Sejarah baru dalam khazanah mushaf Al Qur’an Nusantara telah dimulai. Yayasan Masjid dan Makam Menara Kudus yang dipimpin Em. Najib Hasan akan menulis ulang Mushaf Menara Kudus yang familiar disebut Qur’an Pojok. Rabu (28/10) kemarin, penulisan ayat pertama diawali oleh KH. Sya’roni secara seremonial dalam rangkaian acara “Mbabar Mushaf Menara”.
Dalam sejarahnya, Mushaf Menara Kudus merupakan mushaf Al Qur’an yang dicetak dengan menggunakan sistem pojok. Sistem ini mengakhiri setiap sudut lembarannya dengan akhiran ayat dan berjumlah 15 baris pada setiap lembarnya. Mushaf Menara ini biasa digunakan oleh para santri penghafal Al Qur’an, dan merupakan hasil reproduksi dari mushaf penerbit Usman Bik Turki milik KH M Arwani Amin. Adapun master mushaf ini dulu ditulis oleh kaligrafer berkebangsaan Turki yang bernama Mustafa Nazif dan diterbitkan Jumadil Ula 1370 H.
Alkisah, sebelum Mushaf Menara dicetak, terlebih dahulu diperiksa dan diteliti oleh tiga ulama’ ahli Qur’an Kudus. Mereka yaitu K.H. Muhammad Arwani Amin (wafat tahun 1994), K.H. Hisyam Hayat (wafat tahun 1986), dan K.H. M. Sya’roni Ahmadi. Selain itu, pencetakan mushaf ini juga terlebih dahulu mendapat tanda tashih dari Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Kementerian Agama RI pada tanggal 16 Mei 1974.
Seiring berjalannya waktu, mushaf Menara menjadi kebanggan tersendiri oleh warga Kudus. Ratusan ribu bahkan jutaan eksemplar telah beredar seantero Nusantara. Karena berulang kali dicetak, dan mushaf master yang orisinil sempat kebakaran pada tahun 2000-an awal, maka kualitas cetakan bisa dibilang semakin memudar.
Baca juga: Mushaf Istiqlal, Masterpiece Kebudayaan Islam di Era Soeharto
Selain itu, dari tiga tokoh ahli Al Qur’an yang berjasa meneliti mushaf Menara tempo dulu, dua di antaranya telah wafat. Saat ini yang masih sugeng (hidup dalam bahasa Jawa halus) hanyalah KH. M. Sya’roni. Atas pertimbangan inilah kemudian Yayasan Masjid dan Makam Menara Kudus berinisiatif untuk menuliskan kembali mushaf Menara.
Wajah Baru Mushaf Menara
Penulisan Mushaf Menara ini telah dimulai dengan lafadz basmalah yang digores langsung oleh KH Sya’roni Ahmadi. Sebagaimana yang dilansir oleh Jawa Pos radar Kudus, goresan awal ini ditulis menggunakan tinta Jepang. Setelah goresan itu, nantinya akan dilanjutkan oleh sembilan kaligrafer hingga selesai 30 juz. Sembilan kaligrafer yaitu Huda Purnawadi, Kholis Fuad, Miftahul Huda, Ahmad Jamal, Sittu Attiyah, Ahmad Muslim, Ahmad Turmudzi El Faiz, Rizki Aria, dan Darmawan Saputra. Kaligrafer-kaligrafer yang mendapat tugas menulis ini pun sangat berkompeten dan merupakan kaligarfer berprestasi baik tingkat Nasional maupun Internasional.
Rabu kemarin, penulisan Mbabar Mushaf Menara ini dilakukan di bawah bangunan Menara Kudus secara langsung. Hal ini untuk menunjukkan bahwa corak yang akan digunakan untuk mengisi illuminasi merupakan ornament khas Kudus.
Baca juga: Teladan Akhlak Nabi Muhammad SAW Kepada sang Ibunda: ‘Saya Anak dari Seorang Perempuan’
Ketua Panitia Mbabar Mushaf Menara Abdul Jalil menyebut, iluminasi cover luar akan bergambar Menara Kudus. Kemudian bingkai surat Al-Fatihah ada gambar gerbang Arya Penangsang. Sementara iluminasi motifnya berbentuk rumah adat Kudus. Selain itu, iluminasi juga mengakomodir khazanah sumber daya alam seperti cengkeh, tembakau, parijoto, dan jambu bol. Buah dan rempah-rempah ini diyakini telah memberi kontribusi terhadap peradaban Kudus.
Mushaf ini pun ditulis di atas kertas berukuran 105 x 76 cm. Rencananya, mushaf ini dilaunching pada 9 Rajab 1442 H Saat perayaan ta’sis Masjid Al-Aqsha Kudus. Menariknya, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) juga akan dilibatkan dalam penulisan mushaf ini, terlebih pada lafadz Walyatalattaf dalam surat Al-Kahfi.
”Awalannya ditulis langsung Mbah KH. Sya’roni. Nanti bagian tengah ditulis langsung KH. Musthofa Bisri. Dan paling akhir ditulis ketua YM3SK Em. Najib Hasan,” ungkap Abdul Jalil.
Dari segi gaya penulisannya, ternyata mushaf Menara ini nanti menggunakan khat gaya Turki. Lebih spesifiknya mengikuti karya agung Hafiz Usman, salah satu pesohor kaligrafi dari Turki yang wafat tahun 1698 M. Sementara rasm-nya juga akan merujuk dari hasil penelitian tiga ulama Kudus yang tadi disebutkan.
Baca juga: Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pengangkatan Martabat Perempuan
Dalam proses pengerjaannya, setiap kaligrafer ditargetkan untuk menyelesaikan satu halaman per harinya. Seusai menulis, halaman tersebut langsung discan dan dikirim ke Lajnah Pentashihan Mushaf Al Qur’an Kemenag untuk ditashih. Dengan cara seperti itu, diharapkan bisa selesai tepat waktu. Tentu ini semua merupakan inisiatif luar biasa.
Kita perlu mendukung upaya pelestarian budaya seperti ini, semoga itikad baik penulisan mushaf Menara ini bisa berjalan dengan baik. Amin.
Wallahu a’lam[]