BerandaTafsir TematikStop Insecure, Let’s Bersyukur

Stop Insecure, Let’s Bersyukur

Insecure adalah satu masalah psikologis yang secara signifikan mempengaruhi kesejahteraan individu dalam kehidupan sehari-hari. Insecure merujuk pada perasaan yang dalam, bahwa seseorang tidak memadai atau tidak layak secara emosional, sosial, atau bahkan fisik.

Insecure Manifestasi Kurangnya Syukur

Seseorang yang mengalami insecure cenderung memiliki pandangan diri yang negatif dan merasa tidak mampu bersaing atau berkontribusi dengan nilai yang signifikan dalam kehidupan mereka. Hal ini sering terjadi karena sebab kekhawatiran yang berlebih tentang penilaian orang lain, atau bahkan sebab kurangnya rasa syukur atas segala kesempurnaan yang Allah berikan.

Kurangnya rasa syukur adalah kondisi ketika seseorang gagal menghargai atau mengakui nilai dari apa yang mereka miliki atau capai dalam hidup. Kejadian itu seringkali disertai dengan perasaan bahwa apapun yang mereka memiliki tidak cukup atau tidak layak dihargai.

Seseorang yang kurang bersyukur cenderung fokus pada hal-hal yang mereka anggap kurang atau yang mereka harapkan, daripada menghargai dan mensyukuri hal-hal yang telah mereka capai.

Kurangnya rasa syukur dapat menyebabkan siklus negatif di mana individu merasa tidak puas, tidak bahagia, dan terus-menerus mencari lebih tanpa pernah merasa puas. Hal ini menyulitkan seseorang untuk meraih kebahagiaan yang sejati dalam kehidupan mereka.

Kesempurnaan Manusia

Dalam surah At-Tin ayat 4 dikatakan bahwa Allah Swt. menciptakan manusia dengan أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (bentuk yang sebaik-baiknya), Syekh al-Nawawi al-Bantani menafsiri kata tersebut sebagai penciptaan Allah yang paling sempurna dalam segi rupa maupun makna. Artinya, Allah Swt. tidak menciptakan sempurna wujudnya saja, tetapi juga esensinya, baik akal, pemahaman, pengetahuan, dan adabnya.

Dalam Lathaif al-Isyarat karya al-Qusyairi, dijelaskan bahwa Allah memberikan manusia wujud yang paling sempurna merupakan bukti bahwa Allah adalah Zat yang tidak memiliki bentuk dan kesamaan sifat pada makhluk, karena sifat yang dimiliki Allah pasti akan melebihi makhluk. Contoh, manusia diberi kesempurnaan pengetahuan, maka Allah-lah yang lebih mengetahui; manusia diberikan kesempurnaan kekuasaan, maka Allah-lah yang paling berkuasa; begitu seterusnya.

Baca juga: Tafsir Surah Ibrahim Ayat 7: Cara Menghilangkan Sikap Insecure

Kesempurnaan penciptaan manusia hanyalah sekelumit nikmat yang Allah berikan. Banyak sekali nikmat-nikmat Allah yang lebih daripada hal itu. Dalam surah Ar-Rahman ayat 29 disebutkan:

يَسْئَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ

Siapa yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap hari Dia menangani urusan.

Ayat tersebut ditafsiri oleh al-Qusyairi bahwa penghuni langit dan bumi dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, mereka yang terus memohon atau meminta kepada Allah Swt., baik dalam hal rezeki maupun ampunan. Kedua, mereka yang tidak meminta tetapi sibuk mengingat Allah Swt., dan mereka juga akan diberikan kenikmatan oleh Allah, bahkan melebihi mereka yang meminta. Kelompok kedua ini menunjukkan bahwa kenikmatan yang diberikan Allah melebihi apa yang manusia berikan kepada-Nya.

Baca juga: Tuntunan Alquran untuk Hilangkan Insecurity Berlebih

Dari penafsiran al-Qusyairi, dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang yang telah mencapai kesempurnaan dalam dirinya harus menghargai pemberian Allah yang luar biasa itu dengan rasa syukur. Syukur adalah cara kita mengungkapkan terima kasih atas kenikmatan yang diberikan oleh Allah Swt. Jika tidak bersyukur, maka seseorang dapat dianggap sebagai makhluk yang tidak mengakui nikmat tersebut, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 152 berikut.

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ

Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.

Ingatlah, Maka Akan diingat, dan Bersyukurlah

Terkait ayat tersebut, Syekh Nawawi menjelaskan bahwa mengingat Allah tidak hanya lewat lisan, tetapi juga lewat hati dan seluruh anggota tubuh. Ibnu ‘Ajibah juga menjelaskan dalam al-Bahr al-Madid bahwa mengingat Allah adalah dengan taat dan melaksanakan kebaikan, maka Allah senantiasa akan mengingat kita dengan memberikan pahala dan kenikmatan surga.

Jika mengingat Allah di dunia, maka Allah akan mengingat kita di akhirat. Jika mengingat Allah dengan ketaatan, maka Allah akan mengingat kita dengan memberikan keselamatan. Seperti yang diterangkan dalam potongan hadis berikut.

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ

Aku berada dalam prasangka hamba-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku; dan jika ia mengingat-Ku dalam perkumpulan, maka Aku mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih baik daripada mereka (H.R. Bukhari).

Bersyukur adalah suatu bentuk ibadah yang paling mudah dan paling dekat dengan hati setiap orang. Ketika kita memandang sekeliling, kita melihat betapa banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada kita setiap hari. Dari setiap napas yang kita hirup hingga sinar matahari yang menyinari bumi, semua adalah karunia Allah yang tiada henti.

Baca juga: Orang Bersyukur Semakin Langka, Ini Keutamaan Syukur Menurut Alquran

Bersyukur bukan hanya tentang mengakui nikmat-nikmat besar seperti kesehatan dan rezeki, tetapi juga mengenali kebaikan Allah dalam setiap hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Mengenali kebaikan tersebut bisa lewat percaya diri (tidak insecure).

Bersyukur juga merupakan jalan yang membawa kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup. Ketika kita menghargai dan mensyukuri segala sesuatu yang Allah berikan, kita secara otomatis mengembangkan sikap rendah hati dan penghargaan yang lebih besar terhadap kehidupan.

Lebih dari itu, bersyukur juga merupakan bentuk penghormatan terhadap perintah Allah. Allah dalam Alquran memerintahkan kita untuk bersyukur dan mengingat-Nya dalam setiap kesempatan.

Baca juga: Nabi Nuh dan Gelar Hamba yang Bersyukur

Dengan bersyukur, kita mematuhi perintah-Nya dan memperkuat ikatan spiritual kita dengan-Nya. Dengan bersyukur, dapat mengubah pandangan kita tentang kehidupan dari sekadar urusan duniawi menjadi peluang untuk terus mengingat Allah dan merasakan kehadiran-Nya dalam segala hal.

Dengan demikian, bersyukur bukan hanya tentang mengucapkan kata-kata terima kasih, tetapi juga merupakan sikap hati yang mengakui kebaikan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita.

Hal itu merupakan cara yang paling sederhana dan paling bermakna untuk mengingat Allah dalam setiap langkah kita; menjadikan setiap detik hidup kita penuh dengan makna dan tujuan yang lebih tinggi. Maka jangan insecure, tetaplah ingat Allah dan bersyukur!

 

Abdul Hamid Majid
Abdul Hamid Majid
Mahasiswa STAI Al-Fitrah Surabaya
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

penafsiran al-Qurtubi atas surah an-Nisa ayat 34

Penafsiran al-Qurtubi atas Surah an-Nisa Ayat 34

0
Surah an-Nisa ayat 34 merupakan salah satu ayat dalam Alquran yang menjelaskan tentang peran dan relasi suami istri. Pemilihan Tafsir al-Qurtubi dalam ulasan kali...