BerandaUlumul QuranMungkinkah Terdapat Bahasa non-Arab Dalam Al-Quran? Ini Penjelasan Para Ulama

Mungkinkah Terdapat Bahasa non-Arab Dalam Al-Quran? Ini Penjelasan Para Ulama

Diskursus keberadaan bahasa non-Arab (‘ajam) dalam Al-Quran menjadi satu kajian yang cukup banyak dibahas dan diperdebatkan oleh para pengkaji Al-Quran. Dalam literatur-literatur Ulum Al-Quran, diskursus tersebut dikaji secara mendalam dalam subbab pembahasan ma waqa’a fihi bi ghair lughah al-’Arab. Oleh karena itu, menarik kiranya bagi penulis untuk mengungkap ragam pendapat para ulama mengenai kemungkinan keberadaan bahasa non-Arab dalam Al-Quran.

Sebelum memasuki pembahasan kata non-Arab dalam Al-Quran, dalam lingkup bahasa Arab sendiri, Al-Quran tidak hanya turun menggunakan bahasa suku Quraisy, namun juga mencakup bahasa-bahasa suku Arab lain. Hal tersebut didukung dengan sebuah riwayat dari Ibnu Abbas yang dikutip oleh az-Zarkasyi berikut:

نَزَلَ بِلُغَةِ الْكَعْبَيْنِ كَعْبُ قُرَيْشٍ وَكَعْبُ خُزَاعَةَ، قِيْلَ: وَكَيْفَ ذَاكَ؟ قَالَ: لِأَنَّ الدَّارَ وَاحِدَةٌ

(Al-Quran) diturunkan dengan bahasa dua Ka’b, yaitu Ka’b Quraisy dan Ka’b Khuza’ah. Dikatakan: bagaimana hal tersebut terjadi?, (Ibnu Abbas) berkata: karena dua suku tersebut menempati tempat yang sama” (az-Zarkasyi, 2006:199)

Lebih jauh, Jalaluddin as-Suyuthi menyebutkan bahwa dalam lingkup Arab sendiri, ditemukan kurang lebih sebanyak 30 bahasa suku Arab dalam Al-Quran, yaitu bahasa Arab suku Kinanah, Hudzail, Himyar, Jurhum, Azad Syanu’ah, Madzahij, Khasy’am, Qais ‘Ailan, Saad al-’Asyirah, Kindah, ‘Adzrah, Hadhramaut, Ghassan, Muzainah, Lakhm, Judzam, Bani Hanifah, Bani al-Yamamah, Saba’, Salim, Imarah, Thayy, Khuza’ah, Amman, Tamim, Anmar, al-Asy’ariyyin, Aus, Khazraj, dan Madyan. (as-Suyuthi, 2012: 266-269)

Baca juga: Balaghah Al-Quran: Seni Tata Krama dalam Bahasa Al-Quran

Dari paparan tersebut dapat diketahui bahwa dalam Al-Quran, terkumpul bahasa dari berbagai suku Arab. Namun demikian, mayoritas bahasa Al-Quran tetap didominasi oleh bahasa suku Quraisy.

Kemudian, terkait keberadaan kosakata atau bahasa non-Arab dalam Al-Quran, para ulama masih berselisih pendapat soal ada tidaknya bahasa non-Arab dalam Al-Quran. Dalam tulisan yang berjudul Al-Quran wa Lughah al-Suryan karya Ahmad Muhammad Ali al-Jamal, perdebatan tersebut terpolarisasi menjadi tiga kelompok, yaitu:

  1. Tidak terdapat kosakata non-Arab dalam Al-Quran

Pandangan kelompok yang pertama ini didasarkan pada beberapa dalil ayat Al-Quran yang memang secara jelas menggunakan redaksi ‘arabiy ketika menjelaskan bahasa Al-Quran, seperti Q.S. Fussilat [41] ayat 44, dan Q.S. Yusuf [12] ayat 2:

وَلَوْ جَعَلْنٰهُ قُرْاٰنًا اَعْجَمِيًّا لَّقَالُوْا لَوْلَا فُصِّلَتْ اٰيٰتُهٗ ۗ ءَاَ۬عْجَمِيٌّ وَّعَرَبِيٌّ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا هُدًى وَّشِفَاۤءٌ ۗوَالَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَقْرٌ وَّهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًىۗ اُولٰۤىِٕكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَّكَانٍۢ بَعِيْدٍ ࣖ – ٤٤

Dan sekiranya Al-Quran Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab niscaya mereka mengatakan, “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah patut (Al-Quran) dalam bahasa selain bahasa Arab sedang (rasul), orang Arab? Katakanlah, “Al-Quran adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (Al-Quran) itu merupakan kegelapan bagi mereka. Mereka itu (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ – ٢

Sesungguhnya Kami menurunkannya sebagai Qur’an berbahasa Arab, agar kamu mengerti

Dengan berbasis dalil Al-Quran tersebut, maka Imam Syafi’i berpendapat bahwa seluruh Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab. Adapun apabila terdapat pendapat yang mengatakan ada bahasa Al-Quran selain bahasa Arab, maka pendapat tersebut tidaklah benar. Hal ini dikarenakan ditemukan sebagian orang Arab yang tidak tahu akan keluasan cakupan bahasa Arab. Sehingga menganggap apa yang tidak diketahuinya dalam bahasa Arab sebagai bahasa ‘ajam.

Argumen lain juga diutarakan oleh Ibnu Faris. Menurutnya, andaikan Al-Quran mengandung bahasa atau kosakata non-Arab, maka pastilah terdapat sebagian orang yang akan menyangka bahwa ketidakmampuan bangsa Arab dalam membuat semisal Al-Quran dikarenakan di dalam Al-Quran ditemukan bahasa yang tidak diketahui oleh orang Arab sendiri. (as-Suyuthi, 2012: 271)

Para ulama yang memiliki pandangan yang demikian ini antara lain adalah Muhammad ibn Idris asy-Syafi’i (w. 204 H), Abu ‘Ubaidah (w. 210 H), Ibnu Jarir al-Thabari (w. 310 H), Ibnu Faris (w. 395 H) dan Abu Bakar al-Baqillani (w. 403 H).

Baca juga: Sumbu Kesalahpahaman dalam Ilmu Qiraah

  1. Terdapat sebagian kosakata non-Arab dalam Al-Quran

Bertolak belakang dengan kelompok pertama, kelompok kedua ini cenderung mengakui akan keberadaan bahasa non-Arab dalam Al-Quran. Argumentasi kelompok kedua ini didasarkan pada beberapa kata Al-Quran yang ditemukan berasal dari non-Arab (‘ajam), seperti kata Abariq (Persia) dalam Q.S. al-Waqi’ah [56]: 18, al-Araik (Habasyah) dalam Q.S. al-Kahfi [18]: 31, Asfar (Nabatean) dalam Q.S. Saba’ [34]: 19, Ba’ir (Ibrani) Q.S. Yusuf [12]: 25, dan Tatbir (Nabatean) dalam Q.S. al-Isra’ [17]: 7. (al-Suyuthi, 2012: 273-275)

Abu Bakar al-Wasithiy menyatakan bahwa terdapat delapan bahasa non-Arab dalam Al-Quran, yaitu bahasa Persia, Roma, Nabatean, Habasyah, Barbar, Suryani, Ibrani, dan Qibthi. Dalam pendapat lain, ditemukan juga bahasa Yunani, dan bahasa Turki.

Baca juga: Kosa Kata Bahasa Asing dalam Al-Quran

Hikmah dari adanya bahasa ‘ajam dalam Al-Quran adalah menjadikan Al-Quran sebagai kitab suci yang mencakup ilmu-ilmu terdahulu dan ilmu-ilmu yang akan datang. Karena cakupanya yang luas tersebut, maka menjadi sebuah keniscayaan apabila bahasa Al-Quran terdiri dari berbagai ragam bahasa dari lisan manusia. (al-Suyuthi, 2012: 272)

Beberapa ulama yang mengikuti pandangan kelompok kedua ini adalah Abu Musa al-Asy’ari (w. 42 H), Ibnu ‘Abbas (w. 68 H), Sa’id ibn Jubair (w. 95 H), Mujahid (w. 104 H), ‘Ikrimah (w. 105 H), Atha’ ibn Abi Rabbah (w. 114 H), Jalaluddin al-Suyuthi (w. 911 H), al-Khuwayyi, Ibn al-Naqib, dan as-Syaukani

  1. Terjadi proses Arabisasi (Ta’rib) terhadap kosakata non-Arab dalam Al-Quran

Ibnu Athiyah mengungkapkan bahwa telah terjadi proses interaksi dan pencampuran bahasa antara bahasa Arab dari suku Arab asli yaitu Arab ‘Aribah dengan bahasa selain Arab. Terjadinya interaksi tersebut diakibatkan oleh interaksi perdagangan dengan pedagang-pedagang asal Habasyah, Persia, Syam, dan lain-lain. Namun, ketika bahasa non-Arab (‘ajam) tersebut berinteraksi dengan masyarakat Arab, maka terjadi proses arabisasi bahasa sehingga bahasa tersebut telah berubah menjadi mu’arrab.

Pandangan dari kelompok ketiga ini merupakan sikap yang menengahi perdebatan antara kelompok yang pertama dan kedua. Oleh karena itu, Abu Ubaidah ibn Salam mengatakan bahwa apabila terdapat kelompok yang berpendapat bahwa terdapat bahasa non-Arab maka itu benar adanya. Karena sebagian kata memang berasal dari bahasa ‘ajam.

Baca juga: Kompleksitas Bahasa Arab Sebagai Bahasa Al-Quran

Begitu juga sama benarnya dengan pendapat yang mengatakan tidak ada bahasa ‘ajam dalam Al-Quran, karena memang telah terjadi proses arabisasi bahasa terhadap kata-kata ‘ajam tersebut, sehingga berubah menjadi bahasa Arab. Para ulama yang berpandangan demikian antara lain adalah Abu ‘Ubaidah al-Qasim ibn Salam (w. 224 H), al-Jawaliqiy (w. 539 H), Ibnu ‘Athiyah (w. 546 H) dan Ibnu al-Jauzi (w. 597 H).

Dengan demikian, dari paparan tersebut, dapat dipahami bahwa para ulama masih berdebat dan berbeda pendapat terkait kemungkinan keberadaan kosakata atau bahasa non-Arab dalam Al-Quran. Sehingga, hal ini menunjukkan bahwa belum ada keputusan atau kesepakatan final dari para ulama tentang keabsahan kosakata atau bahasa non-Arab dalam Al-Quran. Wallahu a’lam[]

Moch Rafly Try Ramadhani
Moch Rafly Try Ramadhani
Mahasiswa Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...