BerandaTafsir TematikNgaji Gus Baha’: Nur Muhammad SAW Ada Sebelum Nabi Adam Diciptakan

Ngaji Gus Baha’: Nur Muhammad SAW Ada Sebelum Nabi Adam Diciptakan

Kyai Ahmad Bahauddin Nursalim, yang kerap disapa dengan Gus Baha’ dalam pengajiannya bersama santri Gayeng menyampaikan penciptaan nur Muhammad SAW.  Gus Baha’ mengatakan nur Muhammad SAW sudah ada sebelum adanya Nabi Adam. Dalam menjalaskan, Gus Baha’ juga memberikan analogi yang jelas, agar penjelasannya mudah dipahami.

Hakikat itu bermacam-macam. Ada yang zahir dan batin. Dan yang zahir ada juga yang disebut dengan nazaril ain (pandangan mata). Sebagaimana dengan firman Allah yaitu Surat Ar-Rum ayat 27:

 وَهُوَ ٱلَّذِى يَبْدَؤُا۟ ٱلْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ

“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya.”

Maksud ayat di atas adalah ketika Allah mengembalikan hambanya semua, itu lebih mudah dari pada memulainya. Dan ayat di atas memiliki maksud nazaril ain, yakni pandangan mata. Karena dalam konteks ini ‘mengembalikan kamu’, yang artinya kamu mati, jadi tanah, jadi debu. Namun, seorang hambaNya yang sudah mati masih ada materinya, dan materi tersebut bernama kamu. Dan ketika Allah mengembalikan kamu menjadi kamu lagi pada hari kebangkitan maka itu ada materinya. Sebab menciptakan dengan materi itu lebih mudah dari pada memulai dari tidak ada sama sekali. Permasalahan itulah yang di maksud dengan nazaril ain (pandangan mata).

Misalnya, Allah ketika menciptakan bumi dan seisinya, kemudian menciptakan manusia yang kecil, dan semua itu Allah melakukannya dengan mudah, Bahkan hanya dengan kun fayakun (jadilah! Maka akan jadi), semua akan terjadi. Akan tetapi, jika nazaril ain (pandangan mata) dalam makhlukNya, apa yang diciptakan Allah itu sangat sulit dalam pandangan makhlukNya tersebut. Dengan itu Gus Baha’ mencontohkan, ketika Allah menciptakan hambaNya tidak memiliki uang, namun bisa bahagia, kemudian Allah menciptakan hidung pesek dan kecil, namun bisa bernafas dengan lepas tanpa ada efek samping lainnya.

Baca juga: Ngaji Gus Baha’: Bisakah Manusia Berdialog dengan Hewan dan Tanah?

Dari yang dicontohkan Gus Baha’ itu semua, makhlukNya tidak pernah mengira, mana ada orang tidak punya duwit, tapi bisa bahagia. Sangat sulit jika dipikir oleh nalar seorang makhlukNya.

Dan Gus Baha juga mencontohkan ketika ada istri memiliki paras wajah yang biasa saja, namun suami bisa merasakan kebahagiaan ketika dengan istrinya. Berarti semua itu merupakan bukti kekuasaan Allah, yang masih dikatakan mengherankan menurut pandangan mata makhlukNya.

Cara Memahami Nur Muhammad sudah ada sebelum Nabi Adam As

Secara zahir, wujud Nabi Muhammad itu lahir pada akhir zaman, akan tetapi hakikatnya tidak hanya pada akhir zaman. Kenapa bisa seperti itu? Karena hakikat nur Muhammad itu ada ketika sebelum Nabi Adam As.

Mengapa nur Muhammad SAW sudah ada pada zaman sebelum Nabi Adam?

Gus Baha’ menganolagikannya ibarat membuat cerita wayang, misalnya cerita wayang tersebut akan diperankan oleh Jaka Tarub. Sebelum peran Jaka Tarub ini dilahirkan, pasti butuh yang namanya proses pembuatan sistem kerajaan, kemuian dimana Jaka Tarub lahir dan lain sebagainya. Meski tujuan besarnya ialah membuat peran Jaka Tarub, hal ini tetap harus membuat skenario untuk menghadirkan Jaka Tarub itu muncul. 

Begitu juga dengan nur Muhammad, ketika Allah SWT sangat mencinta nur Muhammad, artinya nur Muhammad sudah dibuat lebih dulu. Namun Allah merencanakan bahwa Nabi Muhammad SAW hidup pada akhir zaman. Membuat akar keturunan hingga masuk pada sayyid Abdullah hingga lahirlah Nabi Muhammad SAW. Dengan begitu dapat dipahami bahwa Allah SWT berkehendak bahwa tokoh utama di alam raya ini adalah Nabi Muhammad SAW.

Baca juga: Ngaji Gus Baha’: Cara Agar Tidak Mudah Kecewa dengan Orang

Jadi, perlu untuk digaris bawahi bahwa secara zahir Nabi Muhammad hidup pada akhir zaman, sedangkan hakikatnya nur Nabi Muhammad sudah ada sebelum Nabi Adam. Kemudian Gus Baha’ masih memberikan contoh anologi lainnya, bahwa ketika kita hendak akan menulis tulisan

الحمد لله القوي الغالب   paling tidak kita butuh yang namanya kertas terlebih dahulu, dan untuk bisa bikin kertas dulu, juga dibutuhkan untuk menanam pohon terlebih dahulu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa yang masuk kategori manaltu nazaarika (pusat perhatianmu) adalah akan menulis itu tadi. Meskipun awalannya harus menanam pohon dan mencetak kertasnya dulu baru bisa nulis.

Baca juga: Ngaji Gus Baha’: Manajemen Keuangan dalam Perspektif Al Quran

Setelah pemaparan di atas, selanjutnya Gus Baha’ mengatakan bahwa dalam semua ulumul Quran dan kaidah tafsir, dalam setiap firman Allah SWT itu adanya yang namanya nazaaril ain (pandangan mata), pandangan pemikiran makhlukNya. Jika tidak dibuat begitu, bisa jadi semua makhluk Allah akan kafir semua. Kenapa bisa seperti itu? Gus Baha memperjelas dengan mencontohkan jika kita menyifati Allah dengan lafadz عالم الغيب   diartikan dzat yang mengetahui benda tak kasat mata. Padahal di depan Allah tidak ada barang yang ghaib. Maka, kita perlu belajar secara mendalam. Wallahu a’lam []

Norma Azmi Farida
Norma Azmi Farida
aktif di Cris Foundation (Center For Research of Islamic Studies) Redaktur Tafsiralquran.id
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU