbang jika menggunakan aksara Latin.

Sayangnya dalam pencarian singkat secara daring, penulis belum menjumpai versi online dari mushaf Surah Yasin ini. Mungkin dengan isi yang relatif sama, Kemenag menganggap cukup akses bacaan tersebut melalui aplikasi Qur’an Kemenag.

Baca Juga: Keutamaan Surat Yasin Dalam Tradisi Masyarakat Muslim Indonesia

Nomenklatur Majmu‘ Syarif

Yang cukup menarik dari mushaf Kemenag ini adalah kendati pada bagian sampul tertulis judul Surah Yasin, tetapi pada bagian dalam, pembaca akan menjumpai tulisan Majmu‘ Syarif: yahtawi ‘ala suwar qur’aniyyah wa ad‘iyyah wa (i)stighfarat wa tawajjuhat ila Allah ‘azz wa jall, yang kira-kira dimaksudkan bahwa mushaf ini berisi kompilasi surah, zikir , dan doa.

Menarik karena pembubuhan frasa majmu‘ syarif agaknya memiliki arti tersendiri. Seperti yang telah diketahui, produk kompilasi surah, zikir, dan doa yang lebih dahulu populer lazim disebut dengan majmu‘ syarif. Sehingga, pembubuhan frasa ini oleh Kemenag dapat berarti setidaknya dua hal.

Pertama, mushaf Surah Yasin Kemenag ini ‘murni’ mengadopsi produk majmu’ syarif yang telah lebih dahulu ramai di pasaran. Kedua, pembubuhan frasa ini di samping pemberian judul resmi di bagian sampul dapat berarti bahwa istilah majmu‘ syarif telah menjadi nomenklatur tersendiri dalam industri permushafan.

Jika mengikuti kemungkinan yang pertama, maka tidak ada salahnya jika mushaf Surah Yasin ini disebut sebagai majmu‘ syarif ‘mini’. Hal ini karena dari segi isi, mushaf Surah Yasin ini hanya menyebutkan sebagian dari isi majmu‘ syarif. Merujuk pada beberapa produk Majmu‘ Syarif, baik dengan pengantar aksara Latin maupun aksara Pegon, disebutkan juga Surah Al-Muzzammil, Surah An-Naba’, doa-doa tahunan, dan bahkan bacaan ratib.

Baca Juga: Mengenal Profil Lembaga Pentashihan Mushaf Al-Quran Kementerian Agama

Akan tetapi jika mengikuti kemungkinan kedua, maka mushaf Surah Yasin ini masuk dalam kategori nomenklatur majmu‘ syarif. Kategori nomenklatur yang mungkin didefinisikan sebagai kumpulan surah Alquran, bacaan zikir, dan doa dengan ukuran, paten isi, dan fungsi utama yang ditonjolkan sebagaimana dapat dipahami dari produk majmu‘ syarif di pasaran.

Namun demikian, terlepas dari masalah frasa majmu‘ syarif, upaya Kemenag yang turut serta dalam kancah penerbitan Surah Yasin ini sangat patut diapresiasi. Sebagaimana juga penulis sebutkan pada ulasan tentang mushaf Juz ‘Amma (baca: Mengenal Mushaf Juz ‘Amma Kementerian Agama), Kemenag telah memberi perhatian secara khusus pada segmen mushaf Surah Yasin melalui penerbitan mushaf terstandarisasi Pemerintah.

Wallahu a‘lam bi al-shawab.

Nor Lutfi Fais
Nor Lutfi Fais
Santri TBS yang juga alumnus Pondok MUS Sarang dan UIN Walisongo Semarang. Tertarik pada kajian rasm dan manuskrip kuno.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...