BerandaTokoh TafsirTokoh Tafsir DuniaMengenal Ruzbihan al-Baqli: Mufasir dan Sufi Besar Asal Persia

Mengenal Ruzbihan al-Baqli: Mufasir dan Sufi Besar Asal Persia

Seorang sufi besar abad ke-12 yang memiliki nama lengkap Muhammad Ruzbihan ibn Abi Nashr al-Baqli al-Syirazi ini dilahirkan pada tahun 522 H/1128 M di daerah Pasa (bahasa Arab: Basa), provinsi Fars, Persia bagian barat daya. Kalau ditinjau secara peta geografis saat ini, tempat kelahiran Ruzbihan al-Baqli tersebut berdekatan dengan dua tempat bersejarah masa Persia yang saat ini terletak di Iran yaitu kota Pasargadae dan Persepolis.

Tumbuh bersama para tokoh sufi besar

Dalam pengantar buku Beauty in Sufism: the Teachings of Rusbihan Baqli, Kazuyo Murata menjelaskan bahwa al-Baqli ia hidup di saat Dinasti Saljuk mengusai sebagian besar tanah Persia, lebih tepatnya di bawah komando pemerintahan Dinasti Salghurid (1148-1282). Marshal Hodgson menyebut al-Baqli hidup di era awal abad pertengahan (erlier middle period) sejarah Islam, yaitu abad ke-12 masehi. al-Baqli sendiri lahir di lingkungan keluarga yang religius, nilai-nilai pendidikan spiritual telah diperolehnya sejak kecil.

Baca Juga: Mengenal Ibn al-Araby: Mahaguru Tafsir Sufi Nazhari

Menurut pendapat Paul Ballanfat, pada usia 23 tahun, sufi besar ini pindah ke daerah Shiraz dan memulai pendidikan formalnya di sebuah surau sufi atau tempat berkumpulnya para penempuh jalan tasawuf (sufi convent) yang didirikan oleh Syaikh Siraj al-Din Mahmud ibn Khalifa (w. 1165 M). Ia belajar ilmu tasawuf dan menghafal Al-Qur’an di tempat tersebut hingga mendapatkan jubah kesufian (khirqa) dari gurunya tersebut. Setelah itu, ia kemudian melakukan pertapaan spiritual (ascetic life) atau uzlah selama tujuh tahun di Gunung Bamu yang terletak di pinggiran kota Shiraz.

Selain berguru kepada Syaikh Siraj al-Din Mahmud, Carl W. Ernst menyampaikan dalam karyanya yang berjudul Ruzbihan Baqli: Mysticism and the Rhetoric of Sainthood in Persian Sufism, bahwasanya al-Baqli juga berguru kepada beberapa tokoh sufi besar pada masanya seperti Syaikh Jamal al-Din Abu al-Wafa al-Fasa’i, Syaikh Abu al-Safa’a al-Wasiti, Syaikh Jagir Kurdi, Syaikh Qiwam al-Din Suhrawardi, Syaikh Fakhr al-Din ibn Maryam, Syaikh Arshad al-Din Nayrizi.

Dalam buku The Unveiling of Secrets Kashf al-Asrar: The Visionary Autobiograpgy of Ruzbihan al-Baqli (1128-1209 A.D.) karya Firoozeh Papan-Matin, dijelaskan bahwa al-Baqli tidak hanya menimba ilmu di Shiraz, tetapi juga melakukan pengembaraan intelektual di berbagai negara, seperti Irak, Hijaz (Makkah & Madinah), Syiria, dan Mesir. Ketika di Aleksandria, al-Baqli pernah mengikuti kajian kitab Shahih al-Bukhari yang diajarkan oleh seorang sufi besar yang juga pakar hadis yaitu Abu al-Najib al-Suhrawardi.

Kemudian, tatkala perjalanan menuju Makkah, Ruzbihan al-Baqli bertemu dengan Abu al-Najib al-Suhrawardi di Madinah. Pertemuan dua tokoh sufi tersebut menghasilkan terjadinya diskusi yang cukup panas antara keduanya berkaitan dengan hal-hal tasawuf dan metode wushul kepada Allah. Abu al-Najib al-Suhrawardi berpendapat bahwa cara wushul kepada Allah adalah melalui jalan pertapaan spiritual (ascetic). Sedangkan al-Baqli lebih memilih jalan memabukkan diri dalam cinta kepada Allah. Karena perdebatan terjadi cukup panas, menyebabkan keduanya pergi tanpa adanya kesepakatan antara al-Suhrawardi dengan al-Baqli.

Namun, berselang tiga hari setelah perdebatan tersebut, Abu al-Najib al-Suhrawardi mengalami mukasyafah dan diberitahu oleh malaikat Jibril bahwasanya lawan debatnya kemarin itu merupakan seorang tokoh besar sufi pada zaman itu. Setelah mengalami mukasyafah tersebut, ketika berada di Madinah, al-Suhrawardi segera mengunjungi Ruzbihan al-Baqli dan memberikan penghormatan kepadanya. Berkat ketinggian pangkat spiritual tersebut, ketika kembali ke Shiraz, al-Baqli menjadi seorang guru sufi yang mengajar di Masjid ‘Atiq.

Baca Juga: Penafsiran Kaum Sufi Tentang Persoalan Apakah Manusia Dapat Melihat Allah Swt

Terdapat kisah menarik yang disampaikan oleh Mu’in al-Din Abu al-Qasim Junaid Shirazi menjelaskan dalam karyanya Shadd al-Izar fi Hathth al-Auzar ‘an Zuwwar al-Mazar. Pada waktu al-Baqli sakit, tepatnya saat-saat menjelang akhir hayatnya, ia didatangi oleh Syaikh ‘Ali al-Siraj dan Syaikh Abu Hasan al-Kardawiyah. Sufi asal Persia ini kemudian memanggil kedua syaikh tersebut lalu diberitahu bahwa kita akan segera meninggalkan ikatan dunia yang fana ini menuju kehidupan yang abadi di akhirat kelak. Kedua syaikh tersebut mengiyakan ucapan al-Baqli.

Setelah menyampaikan hal tersebut, mungkin Ruzbihan al-Baqli mengalami mukasyafah sehingga memberitahu ‘Ali dan Abu Hasan dengan ucapan berikut:

فَقَالَ الشَّيْخُ أَنَا أَتَقَدَّمُ وَأَنْتَ يَا عَلِى بَعْدَ مَضَى شَهْرٍ وَأَنْتَ يَا أَبَا الْحَسَنِ بَعْدَ خَمْسَةِ عَشَرَ يَوْمًا

“Maka syaikh (al-Baqli) berkata: saya lebih dahulu (wafat), dan kamu wahai ‘Ali (akan menyusul wafat) setelah berlalu satu bulan, dan kamu Abu Hasan (akan wafat) setelah 15 hari dari sekarang”

Ungkapan Ruzbihan al-Baqli tersebut akhirnya benar terjadi. Firoozeh Papan-Matin menjelaskan bahwa menjelang akhir hayatnya, al-Baqli mengalami kelumpuhan. Mendengar hal tersebut, salah satu muridnya yang baru saja dari Mesir membawa obat untuk berupa medicinal oil untuk mengobati penyakit tersebut. Namun Ruzbihan al-Baqli malah menolaknya, dan menyuruh muridnya agar mengoleskan minyak obat tersebut kepada anjing yang sedang terbaring dalam keadaan sakit di depan pintu.

Pertemuan dan interaksinya dengan banyak tokoh sufi inilah yang nantinya sangat mempengaruhi pemikiran beliau, khususnya dalam menafsirkan Al-Quran dalam tafsirnya, ‘Arais al-Bayan fi Haqaiq al-Qur’an.

Hingga akhirnya Ruzbihan al-Baqli wafat pada awal bulan Muharram tahun 606 H atau pertengahan bulan Juli tahun 1209 M. Jasad beliau dikebumikan di daerah Shiraz, Iran. Pada tahun 1928, makam beliau ditemukan oleh Ivanow, dan dilakukan pemugaran makam oleh kementrian budaya Iran hingga menjadi salah satu tempat religi penting di provinsi Fars, Iran pada saat ini.

Baca Juga: Nalar Sufistik dan 3 Ragam Konteks Interaksinya dengan al-Quran

Karya-karya Ruzbihan al-Baqli

Selama hidupnya, al-Baqli telah meninggalkan banyak karya tulis di berbagai bidang keilmuan Islam. Syaraf al-Din dalam karyanya Tuhfat Ahl al-’Irfan menyampaikan bahwa total keseluruhan karya dari Ruzbihan al-Baqli mencapai 60 karya tulis, yang mencakup bidang ilmu tafsir, hadis, fikih, tasawuf, teologi. dan sya’ir. Namun, sayangya mayoritas karya tersebut telah hilang pada saat pasca wafatnya Ruzbihan al-Baqli. Berbeda dengan pendapat sebelumnya, Muhammad Taqi Danish Pazhuh menyampaikan bahwa karya al-Baqli mencapai seratus karya tulis. Mayoritas karya dari al-Baqli menggunakan bahasa Persia.

Hinga saat ini, dari banyaknya karya tersebut, yang sampai di era kita saat ini hanya beberapa manuskrip saja. Beberapa manuskrip tersebut ada yang sudah dicetak ulang dan ditahqiq. Menurut hasil penelitian Ivanow, Massignon, Corbin, dan Mu’in, karya-karya Ruzbihan al-Baqli yang masih beredar dan dapat diakses antara lain adalah:

  1. ‘Arais al-Bayan fi Haqaiq al-Qur’an
  2. Mantiq al-Asrar bi Bayan al-Anwar
  3. Syarh al-Thawasin
  4. Kasyf al-Asrar wa Mukasyafat al-Anwar
  5. Siyar al-Arwah
  6. Risalah al-Uns fi Ruh al-Quds
  7. Ghalathat al-Salikin
  8. ‘Abhar al-’Asyiqin
  9. Syarh al-Hujub
  10. al-Maknun fi Haqaiq al-Kalim al-Nabawiyyah
  11. Masyrab al-Arwah

Demikian sekilas profil al-Baqli, keluarga, guru, teman diskusi dan lingkaran kehidupannya. Bberapa aspek ini sedikit banyak akan memberi andil dan berpengaruh besar terhadap pemikirannya, sebagaimana terlihat dalam beberapa karya-karyanya tersebut.

Moch Rafly Try Ramadhani
Moch Rafly Try Ramadhani
Mahasiswa Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Keutamaan Waktu antara Maghrib dan Isya

Keutamaan Waktu antara Maghrib dan Isya

0
Dalam Islam, setiap waktu memiliki keutamaan dan keberkahan tersendiri. Salah satunya ialah waktu antara Maghrib dan Isya. Di waktu yang singkat tersebut umat Islam...