BerandaTafsir TematikTafsir TarbawiMeski Zaman Telah Berubah, Pendidik Tetap Perlu Ada

Meski Zaman Telah Berubah, Pendidik Tetap Perlu Ada

Sebagai salah satu komponen pendidikan, pendidik memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Dalam cakupan yang lebih rinci, peran pendidik seperti guru adalah sebagai pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai, dan bertugas mengevaluasi peserta didik. Untuk itu, peran pendidik begitu penting dalam mencapai tujuan pendidikan.

Figur pendidik menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh sebab itu seorang pendidik harus memiliki standar kualitas pribadi yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Sebab dirinya menjadi panutan yang digugu dan ditiru.

Ketika pendidik digugu dan ditiru berarti ia dijadikan sebagai role model bagi peserta didik. Selain itu, ia juga sebagai sumber pengetahuan yang dinilai pantas dan dapat menjamin validitas ilmu yang didapat oleh peserta didik.

Namun pernahkah kita berpikir, untuk apa sebenarnya diperlukan seorang pendidik? Bukankah zaman sekarang sudah semakin canggih? Peserta didik dapat belajar di mana pun, baik terkait dengan pengetahuan ataupun hal-hal yang lain.

Alquran menjawab hal ini sebagai berikut. Salah satu firman Allah berbunyi:

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S. Arrum [30]: 30).

Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsirnya menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut Allah memerintahkan untuk mengikuti agama yang telah digariskan, yaitu agama haniifiyyah. Agama itu adalah agama fitrah yang lurus dan benar yang Allah Swt menciptakan makhluk menurut fitrah itu.

Allah Swt menciptakan manusia atas dasar naluri untuk makrifat kepada-Nya, mengenal-Nya, mengesakan-Nya, dan meyakini bahwa tiada Tuhan selain Dia. Oleh sebab itu, hendaknya setiap manusia dengan itu condong kepada agama yang hak dan menjauhi agama-agama yang batil.

Ayat di atas menjadi dalil yang menunjukkan bahwa sebenarnya makhluk diciptakan dalam keadaan memiliki naluri dan sifat alamiah yang cenderung kepada akidah yang benar, bahwa akal manusia aslinya tercipta dalam keadaan bersih dan lurus.

Kemudian terjadi perubahan dan penyimpangan akibat pengaruh-pengaruh lingkungan berupa hawa nafsu, pengetahuan, dan wawasan yang menyimpang, warisan-warisan tradisi yang batil dan sikap bertaklid buta secara terus-menerus dan membabi buta kepada para leluhur tanpa mempergunakan akal pikiran dan tanpa ada usaha pembentukan akidah berdasarkan pandangan yang independen, obyektif, dan tepat.

Maka hal ini dikuatkan oleh hadis Nabi. Rasulullah saw bersabda; “Setiap anak lahir (dalam keadaan) fitrah. Kedua orang tuanya lah yang (memiliki andil dalam) menjadikan anak beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi (H.R. Bukhari).

Baca juga: Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam Al-Quran: Refleksi Kepatuhan Terhadap Guru

Prof. Quraish Shihab mengatakan bahwa fitrah yang dimaksud dalam surah Arrum ayat 30 adalah kondisi atau keadaan penciptaan yang terdapat dalam diri manusia yang menjadikan manusia itu berpotensi untuk mengenal Allah dan ciptaan-ciptaan Allah, sera syariat-syariatnya.

Sementara Al-Qurthubi menambahkan bahwa Allah menciptakan anak itu dalam keadaan bebas dari kekufuran, berdasarkan janji yang Allah ambil dari keturunan Adam ketika Dia mengeluarkan mereka dari sulbinya. Mereka juga, apabila meninggal dunia sebelum baligh, akan masuk surga, baik anak orang Islam maupun anak orang kafir.

Mengapa Pendidik Diperlukan?

Kembali kepada pertanyaan awal, yaitu mengapa pendidik diperlukan? Mengacu kepada Q.S. Arrum ayat 30 di atas bahwa setiap anak yang dilahirkan ke dunia itu dalam keadaan yang fitrah (suci). Para mufasir di atas mengartikan fitrah sebagai sebuah potensi (beragama) untuk mengenal Tuhannya, yaitu Allah Swt.

Namun fitrah atau potensi tersebut dapat berubah ketika seorang anak manusia telah lahir ke dunia. Fitrah itu bisa saja dipengaruhi oleh lingkungan, pengetahuan, dan lain sebagainya, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya.

Sehingga, secara filosofis, seorang pendidik diperlukan mengacu kepada dua alasan; Pertama, pendidik diperlukan karena ada potensi yang patut dikembangkan dan diarahkan yang dibawa oleh setiap anak sejak lahir. Sebab, jika tidak dikembangkan, maka potensi itu akan melenceng dari tujuan awalnya.

Kedua, seorang pendidik diperlukan karena setiap peserta didik memiliki ketergantungan dan pertanggungjawaban dalam pengembangan potensinya. Meski saat ini kondisi zaman sudah semakin canggih dan setiap orang dapat memperoleh ilmu dari mana pun. Namun tidak ada yang dapat bertanggung jawab terkait dengan keabsahan dalam pengembangan fitrah yang ada seperti seorang pendidik.

Penutup

Oleh karena itu, peran pendidik terutama dalam pendidikan Islam sejatinya tidak dapat tergantikan oleh apa pun. Sebab, Allah menganugerahkan fitrah (potensi) yang patut dikembangkan dengan benar dan dipertanggungjawabkan dengan baik, mengingat fitrah atau potensi dapat berubah ketika terkontaminasi dengan berbagai hal yang ada di sekitar peserta didik. Wallahu a’lam.

Baca juga: Tafsir Tarbawi: Empat Kompetensi Yang Harus Dimiliki oleh Pendidik

Saibatul Hamdi
Saibatul Hamdi
Minat Kajian Studi Islam dan Pendidikan Islam
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...