Dalam Tafsir Surah al-Hadid ayat 21-22 ini Allah memerintahkan agar manusia berlomba-lomba untuk mengerjakan amal saleh agar mendapat ampunan dari Allah. Kemudian Tafsir Surah al-Hadid ayat 21-22 ini ditutup dengan penjelasan bahwa musibah yang terjadi di muka bumi ini telah ditetapkan dalam sebuah catatan.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah al-Hadid ayat 17-20
Ayat 21
Pada ayat ini Allah memerintahkan agar manusia itu bersegera dan berlomba-lomba mengerjakan amal saleh untuk dapat memperoleh ampunan dari Allah dan mendapat surga di akhirat kelak, yang luasnya seluas langit dan bumi, yang dipersiapkan bagi orang-orang yang beriman, kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, mengakui keesaan Allah membenarkan rasul-rasul-Nya.
Semua yang dipersiapkan Allah bagi mereka, adalah karunia, rahmat dan anugerah daripada-Nya.
Di dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dijelaskan sebagai berikut:
إِنَّ فُقَرَاءَ الْمُهَاجِرِيْنَ قَالُوْا: يَارَسُوْلَ اللهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِالْأُجُوْرِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَى وَالنَّعِيْمِ الْمُقِيْمِ. قَالَ: وَمَا ذَاكَ؟ قَالُوْا: يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّيّ وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ وَيَتَصَدَّقُوْنَ وَلاَ نَتَصَدَّقُ وَيُعْتِقُوْنَ وَلاَ نُعْتِقُ قَالَ: أَفَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ سَبَقْتُمْ مَنْ بَعْدَكُمْ وَلاَ يَكُوْنُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ اِلاَّ مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ تُسَبِّحُوْنَ وَتُكَبِّرُوْنَ وَتَحْمَدُوْنَ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ. قَالَ: فَرَجَعُوْا فَقَالُوْا: سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ اْلأَمْوَالِ مَا فَعَلْنَا فَعَلُوْا مِثْلَهُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: (ذٰلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ) (رواه مسلم عن أبي صالح عن أبي هريرة)
Fakir miskin dari kalangan Muhajirin mengeluh, “Wahai Rasulullah! Orang-orang kaya telah membawa pergi pahala, derajat yang tinggi dan nikmat yang tiada hingga.” Rasulullah bertanya, “Apa itu?” Fakir miskin Muhajirin menjawab, “Mereka (orang-orang kaya) salat sebagaimana kami salat, puasa sebagaimana kami puasa, tetapi mereka bersedekah sedangkan kami tidak, mereka memerdekakan budak sedangkan kami tidak (karena tidak mampu.)” Nabi menjawab, “Maukah kalian aku tunjukkan amalan yang apabila diamalkan niscaya kalian mendahului orang-orang sesudahmu serta tidak ada seorang pun yang lebih mulia darimu kecuali seseorang yang mengerjakan amalan seperti amalan kalian, yakni membaca tasbih, takbir, tahmid, tiga puluh tiga kali setiap selesai salat. Abu Shalih (perawi) berkata, “Kemudian fakir miskin Muhajirin itu kembali kepada Nabi seraya berkata, ‘Saudara-saudara kita yang kaya itu telah mendengar amalan yang kita kerjakan lalu mereka mengamalkan apa yang kita amalkan. Lalu Nabi bersabda, ‘Itu merupakan keutamaan Allah yang diberikan kepada orang yang Ia kehendaki.” (Riwayat Muslim dari Abu Shalih dari Abu Hurairah).
Ayat ini ditutup dengan ketegasan bahwa Allah itu amat luas pembe-rian-Nya dan besar karunia-Nya. Dia memberikan orang yang dikehen-daki-Nya apa saja menurut kehendak-Nya; dilapangkan rezekinya di dunia, dianugerahi bermacam-macam nikmat, diberitahu di mana ia harus bersyukur, kemudian dibalas di akhirat dengan balasan yang menyenangkan yaitu surga Jannatun Na’im.
Baca Juga: Bertakwalah, Maka Allah Akan Mengajarimu!
Ayat 22
Tafsir Surah al-Hadid ayat 21-22 khususnya pada Ayat ini menerangkan bahwa semua bencana dan malapetaka yang menimpa permukaan bumi, seperti gempa bumi, banjir dan bencana alam yang lain serta bencana yang menimpa manusia, seperti kecelakaan, penyakit dan sebagainya telah ditetapkan akan terjadi sebelumnya dan tertulis di Lauh Mahfudz, sebelum Allah menciptakan makhluk-Nya. Hal ini berarti tidak ada suatu pun yang terjadi di alam ini yang luput dari pengetahuan Allah dan tidak tertulis di Lauh Mahfudz.
Menetapkan segala sesuatu yang akan terjadi itu adalah sangat mudah bagi Allah, karena Dia Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang telah ada maupun yang akan ada nanti, baik yang besar maupun yang kecil, yang tampak dan yang tidak tampak.
Ayat ini merupakan peringatan sebagian kaum Muslimin yang masih percaya kepada tenung, suka meminta sesuatu kepada kuburan yang dianggap keramat, menanyakan sesuatu yang akan terjadi kepada dukun dan sebagainya. Hendaklah mereka hanya percaya kepada Allah saja, karena hanyalah Dia yang menentukan segala sesuatu. Mempercayai adanya kekuatan-kekuatan gaib, selain dari kekuasaan Allah termasuk memperseri-katkan-Nya dengan makhluk ciptaan-Nya dan berarti tidak percaya kepada tauhid rububiyyah yang ada pada Allah.
(Tafsir Kemenag)
Baca Selanjutnya: Tafsir Surah al-Hadid ayat 23-24