BerandaKisah Al QuranMenyingkap Isyarat Ilmiah dalam Al-Quran

Menyingkap Isyarat Ilmiah dalam Al-Quran

Sebagai mukjizat Islam yang abadi, Alquran selalu relevan untuk dikaji dan dikaitkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Isyarat-isyarat yang terkandung selalu memancarkan pesan-pesan ilmiahnya kepada nurani, sehingga hiduplah semua unsur perkembangan dan kemajuan pada sisi keilmiahannya.

Memahami isyarat ilmiah yang termuat dalam Al-Quran, sudah pasti harus mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa diturunkannya Al-Quran. Jika menengok kembali pada masa diturunkannya Al-Quran, tidak banyak isyarat ilmiah yang diketahui oleh umat manusia kala itu. misalnya ketika mengisyaratkan tentang cikal bakal manusia dalam surah an-Najm: 45-46;

 وَأَنَّهُۥ خَلَقَ ٱلزَّوْجَيْنِ ٱلذَّكَرَ وَٱلْأُنثَىٰ(35) مِن نُّطْفَةٍ إِذَا تُمْنَىٰ(36)

Menurut penafsiran Quraish Shihab kata nuthfah dalam bahasa Arab memiliki arti “setetes yang dapat membasahi”. Dari informasi yang disampaikan oleh Al-Quran, lahirlah penemuan ilmiah pada abad ke-20 yang menginformasikan bahwa cairan mani atau sperma yang menyembur dari alat vital laki-laki mengandung dua ratus juta benih manusia, namun hanya satu benih yang mampu menembus dinding ovum, hanya satu. Inilah yang dimaksud Al-Quran yakni nutfah dari mani yang memancar.

Isyarat-isyarat serupa lainnya disebutkan dalam konteks petunjuk, yang mendorong akal manusia untuk meneliti dan memahami percikan pesan-pesan Al-Quran tersebut. Sayyid Quthb menjelaskan terkait penafsiran firman Allah dalam surah al-Baqarah: 189,

۞ يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْاَهِلَّةِ ۗ قُلْ هِيَ مَوَاقِيْتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِاَنْ تَأْتُوا الْبُيُوْتَ مِنْ ظُهُوْرِهَا وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقٰىۚ وَأْتُوا الْبُيُوْتَ مِنْ اَبْوَابِهَا ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Ia mengatakan, bahwa hikmah ayat ini tertuju pada realita kehidupan ilmiah, bukan sekedar mengarah pada ilmu teori. Al-Quran menjelaskan tentang bagaimana fungsi hilal dalan realita kehidupan manusia. Betapa Al-Quran lebih dulu mengisyaratkan sebuah informasi yang jauh lebih besar dari informasi-informasi kecil lainnya.

Dan masih banyak lagi, ayat-ayat yang menyinggung isyarat ilmiah. Sebagaimana menurut penjelasan Thantawi Jauhari dalam kitabnya al-Jawahir, bahwa di dalam Al-Quran terdapat 750 ayat yang mengulas ilmu pengetahuan, dan hanya 150 yang mengulas mengenai fiqh.

Tidak dapat dipungkiri, Al-Quran hingga saat ini terus mengajak manusia untuk mengeksploitasi ayat-ayat Nya yang berdimensi ilmiah, pun menggugah sense of knowledge dalam diri manusia untuk terus berpikir dan memahami ciptaan-Nya dilangit dan di bumi. Sebagaimana firman Allah dalam al-Baqarah: 219, bahwa

كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَۙ

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan. (Q.S. al-baqarah [2]: 219)

Melalui isyarat-isyarat ilmiah yang diungkapkan, Al-Quran menegaskan bahwa ilmu pengetahuan dan wahyu ilahi merupakan dua aspek kebenaran yang tidak ada pertentangan di antara keduanya. Di sisi lain, merupakan pertanda bahwa Allah menekankan pentingnya arti belajar dan dalam kehidupan, karena Allah sendiri tidak pernah menutup kesempatan kepada manusia untuk  berupaya menginterpretasikan isi Al-Quran.

Dalam memahami isyarat ilmiah pada Al-Quran, hal yang perlu ditekankan adalah tujuan utama menggali dalamnya ilmu pengetahuan yang dikandung oleh Al-Quran tidak hanya untuk meningkatkan kualitas kecerdasan akal semata, melainkan untuk menambah keimanan dan keyakinan kepada Allah pun sebagai ladang amal saleh dalam menebar kebaikan kepada sesama makhluk-Nya. Wallahu A’lam.

Mufidatul Bariyah
Mufidatul Bariyah
Mahasiswa Ilmu Alquran dan Tafsir Institut Kiai Haji Abdul Chalim (IKHAC) Mojokerto, aktif di CRIS (Center for Research and Islamic Studies) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...