Tafsir Surah Al Balad Ayat 1-5 diawali dengan pengemukaan sumpah. Setelah itu dikemukakan mengenai keadaan yang harus dihadapi oleh manusia ketika hidup di dunia. Hidup mereka akan penuh perjuangan melewati berbagai cobaan. Dan siapapun tidak diperkenankan untuk bersifat sombong sedikitpun.
Baca sebelumnya: Tafsir Surah Al Fajr Ayat 17-30
Ayat 1
Ayat ini secara harfiah terjemahannya, “Aku tidak bersumpah dengan negeri ini.” Kata “tidak” (lā) dalam ayat itu berfungsi menguatkan, karena itu maksudnya, “Aku benar-benar bersumpah dengan negeri ini.” Atau ayat itu dibaca, “Tidak! Aku bersumpah dengan negeri ini,” yang juga bermakna menekankan.
Allah bersumpah dengan kota Mekah, tempat di mana terdapat Ka’bah yang dituju oleh manusia dari segala penjuru semenjak didirikan oleh Nabi Ibrahim sampai sekarang untuk melaksanakan ibadah haji.
Di samping itu, kota ini juga menjadi pusat perdagangan semenjak lama sekali. Karena didatangi setiap tahun dari segenap penjuru itu, maka kota itu dinamai juga Ummul-Qura (Induk Negeri-negeri). Kota itu makmur sekalipun sekelilingnya padang pasir.
Ayat 2
Kata hill dalam ayat itu berarti “bertempat”. Maksudnya adalah bahwa kota ini adalah juga tempat lahir Nabi Muhammad yang merupakan nabi terbesar dan terakhir yang membawa agama Islam.
Dengan demikian, Allah bersumpah dengan kota Mekah yang agung karena tempat kelahiran manusia agung, yaitu Muhammad saw. Ada pula yang menafsirkan hill dalam ayat itu “halal”, yaitu halal bagi Nabi berperang dalam kota itu bila diperangi, apa yang tidak dihalalkan bagi orang lain.
Ayat 3
Allah bersumpah dengan seorang ayah, yaitu Ibrahim, dan anaknya, yaitu Ismail yang nanti menurunkan Nabi Muhammad. Dengan demikian, Allah bersumpah dengan nenek moyang Nabi Muhammad setelah sebelumnya Allah bersumpah dengan beliau dan kota kelahiran beliau, yang menunjukkan pertalian kedua nabi tersebut.
Ada pula yang menafsirkan “ayah” dengan Adam yang merupakan ayah umat manusia dan anak cucunya yang lahir sesudah itu siapa saja.
Ayat 4
Setelah bersumpah, Allah menyampaikan pesan penting yang hendak dikemukakan-Nya yang karena itu Ia perlu terlebih dahulu bersumpah. Pesan itu adalah bahwa manusia terlahir dalam kesulitan.
Maksudnya, manusia tidak bisa lagi hidup tanpa susah payah sebagaimana dialami oleh nenek moyang mereka, Adam dan Hawa, di surga, karena semuanya tersedia. Tetapi mereka harus hidup dengan terlebih dahulu bersusah payah: berusaha, mencari rezeki, mengatasi berbagai rintangan, dan sebagainya.
Berdasarkan perjuangan itulah, Allah menilai manusia tersebut. Semakin besar perjuangan yang dilakukan manusia dan semakin besar manfaat yang diberikan hasil perjuangannya itu bagi umat manusia, semakin tinggi nilai manusia itu dalam pandangan Allah.
Begitu pulalah Nabi Muhammad di kota ini, beliau perlu berjuang agar kebenaran menjadi nyata dan kebatilan menjadi sirna. Demikian pula seluruh manusia. Oleh karena itu, manusia mati seharusnya meninggalkan jasa.
Baca juga: Inilah Huruf Qasam dalam Al-Quran dan Sebabnya
Ayat 5
Dalam ayat ini, Allah bertanya apakah manusia yang selalu berada dalam kesulitan, dan untuk bisa hidup harus mampu mengatasi kesulitan itu, dapat menyombongkan dirinya setelah berhasil dalam perjuangan itu.
Menyombongkan diri itu misalnya menyangka dirinya begitu kuasanya sehingga berpandangan bahwa tidak akan ada seorang pun yang akan mampu menyaingi dan mengalahkannya, termasuk Allah sendiri.
Ia tidak boleh berpandangan demikian karena bila ada seorang yang hebat, pasti akan ada lagi orang yang lebih hebat darinya. Di atas segala yang hebat itu, Allah adalah yang terhebat dari segala yang hebat, sebagaimana difirmankan-Nya:
وَفَوْقَ كُلِّ ذِيْ عِلْمٍ عَلِيْمٌ
Dan di atas setiap orang yang berpengetahuan ada yang lebih mengetahui. (Yµsuf/12: 76)
Baca setelahnya: Tafsir Surah Al Balad Ayat 6-13
(Tafsir Kemenag)