BerandaKisah Al QuranSurah Al-Baqarah Ayat 133: Nabi Yaqub Berwasiat Kepada Anaknya

Surah Al-Baqarah [2] Ayat 133: Nabi Yaqub Berwasiat Kepada Anaknya

Nabi Yaqub as adalah putra dari nabi Ishaq bin Ibrahim dan ibunya Rifqah binti A’zar atau yang lebih dikenal orang barat sebagai Rebecca. Beliau adalah salah satu nabi yang wajib diketahui dan dipercaya oleh umat Islam yang bersal dari Palestina. Nabi Yaqub menjalani hidupnya tepat di bawah jejak ayah dan kakeknya (nabi Ibrahim) yang memiliki keyakinan penuh pada Keesaan Tuhan.

Menurut Sami bin Abdullah Al-Maghluts dalam bukunya, Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, nabi Yaqub diutus kepada penduduk bani Israil pada tahun 1750 SM atau saat berusia sekitar 87 tahun. Beliau diperkirakan lahir pada 1837 SM dan wafat pada 1690 SM. Nabi Yaqub dimakamkan di Al-Khalil, Hebron, Palestina. Sedangkan pengutusannya adalah wilayah Syam.

Nabi Yaqub memiliki empat orang istri, masing-masing bernama Liya yang menurunkan tujuh orang anak; Rahel yang menurunkan dua orang anak (nabi Yusuf dan Bunyamin); Balha melahirkan dua orang anak; dan Zulfa yang juga melahirkan dua orang anak. Sehingga, total anak-anak nabi Yaqub berjumlah 12 orang.

Ia dikenal sebagai sosok orang tua yang penyayang. Beliau senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang yang sama untuk semua anak-anaknya, termasuk dua yang paling bungsu Yusuf dan Bunyamin. Tak jarang nabi Yaqub berwasiat kepada anaknya agar selalu hidup berdasarkan ketentuan Allah swt, sebab Dia adalah Tuhan Semesta alam.

Surah Al-Baqarah [2] Ayat 133: Nabi Yaqub Berwasiat Kepada Anaknya

Dalam Al-Qur’an nama Yaqub disebutkan sebanyak 16 kali dengan nama yang jelas. Beberapa kali disebut dengan nama Israil, ayahnya Yusuf, dan lainnya. Namanya juga beberapa kali disebut bersamaan dengan kisah putranya, Yusuf, serta kisah Ibrahim dan Ishaq. Hal ini disebabkan karena zaman mereka berdekatan dan kesamaan visi serta misi yang mereka sampaikan.

Baca Juga: Kisah Nabi Yahya dalam Al-Quran: Dapat Hikmah dan Maksum Sejak Kecil

Dakwah Nabi Yaqub tidak banyak diceritakan dalam Al-Qur’an maupun buku-buku sejarah yang juga ditulis dari sumber Al-Qur’an karena minimnya sumber rujukan atau referensi. Namun, kisahnya bersama Yusuf, menunjukkan keutamaan Yaqub dalam menjalankan tugasnya sebagai utusan Allah swt kepada anak-anak dan kaumnya.

Salah satu ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang ajaran nabi Yaqub kepada anak-anak dan umatnya adalah surah al-Baqarah [2] ayat 133. Secara umum ayat ini menyebutkan bahwa sebelum kematiannya nabi Yaqub berwasiat kepada anaknya tentang Tuhan yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yakni Allah Yang Maha Esa.

اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ ١٣٣

Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2] ayat 133).

Menurut Quraish Shihab, ketika Allah berfirman, “Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya,” Dia tidak sedang bertanya mengenai kehadiran para penduduk bani Israil, karena pada waktu itu tidak ada yang hadir kecuali anak-anak nabi Yaqub. Pertanyaan ini sebenarnya merupakan sebuah kritik kepada mereka yang menyekutukan Allah dengan dalih mengikuti ajaran nabi Yaqub.

Pada ayat ini, Allah swt ingin menegaskan ketika mendekati kewafatannya, Ia berwasiat kepada anaknya bahwa mereka harus senantiasa mengesakan Allah di manapun dan kapanpun mereka berada. Penekanan penyebutan waktu sebelum maut akan menjemput pada surah al-Baqarah [2] ayat 133 menunjukkan bahwa wasiat ini amatlah penting. Karena itu adalah saat terakhir, saat perpisahan dan tidak akan ada wasiat lain sesudahnya.

Selanjutnya, ayat di atas menjelaskan wasiat itu dalam bentuk yang sangat meyakinkan. Mereka ditanya oleh Yaqub, lalu setelah mereka sendiri menjawab, jawaban itulah yang merupakan wasiat nabi Yaqub: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mengapa redaksi pertanyaan itu berbunyi “apa” dan bukan “siapa” yang kamu sembah? Karena kata “apa” dapat mencakup lebih banyak hal dari kata “siapa.”

Pertanyaan nabi Yaqub menggunakan kata “apa” bukan tanpa sebab. Beliau berkaca pada sejarah penyimpangan manusia terhadap ajaran nabi sebelumnya. Bukankah ada orang Yahudi dan selainnya yang menyembah makhluk tak berakal? Orang Yahudi pernah menyembah anak sapi, yang lainnya menyembah berhala, ada lagi yang menyembah bintang, matahari, dan lain-lain.

Ketika mendengar nabi Yaqub bertanya, mereka dengan tegas dan serempak menjawab, “Kami kini dan nanti akan terus-menerus menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, dan putra Nabi Ibrahim dan juga pamanmu yang sepangkat dengan ayahmu yaitu lsma‘il serta Tuhannya ayah kandungmu wahai ayah kami Nabi Yaqub, yaitu Ishaq.” Tuhan yang dimaksud di sini Adalah Allah swt.

Baca Juga: Kisah Nabi Musa dan Doa-Doa yang Dipanjatkannya dalam Surat al-Qashash

Terlihat bahwa jawaban mereka amat gamblang. Bahkan, untuk menghilangkan kesan bahwa Tuhan yang mereka sembah itu dua atau banyak tuhan – karena sebelumnya mereka berkata, Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu – maka ucapan mereka dilanjutkannya dengan penjelasan bahwa (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya siapa pun Dia.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa menjelang kewafatannya nabi Yaqub berwasiat kepada anaknya agar senantiasa mengesakan Allah swt dan tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatu apapun. Wasiat ini adalah ajaran ketauhidan yang dibawa oleh setiap nabi dan rasul, mulai dari nabi Adam as hingga nabi Muhammad saw. Sebuah ajaran yang wajib diketahui, diyakini dan diamalkan oleh umat Islam sepanjang zaman. Wallahu a’lam.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Q.S An-Nisa’ Ayat 83: Fenomena Post-truth di Zaman Nabi Saw

0
Post-truth atau yang biasa diartikan “pasca kebenaran” adalah suatu fenomena di mana suatu informasi yang beredar tidak lagi berlandaskan asas-asas validitas dan kemurnian fakta...