Surah Ahqaf merupakan surah ke 46 dalam al-Quran. Penamaan surah Ahqaf sendiri terambil dari ayat ke 21, dimana kata Ahqaf dimaknai dengan bukit-bukit pasir. Adapun tafsir kali ini diawali dengan Tafsir Surah Ahqaf Ayat 1-3.
Tafsir Surah Ahqaf Ayat 1-3 secara umum berbicara tentang al-Qur’an, bahwasanya al-Qur’an adalah Kitabullah yang diturunkan kepada manusia. Kandungan didalamnya juga tidak ada keraguan, ia adalah petunjuk bagi manusia dalam meniti jalan kehidupan.
Ayat 1
“Ha mim” termasuk huruf-huruf hijaiah yang terletak pada permulaan beberapa surah Al-Qur’an. Para mufasir berbeda pendapat tentang maksud huruf-huruf itu. Untuk jelasnya dipersilakan menelaah kembali uraian yang ada pada permulaan Surah al-Baqarah jilid I “Al-Qur’an dan Tafsirnya” dengan judul “Fawatihus-suwar”.
Ayat 2
Allah menegaskan bahwa Al-Qur’an ini benar-benar bersumber dari-Nya, tidak ada keraguan sedikit pun tentang itu, diturunkan kepada Nabi Muhammad, berisi ketentuan-ketentuan, bimbingan, dan pedoman hidup bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Allah yang menurunkan Al-Qur’an kepada Muhammad saw, adalah Tuhan yang Mahaperkasa, tidak ada sesuatu pun yang dapat menandingi-Nya. Dia Mahabijaksana.
Semua perintah, larangan, dan tindakan Allah adalah sesuai dengan sifat, kegunaan, dan faedah dari yang diciptakan-Nya dan hal itu tidak lepas dari hikmah penciptaan alam seluruhnya.
Karena Al-Qur’an itu bersumber dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, maka hendaklah setiap manusia beriman kepadanya, mengakui kebenaran dan mengamalkan semua isinya.
Beriman kepada Al-Qur’an berarti keharusan beriman pula kepada Nabi Muhammad sebagai rasul Allah, yaitu dengan mengikuti semua sunahnya.
Ayat 3
Setelah menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu-Nya, bukan karangan Muhammad saw, Allah menerangkan bahwa Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya. Penciptaan ini mengandung hikmah, meskipun manusia belum mampu mengetahui semua hikmah tersebut.
Manusia harus selalu berusaha menggali hikmah tersebut agar bisa memanfaatkan pesan-pesan Al-Qur’an.
Dalam ayat lain diterangkan bahwa di antara tujuan Allah menciptakan bumi dan semua yang ada padanya ialah untuk kepentingan manusia. Allah berfirman:
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ١٩١
Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (Ali ‘Imran/3: 191).
Dalam ayat yang lain diterangkan bahwa Allah menjadikan langit dan bumi bukanlah untuk menimbulkan kezaliman dan kebinasaan, tetapi untuk melahirkan dan membuktikan kebenaran serta keadilan.
Baca Juga: Tafsir Surat Ar-Rahman Ayat 5 – 9: Tiga Nikmat yang Tampak di Langit dan Bumi
Dalam menyatakan keadilan itu, Allah membedakan antara orang yang berbuat baik dan orang yang berbuat buruk atau jahat, baik dalam sikap-Nya terhadap mereka, maupun dalam memberi balasan terhadap perbuatan mereka. Allah berfirman:
وَخَلَقَ اللّٰهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ ٢٢
Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. (al-Jatsiyah/45: 22).
Allah menciptakan langit dan bumi untuk waktu yang ditentukan-Nya sehingga dalam masa itu ada kesempatan bagi manusia melakukan segala sesuatu yang baik baginya, sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah agar ia dapat menikmati kebahagiaan hidup yang hakiki. Hal ini tentu sesuai pula dengan potensi dan hak ikhtiar yang diberikan Allah kepadanya.
Karena Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan segala hikmah dan manfaatnya, maka untuk menunjukkan keadilan-Nya dan membuktikan hikmah penciptaan keduanya, Allah menciptakan hari pembalasan.
Dengan adanya hari pembalasan itu, segala perbuatan manusia dapat dibalas dengan adil. Hari pembalasan akan datang setelah berakhirnya masa yang ditentukan bagi langit dan bumi.
Pada hari pembalasan itu, ditetapkan pahala bagi orang-orang yang melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya berupa kebahagiaan abadi di dalam surga.
Adapun orang-orang yang mengingkari perintah Allah dan melanggar larangan-Nya memperoleh kesengsaraan yang dialaminya di dalam neraka.
Pernyataan mengenai penciptaan langit dan bumi dilakukan dengan suatu tujuan yang benar banyak ditemui dalam Al-Qur’an (antara lain Surah Ibrahim/14: 19).
Pada ayat 3 Surah al-Ahqaf/46 ini, ditambahkan kata “dalam waktu yang ditentukan.”
Kata-kata ini dapat diartikan bahwa Tuhan memberi tahu kita mengenai waktu yang diperlukan hingga bumi terbentuk dan layak dihuni.
Uraian yang lebih lugas mengenai waktu atau masa dari penciptaan terdapat pada Surah al-A’raf/7: 54 (lihat penjelasan pada juz 8).
Pada akhir ayat ini diterangkan keingkaran orang-orang musyrik terhadap peringatan yang telah disampaikan kepada mereka.
Diterangkan bahwa sekalipun kepada mereka telah disampaikan bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran Al-Qur’an sebagai firman Allah, pengangkatan Muhammad saw sebagai rasul-Nya, dan agama yang dibawa Muhammad saw, namun mereka tetap dalam kemusyrikan.
Mereka tetap berpaling dari peringatan itu dengan mengingkari perintah Allah dan melanggar larangan-Nya, bahkan mereka menolak dalil-dalil dan bukti-bukti itu tanpa alasan yang benar.
Mereka seakan-akan orang yang tuli, bisu, buta dan tidak berakal sehingga tidak dapat mendengar dan memahami seruan dan peringatan itu.
Mereka tidak mau percaya bahwa kelalaian dan keingkaran mereka akan menimbulkan penyesalan yang terus-menerus di akhirat kelak, di samping mengalami siksaan yang amat berat.
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya : Tafsir Surah Ahqaf 4-6