BerandaTafsir TematikPenafsiran “ Berkah” dalam Surat Al-Isra’ Ayat 1

Penafsiran “ Berkah” dalam Surat Al-Isra’ Ayat 1

Dalam proses mendapatkan rezeki dengan berbagai usaha, tidak serta merta hanya materi yang menjadi tujuan utamanya. Nilai keberkahan dari materi tersebut pun sangat perlu diperhatikan. Karena itu merupakan perwujudan kita terhadap dunia dan akhirat, jasmani dan ruhani, material dan spiritual. Dan seringkali kita mengatakan atau menginginkan keberkahan ketika sedang berguru, mencari rezeki dan masih banyak lagi. Untuk itu, bagaimana penafsiran konsep keberkahan menurut Al-Quran? Begini penjelasannya dari tafsir Surat Al-Isra’ ayat 1.

Berkah dalam Al-Quran

Setelah ditelusuri dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadh AlQur’an al-Karim. Kata Berkah atau yang semakna, di Al-Quran berjumlah 31 kata. Akan tetapi, pada tulisan ini tidak membahas semua, hanya saja fokus pada makna keberkahan pada surat al-isra’ ayat satu:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Maha suci Allah SWT yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari masjidil Haram  ke masjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”

Baca juga: Tafsir Surah Al Kahfi Ayat 82: Meraih Keberkahan hingga Tujuh Turunan

Tafsir Surat Al-Isra’ Ayat 1

Pada kitab Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir karangan Ibnu Asyur, ayat diatas menyebutkan awal perjalanan isra’ dan akhirnya, yakni perjalanan antara Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha. Hal tersebut adalah untuk mengisyaratkan bahwa perjalanan hidup manusia menuju Allah SWT hendaknya bermula dari masjid, yaitu kepatuhan kepada Allah dan berakhir pula dengan masjid yakni kepatuhan kepadaNya. Ibnu Ashur menjadikan perjalanan isra’ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan kembali lagi ke Masjidil Haram untuk mengisharatkan bahwa islam adalah ajaran Tauhid yang dibawa oleh para nabi sejak masa Nabi Ibrahim As.

Pada kitab Tafsir al-Misbah Karya Prof Quraish Shihab, kata براكنا  Kami berkahi, berasal dari kata بركة yakni kebajikan yang banyak. Kemudian pada ayat tersebut ada tambahan kata حوله memberi kesan bahwa kalau sekitarnya saja telah diberkahi Allah, maka tentu lebih lagi lokasi masjid. Disini menurut Sayyid Qutb mengesankan bahwa keberkahan tersebut melimpah sehingga membanjiri sekitarnya. Jadi kata “barakah” dalam ayat ini mempunyai arti kebaikan yang bertambah.

Kemudian Imam An-Nawawi rahimahullah juga berkata : “asal makna keberkahan ialah kebaikan yang banyak dan abadi”.

Baca juga: Menikahlah, Maka Pintu Rezekimu Akan Terbuka Lebar

Usaha untuk mendapatkan keberkahan

Setelah memahami penafsiran ayat di atas, ada banyak cara untuk mendapatkan berkah dari Allah SWT. Salah satunya yang sudah jelas adalah dengan berdhikir kepada Allah dan membaca Al-Quran. Karena berdzikir merupakan proses untuk mendekatkan diri atau perjalanan menuju Allah SWT. Cara ini berlaku untuk semua perbuatan atau usaha. Baik itu untuk keberkahan mencari ilmu atau rezeki yang lain.

Jika kita menginginkan rezeki material yang berkah gunakan cara transaksi yang jujur. Karena keberkahan bersumber dari rezeki yang diperoleh melalui jalan yang halal (benar dan baik). Banyaknya perolehan harta dan tingginya kedudukan tidak menjadi ukuran. Pada Tafsir Al-Azhar juga menjelaskan bahwa keimanan dan takwa kepada Allah membukakan pintu rezeki. Sebab, kalau orang telah beriman dan bertakwa, fikirannya sendiri terbuka, rezeki akan terbuka, ilham pun datang.

Baca juga: Takwa dan Tawakkallah, Tips Mencari Rezeki Menurut Al-Quran

Selain berdhikir kepada Allah dan membaca Al-Quran, ada juga usaha untuk mendapatan keberkahan yakni sering berkumpul dengan orang shalih juga dapat mendatangkan berkah, yaitu salah satunya dengan mengambil manfaat dari do’a mereka.

Rezeki berupa berkah diperoleh dari perbuatan yang baik dan melahirkan keluarga yang berkualitas, tenang, rukun dan saling menyayangi. Anak dan istri atau suami taat beribadah dan berakhlak karimah. Senang berbagi nikmat kepada orang lain yang membutuhkan. Maka, berkah itu tidak berwujud, namun bisa kita rasakan, di dalam jiwa yang damai terdapat nilai keberkahan dalam hidup kita. Wallahu a’lam[]

Norma Azmi Farida
Norma Azmi Farida
aktif di Cris Foundation (Center For Research of Islamic Studies) Redaktur Tafsiralquran.id
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...