BerandaTafsir TematikTafsir Surah Al Araf Ayat 179: Makhluk yang Lebih Sesat dari Binatang...

Tafsir Surah Al Araf Ayat 179: Makhluk yang Lebih Sesat dari Binatang Ternak

Binatang ternak atau hewan ternak adalah hewan yang dipelihara oleh banyak orang untuk sumber pangan, missal saja, ayam, bebek yang diambil daging dan telurnya. Beberapa lain hewan ternak juga digunakan untuk membantu pekerjaan manusia, seperti kerbau, digunakan tenaganya untuk membajak sawah. Dan binatang ternak lainnya.

Binatang ternak tidak punya pikiran, tidak bisa melihat dengan benar, mengapa mereka dipelihara manusia, diberi makan dan minum, dibuatkan tempat untuk tinggal atau beranak-pinak, yang mana tidak lain adalah karena nantinya binatang ternak itu untuk dimanfaatkan oleh manusia sendiri.

Begitu pula manusia, kalau dia tidak punya pikiran, tidak punya hati dan tidak bisa menggunakan matanya untuk melihat kebenaran, atau telinganya untuk mendengarkan kebenaran, maka sama lah kita sebagai manusia seperti halnya binatang ternak. Tersesat tanpa tahu arah hidupnya untuk apa, tidak paham dengan perintah tuhannya.

Baca Juga: Tafsir Surah Fatir Ayat 43: Senjata Makan Tuan

Bukankan sebagai manusia seharusnya menyadari, mengapa manusia diciptakan oleh Allah? Mengapa manusia dibekali dengan pikiran, hati, serta juga dilengkapi dengan mata dan juga telinga?

Tiga Bekal Manusia Agar Tidak Tersesat

Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT berfirman dalam QS. A’raf [7] ayat 179:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”

Imam Thabari (Tafsir Thabari, jilid 11: 801) menjelaskan bahwa, neraka Jahannam Allah ciptakan untuk mereka-mereka (jin dan manusia) yang memiliki Hati namun tidak memahami ayat-ayat Allah, baik itu merenungi keesaan-Nya, kebenaran rasul-Nya, yaitu orang yang kufur atau menolak kebenaran.

Selain itu juga mereka-mereka yang memiliki Mata namun tidak bisa melihat keagungan Allah, tanda-tanda kebesaran-Nya dan keesaan-Nya, yaitu orang yang syirik, atau menyekutukan Allah, menganggap masih ada yang lebih agung dari pada Allah.

Setelah itu adalah mereka-mereka yang memiliki Telinga namun tidak bisa dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah, tidak bisa merenungi dan memikirkannya, lebih dari pada itu, bahkan menolak adanya kebenaran yang telah disampaikan oleh Rasul-Nya kepadanya.

Imam Qurthubi juga menambahkan bahwa ayat ini bukan berarti mereka itu benar-benar tuli maupun buta secara fisik, mereka memang punya mata berfungsi untuk melihat, punya telinga berfungsi untuk mendengar, namun yang dimaksud adalah tidak mempergunaka fungsi panca indranya dengan benar. (Tafsir Qurthubi, jilid 7: 817-818)

Tidak mempergunakannya dengan benar menurut Wahbah Zuhaili yaitu menggunakan akal dan indra hanya untuk kepentingan dunia semata tidak untuk kepentingan agama (akhirat). Hati mereka tidak digunakan untuk memahami segala hal untuk mewujudkan kemaslahatan agama. Dan mata dan telinganya tidak digunakan untuk melihat dan mendengar hal-hal yang dapat mewujudkan kemaslahatan. (Tafsir al-Munir, jilid 5: 169-170)

Tersesat Layaknya Binatang Ternak

Orang-orang yang tidak bisa memanfaatkan hati, mata dan telinganya dengan benar oleh Allah diibaratkan laksana bintang ternak, yaitu dalam redaksi أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ.

Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3: 490) menjelaskan yang dimaksud layaknya binatang ternak adalah orang-orang yang diserukan kepada mereka untuk beriman sama halnya binatang ternak yang diseru oleh sang penggembala, dimana mereka hanya mendengar suaranya saja, namun tidak memahami apa maknanya sama sekali

Imam Qurthubi menyebutnya seperti binatang karena mereka tidak mencari pahala dari suatu perbuatan baik, dimana pikiran mereka hanya perihal makan dan minum saja atau hanya perut yang mereka pentingkan.

Bukankah manusia diciptakan dengan ciptakan paling sempurna? Mengapa manusia tidak menggunakannya dengan sebaik-baiknya? Apakah sebenarnya mereka sedang lupa?

Siapa Sebenarnya Orang Lebih Tersesat?

Ada yang lebih parah dari pada hanya sekedar disamakan seperti binatang ternak. Siapakah mereka?

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa binatang ternak terkadang masih bisa menuruti perintah sang penggembala meski tak paham maksud ucapannya, namun yang dimaksud lebih sesat disini adalah orang kafir yaitu orang yang menyekutukan Allah. Menganggap ada tuhan lain yang lebih hebat, dan berkuasa.

Imam Qurthubi memperjelas bahwa ولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ orang-orang yang lebih sesat adalah orang-orang yang lalai, yaitu orang orang yang tidak mau bertadabbur dan menolak adanya surga serta neraka.

Sampai-sampai Ibnu katsir mengibaratkan bahwa orang yang taat kepada Allah lebih mulia dari para Malaikat yang taat, namun sebaliknya, yang kufur kepada Allah, itu lebih hina dari pada binatang, lebih sesat atau bisa dikatakan kalau binatang lebih sempurna darinya.

Lantas apakah ada ancamannya untuk orang-orang lalai ini?

Ancaman Bagi Para Manusia dan Jin

Ayat diatas selain memang menunjukan 3 bekal agar manusia tidak tersesat, sekaligus juga ancaman bagi manusia yang lupa akan 3 bekal tersebut. Tidak main-main dalam ayat ini. Di ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah benar-benar telah menyiapkan neraka Jahannam, yaitu neraka yang paling pedih siksanya, untuk menyiksa orang-orang yang sesat.

Imam Syaukani menjelaskan bahwa ayat وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ yaitu Allah benar-benar telah menciptakan neraka Jahannam itu untuk menyiksa kebanyakan makhluq (jin dan manusia) atas keadilan-Nya dan sesuai dengan amal perbuatan hidup di dunia, kebanyakan makhluq ini adalah mereka yang tidak menggunakan hati, mata dan telinganya dengan benar. (Tafsir Fathul Qadir, jilid 4: 323-324)

Baca Juga: Anatomi Singkat Tafsir bi al-Imla’

Dari penjelasan para ahli tafsir diatas mengenai ayat tersebut. Jelas sudah bahwa ada 3 hal yang bisa kita jadikan bekal agar kita tidak tersesat hidup didunia yaitu: 1) Hati 2) Mata dan 3) Telinga. Tidak sebatas itu saja bahkan dengan 3 bekal ini jika digunakan dengan benar harapannya akan mewujudkan kemaslahatan bagi umat manusia.

Contohnya dalam kehidupan sosial adalah saat seseorang melihat orang lain kelaparan, mendengar mereka menjerit kesakitan menahan rasa lapar dan mengemis sesuap nasi, pasti hati yang berfungsi dengan benar akan merasa kasihan dan berupaya peduli memberikan uluran bantuan karena tidak tega melihat sesamanya menderita.

Bukankah manusia makhluk sosial yang saling butuh satu sama lain? Tidakkah hati, mata dan telinga kita berfungsi dengan benar?

Sekian kajian singkat Tafsir Surat al-Araf [7] ayat 179 semoga bermanfaat. Wallahu’Alamu

Ramdhan Yurianto
Ramdhan Yurianto
Mahasiswa Studi Islam, UIN Walisongo, Semarang
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Tafsir al-Nahl Ayat 94: Penyalahgunaan Sumpah Sebagai Alat untuk Menipu

0
Sumpah, dalam konteks hukum maupun agama, seringkali dianggap sebagai cara untuk menegaskan suatu kebenaran. Akan tetapi, dalam beberapa kasus ditemukan kejadian dimana seseorang menyalahgunakan...