BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Ahqaf Ayat 29

Tafsir Surah Ahqaf Ayat 29

Tafsir Surah Ahqaf Ayat 29 berbicara tentang sesuatu yang ghaib, bahwa sesuatu yang ghaib bukanlah tidak ada, atau tidak akan terjadi, melainkan sebaliknya.

Karena itu, sebagai seorang mukmin, kita wajib untuk mengimani hal-hal yang sifatnya ghaib. Termasuk dari hal ghaib yang akan diulas dan diceritakan dalam Tafsir Surah Ahqaf Ayat 29 adalah makhluk Allah yang bernama jin.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Ahqaf Ayat 25-28


Ayat 29

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw agar menyampaikan kepada orang-orang musyrik Mekah peristiwa tentang pertemuannya dengan sekelompok jin yang telah datang kepadanya untuk mendengarkan dan memperhatikan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an.

Pada waktu mereka mendengarkan bacaannya, di antara mereka ada yang berkata kepada yang lain, “Dengarlah baik-baik bacaan Al-Qur’an ini agar dengan demikian kita dapat memusatkan perhatian kepada bacaan yang belum pernah kita dengar selama ini dan untuk menunjukkan sikap dan budi pekerti yang baik pada waktu mendengarkan pembacaan ayat Al-Qur’an yang mulia ini.”

Setelah mereka selesai mendengarkan bacaan Al-Qur’an itu, mereka kembali kepada kaumnya untuk menyampaikan apa yang telah mereka dengarkan itu.

Dalam ayat ini diterangkan bahwa jin telah mendengarkan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an dari Nabi saw. Bagaimana cara jin mendengarkan pembacaan itu dan bagaimana Nabi saw memperdengarkannya tidak ada keterangan yang menerangkannya dengan jelas.

Demikian pula, tidak ada bukti-bukti nyata yang dapat dikemukakan dengan pasti adanya alam jin itu sendiri.

Adanya alam jin itu hanya didapat dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi saw. Maka kita sebagai umat Islam wajib mempercayai adanya jin itu, sebagaimana kita wajib mempercayai adanya malaikat, karena kepercayaan kepada adanya jin dan malaikat termasuk dalam keimanan kepada seluruh isi Al-Qur’an yang merupakan sumber pokok agama Islam.

Malaikat dan jin termasuk makhluk gaib, karena itu hanya Allah saja yang mengetahui dengan pasti tentang hakikat dan kejadiannya. Seorang Muslim wajib percaya bahwa Nabi Muhammad pernah berhubungan dengan malaikat, seperti ketika menerima wahyu dan sebagainya.

Demikian pula seorang Muslim wajib percaya pula bahwa pada suatu waktu, ketika Rasulullah saw masih hidup, beliau pernah berhubungan dengan jin, yaitu ketika membacakan ayat-ayat Al-Qur’an kepada mereka, dan pada waktu mereka mendengarkan dengan sungguh-sungguh, kemudian menyampaikan kepada kaumnya.

Mengenai hadis-hadis Rasulullah yang menerangkan pertemuan beliau dengan serombongan jin antara lain hadis di bawah ini:

عَنْ مَسْرُوْقٍ قَالَ: سَأَلْتُ ابْنَ مَسْعُوْدٍ مَنْ ﺁذَنَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْجِنِّ لَيْلَةَ اسْتَمَعُوا اْلقُرْﺁنَ. قاَلَ: ﺁذَنَتْهُ بِهِمُ الشَّجَرَةُ. (رواه البخاري ومسلم)

Masruq berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Mas’ud tentang siapa yang memberitahukan kepada Nabi Muhammad saw akan kehadiran jin pada malam mereka mendengarkan bacaan Al-Qur’an,” beliau menjawab, “Yang memberitahukan kehadiran mereka ialah pohon kayu itu.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Pada hadis yang lain disebutkan sebagai berikut:

عَنْ عَلْقَمَةَ قَالَ: قُلْتُ ِلاِبْنِ مَسْعُوْدٍ هَلْ صَحِبَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْكُمْ اَحَدٌ لَيْلَةَ الْجِنِّ؟ قَالَ: مَا صَحِبَهُ مِنَّا اَحَدٌ. (رواه أحمد ومسلم والترمذي)

 ‘Alqamah berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Mas’ud, adakah salah seorang di antara kamu yang menyertai Rasulullah saw pada malam pertemuannya dengan jin?” Ibnu Mas’ud menjawab, “Tidak seorang pun di antara kami yang menyertainya.” (Riwayat Ahmad, Muslim, dan at-Tirmizi).

Ayat ini diturunkan ketika Rasulullah saw dan para sahabat sedang menghadapi tantangan yang sangat berat dari kaum musyrik Mekah.

Setelah istri yang beliau cintai, Khadijah wafat, kemudian disusul dengan wafatnya paman beliau, Abu Thalib, beliau merasa kehilangan orang-orang yang selama ini melindungi dan menolong beliau dari gangguan orang-orang Quraisy.


Baca Juga: Sering Merasa Takut? Baca Ayat Ini Untuk Menangkal Gangguan Jin


Sementara itu, ancaman dan gangguan orang Quraisy semakin bertambah. Menghadapi keadaan semacam ini beliau pergi ke kota Taif dengan harapan akan mendapat perlindungan dan pertolongan dari Bani Tsaqif. Tetapi beliau tidak memperoleh apa yang diharapkannya, bahkan Bani Tsaqif sendiri bertindak kasar dengan menyuruh budak-budak mereka mengusir dan melempari Rasulullah saw sehingga kaki beliau luka dan berdarah.

Mereka memaksa Rasulullah saw melarikan diri ke kebun ‘Utbah dan Syaibah. Di sana beliau berlindung dari teriknya matahari. Setelah beliau berdoa meminta pertolongan dari Allah, barulah budak-budak itu pergi.

Kemudian Rasulullah kembali ke Mekah. Dalam perjalanan itu, beliau singgah di Nakhlah, suatu tempat di pinggir kota Mekah. Beliau bermalam di sana. Maka pada malam ketika beliau sedang salat dan membaca Al-Qur’an dalam salat itu, Allah mengerahkan tujuh pemuka jin untuk mendengarkan Nabi saw membaca Al-Qur’an.

Beliau tidak mengetahui akan kedatangan jin dan beliau juga tidak mengetahui saat jin itu kembali ke tempatnya. Dengan turunnya ayat ini barulah Rasulullah saw mengetahui kedatangan jin itu.

Ayat ini diturunkan untuk menenteramkan hati Nabi dan para sahabatnya. Tidak lama setelah itu, terjadilah peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Kedua peristiwa itu menambah kuat hati Nabi dan keyakinan akan keberhasilannya menyampaikan risalah yang ditugaskan Allah kepadanya.

Ayat ini juga menerangkan bahwa jin memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca Rasulullah, kemudian menyampaikan isi Al-Qur’an itu kepada kaumnya.

Dari peristiwa ini, dapat diambil kesimpulan bahwa seruan Rasulullah saw itu tidak saja tertuju kepada seluruh manusia, tetapi juga ditujukan kepada jin, makhluk gaib yang tidak dapat diketahui hakikat dan keadaannya oleh manusia.

Hanya saja manusia tidak mengetahui kapan dan bagaimana cara jin itu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.

Sebagian ahli tafsir mengambil kesimpulan berdasarkan ayat ini bahwa seandainya ada makhluk hidup yang berada di luar planet bumi ini, yang keadaannya seperti manusia, yaitu dapat berpikir, berbuat, dan berperasaan, maka risalah Muhammad saw berlaku pula bagi mereka, dan kaum Muslimin wajib menyampaikannya kepada mereka sedapat mungkin.

Jin sebagai makhluk gaib wajib melaksanakan risalah Muhammad saw dan tentulah makhluk lain yang tidak gaib dan sama dengan manusia lebih wajib lagi melaksanakan risalah Muhammad saw.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Ahqaf 30-32


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

penamaan surah Alquran

Penamaan Surah Alquran: Proses Penamaan Nonarbitrer

0
Penamaan merupakan proses yang selalu terjadi dalam masyarakat. Dalam buku berjudul “Names in focus: an introduction to Finnish onomastics” Sjöblom dkk (2012) menegaskan, nama...