Tafsir Surat An-Nisa’ Ayat 79: Manusia Bertanggung Jawab Atas Perbuatan Dosa

Manusia bertanggung jawab atas perbuatan dosa
Manusia bertanggung jawab atas perbuatan dosa

Perdebatan mengenai takdir dan hakikat perbuatan dosa telah lama bergulir di kalangan umat Islam, terutama di kalangan teolog Muslim. Asal muasal perdebatan ini bermula dari keyakinan bahwa segala sesuatu di dunia berada di bawah rencana dan kekuasaan Allah Swt. Tanpa kehendak-Nya, manusia tidak mungkin untuk berbuat kebaikan maupun melakukan perbuatan dosa. Dengan demikian, mereka tidak bertanggung jawab atas perbuatan dosa tersebut, karena tak ada satupun yang luput dari ketentuan-Nya.

Ragam pendapat tentang penciptaan manusia dan tingkah lakunya

Perdebatan tersebut kemudian melahirkan beragam pemikiran dan keyakinan. Ada kelompok yang meyakini bahwa segala sesuatu adalah ciptaan dan pengaturan Allah Swt. Namun dalam konteks penciptaan manusia, Dia hanya menciptakan manusia, bukan tingkah laku mereka.

Ada pula kelompok yang mencoba mengambil jalan tengah dari dua kelompok tersebut dengan meyakini bahwa Allah memang menciptakan segalanya. Akan tetapi manusia bertanggung jawab atas tindakannya, termasuk perbuatan dosa.

Baca juga: Unsur-Unsur dan Dimensi-Dimensi Perbuatan Ihsan

Setiap kelompok memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kelompok pertama meniscayakan kekuasaan Allah, namun di sisi lain mereka meniadakan eksistensi peran manusia seutuhnya. Kelompok kedua lebih menekankan pada peran manusia berdasarkan kelebihan yang telah dianugerahkan Allah, yakni Akal. Akan tetapi pada aspek tertentu, mereka menegasikan peran Allah dalam kehidupan manusia.

Sintesis dari kedua kelompok tersebut adalah kelompok ketiga yang memiliki pemikiran dan keyakinan paling proporsional. Mereka meyakini bahwa Allah adalah Maha Pengatur segalanya. Tidak ada satupun yang terlepas dari ketentuan dan pengaturan-Nya. Namun, di sisi lain manusia telah dianugerahkan akal dan hati, sehingga mereka bertanggung jawab terhadap setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan, terutama perbuatan dosa, baik itu dosa kecil maupun dosa besar.

Manusia bertanggung jawab atas perbuatan dosa

Ketika seseorang membaca permasalahan ini, ia mungkin bertanya-tanya, “lantas bagaimana Al-Quran berbicara mengenai perbuatan dosa manusia? Apakah mereka terbebas sebagaimana anggapan kelompok pertama? Ataukah mereka memikul tanggung jawab atas perbuatan tersebut?” Sebenarnya, terdapat banyak ayat Al-Quran yang menunjukkan bahwa manusia memikul tanggung jawab, tidak hanya terhadap perbuatan dosa, tetapi juga segala kenikmatan yang telah diberikan.

Salah satu ayat Al-Quran yang menyebutkan bahwa manusia bertanggung jawab atas segala tindakan dan perbuatannya di dunia-termasuk perbuatan dosa-adalah Surat An-Nisa’ ayat 79 yang berbunyi:

مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ۖ وَمَآ اَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ ۗ وَاَرْسَلْنٰكَ لِلنَّاسِ رَسُوْلًا ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا

“Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi”

Menurut Quraish Shihab, ayat ini menegaskan tentang sisi upaya manusia yang berkaitan dengan sebab dan akibat. Hukum-hukum alam dan kemasyarakatan cukup banyak dan beraneka ragam. Dampak baik dan dampak buruk untuk setiap gerak dan tindakan telah ditetapkan Allah melalui hukum-hukum tersebut. Manusia diberi kemampuan memilah dan memilih, dan masing-masing akan mendapatkan hasil pilihan-nya (Tafsir Al-Misbah [2]: 520).

Baca juga: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 44: Sebuah Pengingat Bagi Para Dai dan Mubalig

Allah sendiri melalui perintah dan larangan-Nya menghendaki, bahkan menganjurkan agar manusia meraih kebaikan dan nikmat-Nya, karena itu ditegaskan-Nya bahwa, apa saja nikmat yang engkau peroleh wahai Muhammad dan semua manusia adalah dari Allah. Maksudnya, Dia yang mewujudkan anugerah-Nya dan apa saja bencana yang menimpamu, wahai Muhammad dan siapa saja selainmu, maka bencana itu dari kesalahan dirimu sendiri.

Meskipun ayat di atas secara literal ditujukan kepada sosok nabi Muhammad, namun secara makna ayat ini adalah sebuah arahan dan peringatan kepada seluruh manusia, bahwa segala kebaikan yang telah mereka dapatkan-baik kebaikan berupa materi maupun kebaikan non-materi seperti pahala-adalah anugerah Allah. Sedangkan segala keburukan yang menimpa mereka adalah konsekuensi dari perbuatan yang mereka lakukan, termasuk dosa dan azab Allah Swt.

Sedangkan Jalaludin as-Syuyuti menafsirkan,

Apapun yang kamu peroleh hai manusia berupa kebaikan, maka itu semua berasal dari Allah Swt. Artinya, kamu diberikan hal tersebut karena karunia dan kemurahan-Nya. Dan apapun yang menimpamu berupa keburukan atau bencana, maka itu semua berasal dari dirimu sendiri. Artinya, bencana itu didapatkan karena kamu telah melakukan hal-hal yang dapat mengundang kedatangannya. Engkau wahai Muhammad, kami utus sebagai rasul untuk menyampaikan tuntunan-tuntunan Allah dan cukuplah Allah sebagai saksi atas kerasulanmu.

Baca juga: 3 Keutamaan Sikap Adil Menurut Al-Quran Yang Penting Diketahui

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis berkesimpulan bahwa Allah Swt telah menciptakan segala sesuatu dengan kadar-Nya, termasuk manusia. Manusia sebagai makhluk yang telah diciptakan dengan berbagai kelebihan seperti akal dan hati bertanggung jawab terhadap semua perbuatan mereka. Bukan hanya itu, mereka bahkan bertanggung jawab atas kenikmatan yang selama ini diberikan. “Kemudian kamu (manusia) benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu). Wallahu a’lam[]