BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Ad-Dukhan Ayat 36-37

Tafsir Surah Ad-Dukhan Ayat 36-37

Tafsir Surah Ad-Dukhan Ayat 36-37 berbicara mengenai dua hal. Pertama mengenai ejekan kepada Nabi Muhammad atas kerasulannya. Kedua berbicara mengenai salah satu kaum yang diazab oleh Allah Swt.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Ad-Dukhan Ayat 33-35


Ayat 36

Allah menerangkan tantangan orang musyrik Mekah kepada Rasulullah. Seandainya yang dikatakan rasul itu benar, yaitu adanya hari kebangkitan hendaklah dia mengemukakan bukti kebenaran dan hendaklah dia menghidupkan kembali nenek moyang mereka yang telah mati dahulu.

Menurut mereka, seandainya Rasulullah saw dapat membangkitkan (dari kubur) menghidupkan kembali nenek moyang mereka tentu hal ini dapat menjadi bukti adanya hari kebangkitan itu.

Maka Allah menjelaskan bahwa Dia kuasa mengumpulkan sesuatu yang berserakan, mulai dari benda padat, benda cair, dan udara, dari atom yang paling kecil sampai kepada molekul-molekul, semua dikumpulkan menjadi satu sehingga terbentuk seorang manusia.

Tahukah manusia dari mana asal makanan yang dimakannya, pakaian yang dipakainya, alat rumah tangga yang mereka gunakan, dan sebagainya. Semua datang dari penjuru dunia yang berjauhan, kemudian dikumpulkan Tuhan pada suatu tempat untuk memenuhi keperluan dan keinginan seorang manusia.

Jika hal yang demikian itu dapat dilakukan Allah, tentu mengumpulkan kembali tulang yang berserakan, daging yang telah hancur luluh menjadi tanah, dan rekaman perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan seseorang lebih mudah dilakukan-Nya, mengulang membuat sesuatu yang pernah ada jauh lebih mudah dari membuatnya pada pertama kalinya.

Dari keterangan demikian, dapat disimpulkan bahwa hari kebangkitan itu pasti terjadi. Hanya saja waktunya belum diketahui dan hanya Allah saja yang mengetahuinya. Yang jelas, hari kebangkitan itu akan terjadi setelah seluruh jagad raya mengalami kehancuran total termasuk semua isinya.

Itulah sebabnya Allah tidak melayani tantangan orang-orang musyrik, karena tidak berguna menjawabnya. Tantangan itu dikemukakan mereka hanyalah untuk menutupi isi dan keinginan hati mereka. Dikabulkan atau tidak permintaan mereka itu, mereka tidak juga akan beriman.


Baca juga: Na’ilah Hashim Sabri, Perempuan Pertama Penulis Lengkap Tafsir Alquran


Ayat 37

Kemudian Allah mengingatkan mereka pada kaum yang telah ditimpa malapetaka dan azab Allah, karena mereka durhaka dan tidak mengindahkan seruan para rasul yang diutus kepada mereka.

Hendaklah mereka menjaga diri mereka, jangan sampai Allah mengazab mereka seperti yang telah dialami kaum yang terdahulu itu, Allah menyatakan bahwa keadaan mereka tidaklah lebih baik dari kaum Tubba’.

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَقُوْلُ لاَ تَسُبُّوا تُبَّعاً فَاِنَّهُ قَدْ كَانَ اَسْلَمَ. (رواه أحمد)

Sahl bin Sa’d berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda: Janganlah kalian mencela Tubba’ karena dia sudah masuk Islam. (Riwayat Ahmad)

Tubba’ adalah sebutan bagi raja-raja Himyar di Yaman. Kaumnya disebut kaum Tubba’. Mereka berbuat dosa yang melampaui batas sehingga negeri mereka dihancurkan Allah. Namun sebagian kaumnya masih hidup mengembara ke negeri-negeri sekitarnya.

Pada mulanya mereka adalah kaum yang mempunyai kemampuan dan ilmu yang cukup tinggi serta mempunyai balatentara yang cukup kuat. Kalau dibandingkan dengan orang Tubba, orang-orang kafir Mekah jauh ketinggalan dari orang Tubba.

Allah menyatakan bahwa orang-orang kafir Mekah itu tidak lebih baik keadaannya dari kaum ‘Ad dan Tsamud. Kedua kaum ini juga dibinasakan Allah karena kesombongan dan pengingkaran mereka terhadap adanya hari kebangkitan.

Pada akhir ayat ini, Allah menandaskan bahwa pada umat-umat terdahulu itu telah berlaku sunatullah. Mereka semua dibinasakan karena mereka telah tenggelam dalam lumpur kemaksiatan.

Kejadian itu seharusnya menjadi pelajaran bagi orang-orang kafir Mekah seandainya mereka mau mengambil pelajaran. Dalam ayat yang lain, Allah menegaskan sunah-Nya ini. Allah berfirman:

سُنَّةَ اللّٰهِ فِى الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ ۚوَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللّٰهِ تَبْدِيْلًا   ٦٢ 

Sebagai sunatullah yang (berlaku juga) bagi orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan engkau tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah. (al-Ahzab/33: 62)


Baca setelahnya: Tafsir Surah Ad-Dukhan Ayat 38


(Tafsir Kemenag)

 

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...