BerandaTafsir TematikSurat Maryam Ayat 96: Rasa Cinta Adalah Buah dari Iman dan Amal...

Surat Maryam Ayat 96: Rasa Cinta Adalah Buah dari Iman dan Amal Saleh

Sebagian Orang bertanya, “Apa buah dari iman dan amal saleh? Apakah hanya terbatas pada pahala dan ketenangan hati secara psikologis?” Jika kita berbicara mengenai hal tersebut, maka akan didapati bahwa buah atau manfaat dari iman dan amal saleh bersifat terikat-tak terbatas, seperti rasa cinta. Artinya, manfaat keduanya bisa dirasakan sesuai kepercayaan masing-masing individu dan tidak terbatas sesuai kehendak Allah Swt.

Iman dan amal saleh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Tanpa salah satunya keislaman seseorang tidak sempurna atau bahkan sama sekali tidak ada. Tanpa iman segala amal saleh tidak akan bermakna sekalipun secara materi dapat memberikan manfaat baik bagi dirinya ataupun orang lain. Sedangkan iman tanpa amal saleh seperti lebah madu yang tidak bisa menghasilkan madu dan tidak pula menghasilkan apapun.

Iman dan Amal adalah layaknya roh dan jasad bagi manusia. Tanpa kehadiran ruh, jasad hanya sebatang tubuh tak bernyawa yang terdiri dari berbagai organ dan sel-sel mati. Adapun ruh yang tak memiliki jasad akan kehilangan eksistensi di alam material. Tanpa itu, ruh hanya akan menjadi “sesuatu” yang transenden, tak tersentuh, tak bisa dirasa dan hampir mustahil untuk dipahami makhluk lain.

Rasa Cinta Adalah Buah dari Iman dan Amal Saleh

Ketika iman dan amal saleh bersatu padu, keduanya akan mewujudkan satu kata – sebuah nama yang sebelumnya menjadi tanggungjawab para nabi dan rasul untuk menyampaikannya – yakni Islam. Dengan demikian, ber-Islam berarti beriman dan beramal saleh. Bahkan seringkali Nabi Muhammad Saw mengindikasikan keislaman seseorang melalui penyandingan iman dan amal saleh.

Dalam sebuah hadis, beliau bersabda: “Barang Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya. Barang Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Barang Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Muslim).

Baca Juga: Pentingnya Niat dan Keimanan dalam Mewujudkan Kebermaknaan Suatu Amalan

Allah Swt juga menyebutkan dalam Al-Qur’an berkenaan dengan iman dan amal saleh, bahwa keduanya akan menghasilkan buah manis yang menjadi keinginan setiap hamba, yakni rasa cinta dari-Nya. Ini tertuang dalam surah Maryam [19] ayat 96 yang berbunyi:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمٰنُ وُدًّا ٩٦

“Sungguh, orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa cinta (dalam hati mereka).” (QS. Maryam [19]: 96).

Menurut Quraish Shihab, ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya (Maryam [19]: 95) yang menjelaskan bahwa setiap makhluk berakal akan mendatangi Allah Swt dalam keadaan hina. Lalu pada surah Maryam [19]: 96 Allah memberikan pengecualian terhadap orang-orang yang beriman dan beramal saleh sebagai ganjaran keimanan dan amal saleh mereka.

Pada ayat ini, seakan-akan Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan iman yang benar dan membuktikan ketulusan iman mereka dengan beramal saleh, maka hendaknya mereka tidak perlu cemas mengenai hari kiamat karena Ar-Rahman sebentar lagi akan menjadikan bagi mereka rasa cinta. Sedang orang yang tidak beriman dan beramal saleh, Allah akan menjadikan bagi mereka kebencian (Tafsir Al-Misbah [8]: 357).

Senada dengan Qurasih Shihab, Ibnu Asyur mengatakan bahwa dua ayat ini mengisahkan peristiwa hari kiamat, di mana pada saat itu setiap orang mengharapkan dukungan dan syafaat. Surah Maryam [19]: 96 menegaskan tentang keadaan orang-orang beriman dan beramal saleh yang berada dalam posisi terhormat lagi dicintai. Ar-Rahman (Allah Swt) menyiapkan bagi mereka malaikat-malaikat yang ramah serta menjalin rasa cinta dan kasih sayang diantara mereka.

Kata wuddan diambil dari akar kata yang terdiri dari huruf wauw, dan dal berganda. Kata ini mengandung makna cinta dan harapan. Menurut al-Biqa’i, rangkaian huruf tersebut juga mengandung arti kelapangan dan kekosongan. Ia adalah kelapangan dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Al-Biqa’i mengatakan bahwa kata wuddan bukan hanya bermakna cinta biasa, tetapi cinta plus, yakni cinta yang tampak buahnya dalam sikap dan perlakuan.

Sebagian ulama memahami surah Maryam [19]: 96, yakni Allah Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa cinta, dengan arti menanamkan “rasa cinta yang mendalam pada hati manusia sehingga mereka (orang-orang beriman dan beramal saleh) akan dicintai tanpa harus berpayah-payah berusaha menarik simpati dan cinta manusia.” (Tafsir Al-Misbah [8]: 358).

Baca Juga: Amal Banyak Tapi Sering Menyebut Kebaikannya, Bagaimana Menurut Al-Quran?

Pendapat ini didasarkan pada sebuah hadis yang menyatakan bahwa, “Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan menyeru malaikat dan berfirman: “Wahai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia,” lantas Jibril pun mencintanya. Kemudian Jibril berseru kepada penghuni langit: “Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia,” maka penghuni langit pun mencintainya, lalu dijadikanlah untuknya penerimaan baik (simpati) di bumi. (HR, Bukhari dan Muslim melalui Abu Hurairah).

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa surah Maryam [19]: 96 menginformasikan kepada kita tentang buah dari iman dan amal saleh, yakni cinta dari Allah Swt pada hari kiamat di mana semua orang membutuhkan pertolongan dan syafaat. Namun di sisi lain, ayat ini juga mengindikasikan bahwa orang yang beriman dan beramal saleh hatinya akan dipenuhi rasa cinta, tidak ada kebencian dan tidak ada pula kedengkian. Wallahu a’lam.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU