BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Hajj Ayat 48-51

Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 48-51

Sebelumnya telah dijelaskan tentang janji Allah yang akan menimpakan azab bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya. Adapun Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 48-51 akan menerangkan tentang kuasa Allah atas suatu azab, bahwa Allah akan tetap bermurah hati memberi kesempatan kepada kaum yang demikian untuk bertaubat, dan menerima taubat tersebut jika dilakukan dengan sebenar-benarnya.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 46-47


Sebaliknya, Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 48-51 juga menegaskan bahwa setiap manusia pasti akan medapatkan balasan yang adil dari Allah Swt. Karena itu, mereka yang masih memusuhi Nabi-Nya, akan menerima azab dari Allah, sebagaimana yang pernah mereka tanyakan dan yang telah Allah janjikan sebelumnya.

Ayat 48

Allah melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Dalam pada itu manusia juga harus ingat akan salah satu dari sifat-sifat Allah, yaitu Dia tidak segera mengazab hamba-hamba-Nya yang berdosa sebelum memberi kesempatan bertobat kepada mereka dengan cara beriman dan beramal saleh. Apabila kesempatan bertobat itu tidak juga digunakan oleh hamba-Nya, barulah mereka ditimpa azab yang dijanjikan itu.

Karena itu berapa banyak negeri yang penduduknya berlaku zalim, setelah beberapa lama, mereka tidak bertobat, bahkan bertambah zalim maka Allah menimpakan azab kepada mereka dengan tiba-tiba dari arah yang tidak mereka ketahui. Hendaklah manusia ingat, bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah kepunyaan Allah, termasuk apa yang ada di dalamnya, semuanya akan kembali kepada Allah.

Di waktu kembali kepada-Nya, ditimbanglah seluruh amal perbuatan mereka, amal baik dibalas dengan surga yang penuh kenikmatan, sedang amal buruk dan perbuatan jahat akan dibalas dengan neraka yang apinya menyala-nyala.

Ayat 49

Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar menyampaikan kepada orang-orang yang minta disegerakan datangnya azab bahwa yang menimpakan azab itu bukanlah tugas para rasul. Tugas para rasul hanyalah menyampaikan peringatan dan ancaman Allah kepada manusia, termasuk mereka sendiri.

Tugas para rasul juga menyampaikan bahwa tindakan-tindakan yang telah dilakukan orang-orang musyrik itu telah membawa mereka ke ambang pintu azab yang diancamkan itu. Para rasul tidak berwenang menilai perbuatan hamba karena yang memberi taufik dan hidayah itu hanyalah Allah sendiri. Allah berfirman:

۞ لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰىهُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ

Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. (al-Baqarah/2: 272)

Seandainya Allah berkehendak menimpakan azab yang dijanjikan itu, tentu Dia telah melakukannya, dan melakukannya itu adalah mudah bagi-Nya, karena itu janganlah sekali-kali meminta kepada rasul agar azab itu disegerakan atau ditangguhkan, karena semuanya itu adalah wewenang Allah.

Dengan adanya penyampaian ancaman dan peringatan itu, manusia yang hatinya terbuka untuk menerima petunjuk Allah, mempunyai kesempatan untuk menghindarkan diri dari azab Allah yang diancamkan itu, yaitu dengan melakukan semua yang diperintahkan Allah, menghentikan semua yang dilarang dan berusaha menghapuskan segala dosanya dengan mengerjakan amal yang saleh.

Jika mereka tetap dalam kekafiran, tentulah Allah akan melaksanakan ancaman-Nya dengan menimpakan azab yang pedih kepada mereka kapan saja dikehendaki.


Baca Juga: Benarkah Musibah adalah Adzab dari Allah? Gus Baha: Bukan Hak Kita Menjudge!


Ayat 50

Pada ayat ini Allah menerangkan bentuk peringatan dan ancaman itu dengan menyebutkan balasan yang baik bagi orang-orang yang beriman, dan ancaman siksa bagi orang-orang yang kafir.

Orang-orang yang beriman dengan arti yang sebenarnya dan perwujudan imannya itu tampak dalam tindakannya mengerjakan amal-amal saleh, maka Allah akan mengampuni semua dosa-dosanya, membalas perbuatan baik mereka dengan pahala yang berlipat ganda dan rezeki yang mulia.

Di akhirat mereka akan dimasukkan ke dalam surga, tempat dimana mereka akan memperoleh semua yang mereka inginkan, sebagaimana firman Allah:

اُدْخُلُوا الْجَنَّةَ اَنْتُمْ وَاَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُوْنَ   ٧٠  يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِّنْ ذَهَبٍ وَّاَكْوَابٍ ۚوَفِيْهَا مَا تَشْتَهِيْهِ الْاَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْاَعْيُنُ ۚوَاَنْتُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَۚ   ٧١

Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan pasanganmu akan digembirakan. Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas, dan di dalam surga itu terdapat apa yang diingini oleh hati dan segala yang sedap (dipandang) mata. Dan kamu kekal di dalamnya.  (az-Zukhruf/43: 70-71)

Bahkan dalam hadis diterangkan bahwa dalam surga itu terdapat kesenangan dan kebahagiaan yang belum pernah dirasakan oleh manusia semasa hidup di dunia sebagaimana firman Allah dalam hadis qudsi:

فِيْهَا مَالاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَخَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ. (رواه الطبرانى)

Di dalam surga itu terdapat apa yang belum pernah dilihat mata, dan apa yang belum pernah di dengar telinga, dan apa yang belum pernah terlintas  di dalam hati manusia. (Riwayat at-Thabrāni)

Ayat 51

Adapun orang-orang yang tetap berusaha menentang para rasul, ingin menghancurkan Islam dan kaum Muslimin, mereka akan dimasukkan ke dalam api neraka, dan itulah tempat yang paling buruk yang disediakan Allah untuk mereka, Allah berfirman:

اَلَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ زِدْنٰهُمْ عَذَابًا فَوْقَ الْعَذَابِ بِمَا كَانُوْا يُفْسِدُوْنَ

Orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan demi siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan. (an-Nahl/16: 88)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 52


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...