Sababun Nuzul Mikro dan Makro: Pengertian dan Aplikasinya

sababun nuzul
sababun nuzul

Sababun Nuzul mengalami perkembangan dari yang asalnya berorientasi pada sumber riwayat hadis an sich menuju sababun nuzul mikro dan makro. Pengembangan ini dilakukan untuk membumikan Al-Quran sebagai kitab yang menyejarah, agar senantiasa dapat berdialog dengan realitas. Selain itu, kita juga semakin mudah menemukan makna dan signifikansi ayat. Berikut ini sedikit gambaran tentang sababun nuzul mikro dan makro serta contoh aplikasinya.

Sababun Nuzul Mikro

Sababun nuzul mikro sebenarnya istilah dari sababun nuzul dalam pengertian pakar ilmu Al-Quran tradisional. Seperti namanya, sababun nuzul ini sempit cakupannya. Hanya berkisar pada kronologi turunnya Al-Quran secara khusus.

Pakar ilmu Al-Quran mendefinisikan sababun nuzul ini dalam beberapa pengertian. Az-Zarqani dalam Manahilul ‘Irfan fi ‘Ulumil Quran mendefinisikannya dengan kondisi yang melarbelakangi turunnya Al Quran:

ما نزلت الآية اوالآيات متحدثة عنه أو مبينة لحكمه أيام وقوعه

Kondisi yang melatarbelakangi turunnya ayat (atau beberapa ayat) yang menjelaskan kondisi atau hukum kondisi tersebut pada hari turunnya ayat.

Baca juga: Ketika Al-Quran Menceritakan Proses Nuzulul Quran

Subhi Shalih juga mendefinisikan sababun nuzul dengan pengertian yang selaras. Dalam Mabahits fi ‘Ulumil Quran, ia menyebutkan:

ما نزلت الآية أو الآيات بسببه متضمنة أومجيبة عنه أو مبنية لحكمه زمن وقوعه

Peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat atau beberapa ayat yang mengandung peristiwa itu, atau menjawab pertanyaan darinya, atau menjelaskan hukum yang terjadi pada zaman itu.

Pun, Manna’ Khalil Qattan dalam Mabahits fi ‘Ulumil Quran, juga mengartikan sababun nuzul sebagai sebab Al-Quran diturunkan:

ما نزل قرآن بشأنه وقت وقوعه كحادثة أوسؤال

Peristiwa atau pertanyaan yang menjadi penyebab diturunkannya Alquran yang berkenaan dengannya pada saat terjadinya peristiwa atau pertanyaan tersebut.

Baca juga: Belajar Sabab Nuzul dalam Menafsirkan Al Quran Sangat Penting!

Tiga tokoh itu sepakat memaknai sababun nuzul sebagai suatu sebab turunnya Al- Quran. Artinya, ada hubungan kausalitas antara Al-Qurandan peristiwa yang melatarinya. Pandangan berbeda keluar dari as-Suyuthi yang mengartikan sababun nuzul lebih pada hari-hari di mana ayat itu turun. Menurutnya, tidak bisa sababun nuzul dimaknai dengan sebab, karena Al-Quran turun tidak sebagai akibat yang muncul karena suatu sebab.

Meski berbeda, dua pendapat ini sama-sama membatasi sumber sababun nuzul pada riwayat hadis. sehingga, piranti untuk menggali makna dialektis Al-Quran dan realitas melalui sabab nuzul terbatas pada sumber riwayat yang minim. Keterbatasan itulah yang kemudian memunculkan kritik dan pengembangan sababun nuzul pada bentuk makro.

Sababun Nuzul Makro

Perkembangan sababun nuzul ke dalam bentuk makro terjadi sejak abad 8 H. ditengarai dengan berbagai kritik dari para pakar Al-Quran dan tafsir. Ad-Dahlawi dalam Al-Fawzul Kabir fi Ushulit Tafsir, menyatakan bahwa sababun nuzul yang ditampilkan para mufassir kurang valid. Karena, menurutnya, kebanyakan data sejarah yang meraka tampilkan sebagai sababun nuzul ialah kisah yang sebenarnya tidak relevan untuk dijadikan sababun nuzul.

Di waktu yang sama, As-Shatibi menginisiasi sababun nuzul makro, yang ia artikan dengan pemahaman akan konteks yang melatarbelakangi turunnya ayat. Konteks tersebut mencakup pemberi wahyu (Allah), penerima beban syariat (manusia), dan materi atau konten syariatnya. Imam Al-Qasimi pun menjelaskan dalam Mahasinut Ta’wil, esensi sababun nuzul akan didapat bila juga memperhatikan kondisi dan situasi saat Al-Quranturun.

Baca juga: Sabab Nuzul, Perempuan dan Respon Al-Quran

Pemahaman sababun nuzul demikian diamini juga oleh pemikir muslim kontemporer, Fazlur Rahman dalam Islam and Modernity. Ia menyatakan bahwa konteks sababun nuzul meliputi micro situation, yang semakna dengan sababun nuzul berbasis riwayat, dan macro situation, yang mencakup realitas sosio-historis pada waktu ayat turun; kondisi sosial masyarakat, politik, psikologi Nabi, ekonomi, budaya dan lain-lain.

Quraish Shihab juga sepakat untuk melakukan perluasan makna sababun nuzul. Dalam Kaidah Tafsir-nya, ia menyatakan sababun nuzul tidak hanya dipahami berdasarkan informasi konvensional dan redaksional sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab tafsir. Namun, ruang sababun nuzul harus meliputi kondisi sosial, kultur serta budaya yang berkembang di masyarakat pada saat turunnya suatu ayat. Dalam prosesnya, sababun nuzul makro menciptakan paradigma baru dalam menciptakan sebuah konsep rekontruksi sejarah.

Dengan jangkauan lebih luas, sababun nuzul sebagaimana yang Nashr Hamid Abu Zaid sampaikan dalam Tekstualitas AlQuran, dapat merepresentasikan respons Al-Quran pada kondisi umum, tidak hanya menanggapi peristiwa atau persoalan yang partikular, sebagaimana sababun nuzul versi Ulumul Quran tradisional.

Contoh Aplikasi

Contoh sababun nuzul mikro agaknya dapat kita lihat di buku-buku sababun nuzul anggitan pakar Al-Qurandan tafsir masa awal. Misalnya, Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul, karya As-Suyuthi, Asbabun Nuzul, karya al-Wahidi, dan buku tafsir yang memuat sababun nuzul berbentuk riwayat hadis. Atau bisa dilihat dalam tulisan sebelumnya. (Baca: Inilah 4 Macam Sebab Turunnya Al Quran)

Sedangkan sababun nuzul makro, antara lain ada pada penafsiran ‘Izzat Darwazah pada Surat Ar-Rahman ayat 24:

وَلَهُ ٱلْجَوَارِ ٱلْمُنشَـَٔاتُ فِى ٱلْبَحْرِ كَٱلْأَعْلَٰم

“Dan kepunyaan-Nya lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung”

Baca juga: Penjelasan Tentang Nama Al-Quran: al-Quran, al-Furqan, dan al-Tanzil

Darwazah menceritakan kondisi sosio-historis Arab yang berkaitan erat dengan ayat ini dalam at-Tafsirul Hadis:

وفي الآيات دلالة على أنه كان يجري في البحار التي تقع عليها بلاد العرب مراكب عظيمة وكان يستخرج منها اللؤلؤ والمرجان وأن هذا مشاهدا أو معروفا في بيئة النبي صلى الله عليه وسلم ومنتفعا به

“Pada (kelompok) ayat ini terdapat petunjuk lautan Arabia menjadi tepat berlayarnya kapal-kapal besar. Lautan ini mengeluarkan mutiara dan marjan. Konteks ini ada pada masa Nabi SAW, dan hasil laut itu menjadi sumber kemanfaatan”

Sababun Nuzul Makro juga pernah Ibnu ‘Asyur terapkan saat menafsirkan Surat An-Nisa’ ayat 34 tentang Nusyuz (disharmonis dalam keluarga). Dalam at-Tahrir wat Tanwir, ia menarasikan kondisi sosial Masyarakat Arab yang berwatak keras. Sehingga, memukul layak menjadi alternative untuk menyelesaikan konflik keluarga.

Perluasan sababun nuzul pada wilayah makro pada satu sisi memudahkan seseorang untuk menangkap maksud atau nilai universal yang terkandung dalam suatu ayat. Namun, di sisi lain, perluasan ini juga harus diimbangi dengan upaya verifikasi dan validasi data sejarah. Sehingga, tujuan mempermudah dan memahami dengan lebih dalam tetap berdasar pada sumber yang otoritatif.