BerandaKisah Al QuranPelajaran dari Musibah Kehilangan dalam Kisah Nabi Yakub

Pelajaran dari Musibah Kehilangan dalam Kisah Nabi Yakub

Dalam pandangan manusia, adakalanya kehilangan menjadi suatu hal yang buruk dan menyedihkan, akan tetapi, Alquran mengajarkan untuk percaya bahwa musibah kehilangan akan selalu diiringi dengan hikmah. Salah satunya ialah Allah berjanji bahwa setiap sesuatu yang hilang baik harta, kesehatan, ataupun orang yang dicintai, Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik.

Kisah Nabi Yakub Diuji Kehilangan Nabi Yusuf

Dalam Alquran, terdapat satu kisah yang mengajarkan hikmah tentang kehilangan, yaitu kisah Nabi Yakub yang diuji kehilangan putranya, Nabi Yusuf, sebab perbuatan makar yang dilakukan oleh putra-putranya yang lain. Hal tersebut terjadi karena kecemburuan mereka, bahwa di antara 12 putra Nabi Yakub, Yusuf menjadi anak kesayangan beliau.

Dalam riwayat lain, sebagaimana yang tertulis dalam surah Yusuf ayat 1-7, penyebab iri dengki saudara-saudara Nabi Yusuf yaitu karena berita tentang mimpi Yusuf telah sampai kepada mereka (sebelas saudaranya), kemudian mereka merencanakan persengkongkolah untuk menjauhkan Nabi Yusuf dari ayah mereka. (Tafsir al-Munir 6/457)

Mereka menyiasatinya dengan berbohong agar tidak dimarahi dan tetap mendapatkan kasih sayang dari ayah mereka dengan mengabarkan kepada Nabi Yakub bahwa Yusuf kecil telah dimakan oleh serigala. Mereka pun membawa baju milik Nabi Yusuf yang telah dilumuri darah palsu sebagai bukti untuk menguatkan kebohongan mereka. Ini sebagaimana termaktub dalam surah Yusuf ayat 16-18.

Baca Juga: Tafsir Surah Yusuf Ayat 9-10: Sifat Manusia dalam Rencana Saudara-Saudara Nabi Yusuf

Kabar tersebut membuat Nabi Yakub sedih bahkan menangis berkepanjangan. Meski kehilangan putra tercintanya, Nabi Yakub berusaha untuk tetap teguh dan sabar. Nabi Yakub tidak mencela anak-anaknya atas perbuatan yang mereka lakukan, beliau memilih berserah diri dan memohon pertolongan kepada Allah atas ujian kehilangan tersebut.

قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ …..

Yakub berkata: “Sebenarnya diri kalian berbuat sesuatu yang membuat diri kalian nyaman; Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.” (Q.S. Yusuf: 18)

Belum sembuh kepedihan akan kerinduannya kepada putra tersayangnya itu, Nabi Yakub kembali diterpa musibah kehilangan putranya untuk kedua kalinya, yaitu Bunyamin. Kesedihan Nabi Yakub ini menyebabkan matanya menjadi putih, kabur dan tidak mampu melihat dengan sempurna. Hal ini seperti yang diabadikan dalam surah Yusuf: 83-84.

Peristiwa ini mengingatkan kembali Nabi Yakub perihal Yusuf. Kesedihan atas hilangnya Nabi Yusuf sulit terlupakan hingga membuat kedua matanya memutih. Kesedihan Nabi Yakub adalah hal yang wajar, bukan maknanya tidak menerima takdir. Sebagaimana dijelaskan dalam Lathaif at-Tafsir min Surah Yusuf h. 107.

Kendati dapat dibilang mampu bertahan dalam kesedihan yang amat panjang, Nabi Yakub tidak meminta agar dibukakan pengetahuan gaib untuk mengetahui keadaan anak-anaknya, melainkan beliau menyerahkan semua urusanya kepada Allah dengan bertawakal. Beliau percaya bahwa akan ada hikmah dan kebijaksanaan Allah atas segala ujian yang sedang beliau hadapi.

Baca Juga: Kisah Kesabaran Nabi Ya’kub : Tafsir Surat Yusuf ayat 18

Keteguhan Iman Sebagai Bekal

Kalimat صَبْرٌ جَمِيلٌ sebagaimana di ayat 18 dan 83 diucapkan oleh Nabi Yakub tatkala kehilangan dua anak yang dicintainya, yaitu Yusuf dan Bunyamin. Ibnu Katsir (4/402) menerangkan bahwa Nabi Yakub bersabar dengan sebaik-baiknya kesabaran dan hanya mengharapkan pertolongan dari Allah atas musibah kehilangan kedua putranya.

Hal ini bermakna bahwa kesabaran Nabi Yakub adalah bentuk kesabaran yang indah, yang di dalamnya tidak pernah mengeluh. Beliau tidak membiarkan kesedihan mengalahkannya, melainkan mengingatkan dirinya sendiri bahwa sabar dan tabah adalah sikap terbaik dalam menghadapi cobaan.

Kemudian dalam ayat 87, dikisahkan bahwa Nabi Yakub menegaskan keyakinannya akan rahmat Allah. Bahwa meskipun ujian kehilangan yang dialaminya sangat berat baginya, beliau tetap optimis bahwa Allah akan memberikan pertolongan. Ini menunjukkan pentingnya menjaga harapan meskipun dalam situasi yang tampak suram.

Baca Juga: Belajar Keteguhan Hati Seorang Ayah dari Kisah Nabi Ya’kub

Rencana Allah yang Sempurna dalam Kisah Nabi Yakub

Kehilangan yang dialami Nabi Yakub terasa sangat menyakitkan, tetapi pada akhirnya, Allah mengatur segalanya dengan sempurna. Nabi Yakub bisa bertemu kembali dengan kedua putranya, bahkan Yusuf kecil yang telah dipisahkan selama kurang lebih 20 tahun lamanya itu telah menjadi orang yang sukses dan berpengaruh di negeri Mesir.

Pertemuan kembali antara ayah dan anak itu diabadikan dalam Alquran surah Yusuf ayat 99-100:

فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَىٰ يُوسُفَ آوَىٰ إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا ۖ وَقَالَ يَا أَبَتِ هَٰذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا ۖ وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُمْ مِنَ الْبَدْوِ مِنْ بَعْدِ أَنْ نَزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي ۚ إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِمَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

Maka tatkala mereka masuk ke (negeri) Yusuf, Yusuf merangkul orang tuanya, dan dia berkata, ‘Masuklah kalian ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman.’ Dan ia menaikkan keduanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan Yusuf menyampaikan, ‘Wahai ayahku, inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kalian dari dusun padang pasir, setelah setan merusakkan (hubungan) antara aku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.

Kisah nabi Yakub ini menunjukkan bahwa meskipun ujian kehilangan itu berat, namun ada pelajaran di dalamnya. Sebab melalui ujian kehilangan, seseorang sering kali menjadi lebih dekat kepada Allah, memohon dan berharap akan pertolongan-Nya.

Kehilangan tidak selamanya berarti hilang dan tidak akan kembali, karena rencana Allah tidak ada yang tahu, dan yakini bahwa Allah selalu mempunyai rencana yang sempurna terhadap hambaNya. Dalam kisah ini, Nabi Yusuf akhirnya kembali dan mengangkat derajat keluarganya.

Sebagai penutup, Syekh Mutawalli as-Sya’rawi pernah menasehatkan, “Jika Allah mengambil darimu sesuatu yang tidak pernah engkau sangka kehilangannya, maka Allah akan memberimu sesuatu yang tidak pernah engkau sangka akan memilikinya.” Wallah  a’lam.

Rasyida Rifaati Husna
Rasyida Rifaati Husna
Khadimul ilmi di Pondok Pesantren Darul Falah Besongo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU