Nabi Ibrahim adalah salah satu Nabi yang wajib diketahui oleh umat Islam. Nabi Ibrahim juga memiliki gelar yang cukup banyak yang menandakan kemuliannya. Tidak heran ajaran-ajaran beliau banyak diadopsi oleh umat Nabi Muhammad saw. Di samping itu, kisah perjalanan hidupnya menyimpan banyak hikmah dan pelajaran bagi semua orang, khususnya yang paling masyhur adalah kisahnya mencari Tuhan.
Dari kisah spiritual mencari Tuhan tersebut, Nabi Ibrahim menyandang julukan bapak agama-agama. Julukan tersebut ia miliki setelah melalui fase keraguan akan keberadaan Tuhan, sampai ia benar-benar meyakini dan mempercayai Allah sebagai Tuhan semesta alam. Setelah Nabi Ibrahim meyakini Allah adalah Tuhan, lantas ia tidak pernah berhenti untuk mempertebal keyakinannya, salah satunya dengan menanyakan cara menghidupkan orang mati kepada Allah.
Terlepas dari kisah-kisah di atas, yang cukup menarik dari perjalanan hidupnya, yakni mengenai isi dari doa Nabi Ibrahim yang terdapat dalam Q.S. Asy-Syu’ara ayat 83-89. Terkait dengan makna doa Nabi Ibrahim itu sendiri memiliki empat makna, sebagaimana yang telah diungkap oleh Senata Adi Prasetia.
Sementara itu, Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah menulis secara spesifik inti dari salah satu doa Nabi Ibrahim yang terdapat dalam Q.S. Asy-Syu’ara ayat 83. Adapun terkait dengan doa Nabi Ibrahim yang terdapat di surah lain, salah satunya terkait dengan doa meminta keturunan yang saleh telah ditulis oleh Muhammad Rafi.
Akan tetapi, dalam artikel ini hanya akan dibahas secara spesifik doa Nabi Ibrahim yang terdapat dalam Q.S. Asy-Syu’ara ayat 83-89 saja beserta pesan yang terkandung. Pada tulisan ini juga akan disampaikan setiap makna yang terdapat dalam doa Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim dan Surah Al-Syua’ara
Menurut mayoritas, surah Asy-Syu’ara tergolong dalam surah makiyah dan terdiri dari 227 ayat, namun menurut Muqāṭil, surah tersebut termasuk dalam madaniyah (Al-Jāmi’ Li Ahkām al-Quran, 13, 87). Dalam tartib mushafi, ia berada di urutan ke 26 sebelum surah An-Naml dan sesudah surah Al-Furqan. Kata Asy-Syu’ara sendiri memiliki arti para penyair.
Wahbah Al-Zuhaili dalam al-Tafsīr al-Munīr (19, 118) mengungkapkan bahwa alasan surah tersebut dinamai dengan Asy-Syu’ara adalah karena di akhir surah tersebut terdapat perbandingan antara para penyair yang sesat dan beriman, sekaligus bermaksud menolak anggapan kaum musyrik mengenai Nabi Muhammad seorang penyair. Al-Zuhaili juga telah membagi surah tersebut ke dalam 17 tema besar. Salah satu temanya adalah kisah Nabi Ibrahim.
Kisah Nabi Ibrahim dalam surah Asy-Syu’ara dimulai dari ayat 69 sampai 89, kemudian diteruskan sampai ayat 104 (yang berhubungan dengan kisah Nabi Ibrahim). Dalam al-Mu’jām al-Mufahras li Alfāẓ al-Quran al-Karīm (1-2) kata “Ibrahim” dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 69 kali. Di antaranya terdapat dalam surah ini, yaitu mengenai kritikan kepada penyembah berhala dan penjelasan sifat Tuhan yang berhak untuk disembah, serta doa Nabi Ibrahim.
Permohonan Nabi Ibrahim dalam Doanya
Sebelum lebih jauh mengungkap permohonannya, alangkah lebih baik kita cermati Q.S. Asy-Syu’ara ayat 83-89 terlebih dahulu.
رَبِّ هَبْ لِي حُكْماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ (83) وَاجْعَلْ لِي لِسانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ (84) وَاجْعَلْنِي مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ (85) وَاغْفِرْ لِأَبِي إِنَّهُ كانَ مِنَ الضَّالِّينَ (86) وَلا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ (87) يَوْمَ لا يَنْفَعُ مالٌ وَلا بَنُونَ (88) إِلَاّ مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)
Ya Rabbku! Berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh (83) Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian (84) Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan (85) Dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang sesat (86) Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan (87) Pada hari ketika harta dan anak laki-laki tidak lagi berguna (89) Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (89).
Ayat di atas mengandung empat permohonan yang diajukan oleh Nabi Ibrahim kepada Allah, namun yang dikabulkan hanya tiga; sedangkan satu lagi tidak dikabulkan karena bertentangan dengan prinsip doa itu sendiri (harus satu akidah).
Tiga permohonan yang dikabulkan tersebut yaitu; pertama, memohon kebahagiaan di dunia dan akhirat untuknya; kedua, meminta ganjaran -surga- di akhirat; ketiga, meminta Allah untuk menutupi -kejelekannya- di akhirat kelak. Sedangkan yang ditolak merupakan doa memohon kebahagiaan dan ampunan yang dikhususkan untuk ayahnya yang masih kafir.
Baca juga: Surat Ghafir [40] Ayat 60: Allah Swt Akan mengabulkan Doa Setiap Hamba
Pesan dari Permintaan Nabi Ibrahim
Empat permintaan Nabi Ibrahim di atas mengandung pesan yang mendalam. Pesan ini perlu diperhatikan sebagai gambaran tatkala berdoa kepada Allah. Lebih jauh lagi, pesan ini sebagai bekal kehidupan. Berikut pesan-pesan yang terdapat dalam permintaan Nabi Ibrahim.
Pertama, hendaknya seseorang mempunyai tujuan yang kuat untuk menggapai kehidupan bahagia di dunia dan akhirat. Hal ini pula memberikan pelajaran bagi kita bahwa kebahagian di salah satu alam bukanlah tujuan yang baik, namun sebisanya harus menggapai keduanya. Gambaran tersebut sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw, bahwa keseimbangan hidup sangatlah diperlukan.
Kedua, bergaul dengan orang saleh. Salah satu langkah untuk mendapatkan kebahagiaan adalah menjadi orang saleh, baik saleh sosial atau spiritual. Namun, menjadi saleh bukanlah hal yang mudah, membutuhkan waktu dan pengorbanan. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah bergaul dengan orang saleh. Tujuannya supaya masuk dalam golongan mereka.
Ketiga, menjadi suri teladan bagi masyarakat. Sebagaimana Nabi Ibrahim telah menjadi contoh yang baik bagi generasi selanjutnya, hal itu pula yang harus diusahakan oleh generasi sekarang. Yaitu menjadi orang yang dapat ditiru kebaikannya. Jika kita lihat Nabi Ibrahim, dalam setiap tasyahhud salat umat Islam di seluruh dunia namanya selalu disebut. Selain itu sunah-sunahnya juga banyak yang diikuti oleh umat Nabi Muhammad.
Keempat, tidak berhenti berharap mendapatkan surga. Walaupun Nabi Ibrahim sudah dijamin masuk surga oleh Allah, namun sebagai kewajiban hamba kepada sang khalik, ia tidak berhenti berharap untuk dimasukan ke surga. Sebuah pesan bagi kita bahwa jangan putus asa dan teruslah menaruh harapan kepada Allah, walaupun banyak berbuat dosa. Dan jangan berhenti berharap meskipun sering melakukan kebaikan.
Kelima, berbakti kepada orang tua. Walaupun doa khusus untuk ayahnya ini ditolak oleh Allah, tetapi hal ini menjadi bukti baktinya kepada ayahnya. Nabi Ibrahim menginginkan ayahnya bertobat dan bisa berkumpul bersamanya di akhirat. Akan tetapi salah satu syarat doa akan sampai kepada objeknya ialah harus satu keyakinan. Hal ini pula yang menjadi bantahan untuk golongan yang berpendapat bahwa doa tidak akan sampai kepada jenazah muslim. Wallahu ‘Alam.
Baca juga: Menyeimbangkan Urusan Dunia dan Akhirat, Perhatikan Semangat Doa Al-Quran Berikut!