BerandaTafsir TematikTafsir KebangsaanSpirit Moderasi dalam Surah al-Isra Ayat 29 dan 110

Spirit Moderasi dalam Surah al-Isra Ayat 29 dan 110

Dalam salah satu tulisannya, Syaikh Nasir bin Sulaiman berusaha mengelaborasi ayat-ayat Alquran yang menjustifikasi sikap moderasi. Beliau mengatakan bahwa konsep moderasi dalam Islam tidak hanya berlaku dalam satu dua hal, melainkan dalam segala aspek ajarannya. Misalnya moderasi dalam ranah keyakinan, akhlak, ibadah, muamalah, jihad amar makruf nahi mungkar dan seterusnya.

Landasan qurani mengenai konsep moderasi (wasathiyah) tidak hanya dapat dijumpai dari ayat yang secara langsung menyebutkan terma wasath, bahkan, terdapat sejumlah ayat-ayat yang sangat gamblang menjelaskan spirit moderasi (wasathiyah) meski sifatnya parsial dalam bab-bab tertentu. Misalnya didapati dalam firman Allah swt., surah al-Isra ayat 110. Spirit moderasi dalam surah al-Isra ini terlihat ketika membas tentang adab berdoa.

وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا [الإسراء: 110]

“Dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat dan janganlah (pula) merendahkannya dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu.” (Q.S. Al-Isra’ [17]: 110)

Baca Juga: Jalan Panjang Penguatan Moderasi Beragama dalam Tafsir Al-Quran

Menurut sebagian ulama, ayat di atas turun untuk memperingatkan Nabi Muhammad saw. supaya tidak terlalu nyaring ketika salat. Hal ini dikarenakan pada waktu itu, orang-orang musyrik akan mencaci dan menghina Nabi saw. beserta Alquran yang beliau baca dalam salat, namun juga jangan terlalu lirih sampai suaranya tidak bisa didengar oleh para sahabat.

Sebagian riwayat lain mengatakan bahwa ayat di atas membahas perihal doa. Jadi, kata salat dalam ayat tersebut dimaknai sebagai doa. Artinya, ketika kita berdoa, hendaklah jangan terlalu nyaring juga jangan terlalu lirih, tetapi sedang-sedang saja. (Tafsir al-Baghawi, juz 3, hal. 168)

Lebih lanjut, Imam Fakruddin al-Razi menjelaskan bahwa dalam kajian etika dan akhlak, menapaki dua sisi yang sama-sama ekstrem merupakan perkara tercela. Maka dari itu, orang adil adalah orang yang berada di antara dua aspek yang saling bertolak belakang (wasath). (Mafatih al-Ghaib, juz 21, hal. 419)

Contoh lain adalah spirit moderasi dalam surah al-Isra ayat 29, tentang tuntunan cara membelanjakan dan menginfaqkan harta benda. Dalam surah al-Isra ayat 29, Allah swt bersabda:

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا [الإسراء: 29]

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” Q.S. Al-Isra’ [17]: 29.

Baca Juga: Membaca Ummatan Wasatan Sebagai Pesan Moderasi dalam Al-Quran

Melalui ayat di atas, Islam mengajarkan umatnya bagaimana etika membelanjakan harta dengan baik dan benar agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. Dalam mengelola keuangan, seseorang dituntut bijak dalam menggunakan hartanya, tidak boros tetapi jangan terlalu kikir. Sebab dua perilaku tersebut merupakan prilaku menyimpang yang seharusnya dihindari oleh seorang muslim dalam mengelola harta.

Dua ayat di atas menunjukkan manifestasi moderasi yang menjadi ciri khas dari syariat islam. Dari ayat tersebut dan dalil-dalil yang lain (baik berupa ayat atau hadis), terlihat cara Islam memerintahkan umatnya untuk mengambil sikap moderat dalam setiap aspek, baik tindakan maupun pola pikir (manhaj). Bersikap ekstrem (baik ekstrem kanan atau kiri) dalam beragama akan melahirkan mazhab konservatif yang cenderung mengancam stabilitas dan harmonisasi masyarakat. Dan, atau bahkan berimplikasi kepada tercerabutnya seseorang dari prinsip-prinsip agama.

Dalam satu riwayat, Rasulullah saw. pernah memperingatkan bagaimana ekstrem dalam beragama itu menimbulkan bencana. Beliau bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوُّ فِي الدِّيْنِ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّيْن

“Waspadalah kalian terhadap sikap ekstrem dalam beragama. Maka sesunguhnya umat sebelum kalian celaka lantaran terlalu ekstrem dalam beragama.” HR. Ahmad, al-Nasa’i, Ibnu Majah dan Al-Hakim.

Akhir kata, gerakan moderasi beragama menjadi alternatif untuk meng­counter wacana-wacana dan tindakan-tindakan ekstrem yang beredar di tengah-tengah mayarakat. Spirit moderasi dalam surah al-Isra dalam tulisan ini bisa menjadi sampel dalam implementasi sikap moderasi di bidang ibadah dan muamalah. Wallah a’lam

Muhammad Zainul Mujahid
Muhammad Zainul Mujahid
Mahasantri Mahad Aly Situbondo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Pertahanan nasional perspektif mufasir nusantara

Upaya Penguatan Pertahanan Nasional dalam Perspektif Mufasir Nusantara

0
Pertahanan nasional merupakan salah satu isu yang senantiasa menjadi perhatian dalam konteks kehidupan bangsa dan negara. Dalam konteks ini, Alquran sebagai sumber ajaran utama...