Saat akan turun hujan, tanda yang biasa terjadi adalah mendungnya awan di langit. Lalu ketika hujan yang turun begitu deras, hal yang biasa ditemui adalah kilatan petir dan suara guruh. Dalam ilmu fisika, mendung dan hujan disebabkan oleh awan komulus. Jika awan kumulus ini bertemu awan nimbus atau yang biasa disebut awan kumulonimbus maka akan terjadi kilatan petir dan guruh. Adanya perbedaan muatan potensial negatif dan positif pada awan, yang kemudian dilepaskan ke bumi membentuk kilat cahaya yang disebut petir atau halilintar. Sedang suara lompatannya yang menggelegar biasa disebut guruh atau guntur. Fenomena mendung, petir dan guruh ini juga telah disinggung dalam Al-Quran. Al-Quran bahkan mengambil satu nama suratnya dengan nama guruh (Ar-Ra’du). Jika dirinci, terdapat 10 ayat yang berbicara mendung (as-sahab). Lalu 10 ayat yang menceritakan petir (al-barq). Kemudian terdapat dua ayat yang berbicara masalah guruh atau guntur (ar-ra’du).
Baca juga: Tafsir Surat Ar-Rahman Ayat 19-21: Fenomena Pertemuan Dua Lautan
Penjelasan mendung dalam Al-Quran
Ayat Al-Quran yang menjelaskan mendung terdapat dalam Surat An-Nur ayat 43:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُزْجِى سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُۥ ثُمَّ يَجْعَلُهُۥ رُكَامًا فَتَرَى ٱلْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَٰلِهِۦ وَيُنَزِّلُ مِنَ ٱلسَّمَاءِ مِن جِبَالٍ فِيهَا مِن بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُۥ عَن مَّن يَشَاءُ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِۦ يَذْهَبُ بِٱلْأَبْصَٰرِ
“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”
Kemudian Surat Fatir ayat 9:
وَٱللَّهُ ٱلَّذِىٓ أَرْسَلَ ٱلرِّيَٰحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَسُقْنَٰهُ إِلَىٰ بَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَحْيَيْنَا بِهِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا كَذَٰلِكَ ٱلنُّشُورُ
“Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu kesuatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu.”
Baca juga: Tafsir Surat Al-Qamar Ayat 1: Fenomena Terbelahnya Bulan
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menerangkan ayat-ayat tersebut sebagai rahmat dari Allah. Pada mulanya air laut menguap dan mengalami proses kondensasi akhirnya menjadi awan-awan yang berkumpul. Awan-awan ini kemudian turun ke bumi menjadi air hujan. Di sinilah terdapat kekuasaan dan rahmat Allah. Bumi-bumi yang awalnya hanya terdapat sedikit air bahkan mengalami kekeringan bisa mendapatkan air kembali melalui turunnya hujan. Awan yang memunculkan hujan ini bahkan bisa menjangkau wilayah-wilayah daratan yang jaraknya sangat jauh dengan laut. Hal luar biasa yang dilakukan manusia dengan payah namun bagi Allah ini rahmat dan bentuk kasih sayang-Nya pada sang makhluk.
Mengenai penjelasan awan yang bertindih yang menyerupai gunung, Quraish Shihab menjelaskan bahwa Al-Quran bersifat visioner. Hal tersebut dikarenakan pada zaman Rasulullah belum bisa dibedakan antara awan dan gunung berkabut kecuali yang berada di atas gunung. Kemudian pada zaman modern ditemukanlah pesawat terbang yang bisa menjangkau awan sehingga akan terlihat perbedaan antara awan dan gunung.
Quraish Shihab juga menjelaskan mengenai visionernya Al-Quran tentang fenomena mendung. Ketika turun Al-Quran, masyarakat pada saat itu belum mengetahui proses terjadinya awan dan hujan. Lalu pada zaman modern, melalui pengetahuan, fenomena mendung itu dapat dijelaskan menjadi fase-fase terbentuknya awan, mendung, dan hujan. Berawal dari proses kondensasi uap air laut berubah menjadi onggokan awan bergerak menjangkau daerah-daerah bumi yang miskin air dan turunlah hujan. Fenomena tersebut sangat jelas sekali diterangkan Al-Quran. Alangkah congkaknya jika manusia tidak mau membaca dan membenarkannya.
Penjelasan petir dan guruh dalam Al-Quran
Selain di akhir ayat Surat An-Nur ayat 43, terdapat penjelasan ayat-ayat tentang petir dan guruh, seperti pada Surat Ar-Ra’du ayat 12-13:
هُوَ الَّذِي يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنْشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَ . وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ
“Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepada kalian untuk menimbulkan kekalutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Mahakeras siksa-Nya.”
Dalam menafsirkan perihal petir dan guruh, Quraish Shihab lebih menjelaskan secara saintifik. Ia menjelaskan bahwa petir terjadi karena lompatan listrik antara gesekan yang ada di awan. Awan yang terdapat potensial muatan negative dan positif tersebut hanya ada pada awan komulus atau komulonimbus. Sehingga ketika lompatan listrik itu terlepas di bumi ini menimbulkan efek kilatan cahaya yang disebut petir. Sedangkan guruh adalah efek bunyi dan suara yang dihasilkan dari lompatan tersebut.
Baca juga: Inilah Empat Manfaat Hujan dalam Al Quran
Di dalam Tafsir Kemenag, petir dan guruh dijelaskan sebagai makhluk yang bertasbih kepada Allah. Bertasbihnya petir dan guruh adalah melalui gerak dan suaranya, sesuai dengan keterangan di Surat Al-Isra’ ayat 44 bahwa tiap makhluk bertasbih dengan caranya masing-masing. Halilintar tersebut mengikuti perintah Allah yang mana ketika ia dilepaskan ia bisa saja mengancam bahaya pada makhluk-Nya yang lain. halilintar tersebut bisa membahayakan siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Karena dahsyatnya kuasa Allah akan bahaya petir halilintar maka ketika mendengar bunyi yang menandainya yaiu gemuruh yang menggelegar Rasulullah menganjurkan umatnya untuk berdoa “Ya Allah, janganlah Engkau membunuh kami dengan kemurkaan-Mu, janganlah Engkau membinasakan kami dengan zab-Mu, dan berilah kesehatan kepada kami sebelum itu” (HR Bukhari).
Hadis lain riwayat Abu Hurairah juga mengisahkan baha raut wajah Rasulullah yang berubah ketika mendapati angina keras dan bunyi gemuruh, lalu beliau bersabda “Mahasuci Zat, yang guruh bertasbih kepada-Nya. Ya Allah jadikanlah angin itu sebagai rahmat dan jangan jadikan sebagai azab.”
Wallahu a’lam[]