BerandaTafsir TahliliTafsir Surah al-Hijr Ayat 1-2

Tafsir Surah al-Hijr Ayat 1-2

Tafsir Surah al-Hijr Ayat 1-2 hendak menegaskan bahwa  Ayat-ayat pada surah ini adalah sebagian dari ayat-ayat Kitab yang sempurna, yaitu ayat-ayat Al-Qur’an yang memberi penjelasan tentang jalan yang diridhoi oleh Allah Swt.

Tafsir Surah al-Hijr Ayat 1-2 juga mengabarkan bahwa bahasan dalam al-Quran tidak hanya berkaitan dengan ketauhidan, namun juga mencakup kisah-kisah, etika, ilmu, hukum, serta janji dan ancaman bagi hamba yang taat dan yang ingkar.

Selain itu, Tafsir Surah al-Hijr Ayat 1-2 berbicara tentang peringatan Allah kepada orang kafir yang tidak mau mengikuti seruan para utusan (baca: rasul). Kelak di akhirat mereka akan merasakan siksa neraka yang teramat pedih, dan penyesalan mereka tiada lagi berarti.

Ayat 1

Ayat ini menerangkan bahwa ayat-ayat dari surah yang akan dijelaskan ini termasuk salah satu surah yang ada di dalam kitab yang sempurna dan agung, yaitu Al-Qur’an yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw, nabi terakhir.

Ia merupakan kitab yang paling lengkap di antara kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para rasul-Nya, membenar-kan kitab yang terdahulu, serta menerangkan jalan menuju kepada ke-bahagiaan dan jalan sesat yang pernah ditempuh umat-umat terdahulu.

Dengan demikian, manusia dapat membedakan antara kedua jalan itu, mana yang harus dilalui dan mana yang harus dihindari dan dijauhi.

Dalam Al-Qur’an juga terdapat ayat-ayat yang menerangkan tentang ketauhidan, kisah, budi pekerti yang baik, ilmu pengetahuan, janji Allah dan ancaman-Nya, dan hukum-hukum yang menjadi pedoman bagi manusia dalam hidup dan kehidupannya di dunia dan dalam rangka mencapai keselamatan dan kebahagiaan di akhirat nanti, sebagaimana firman Allah swt:

الۤرٰ ۗ كِتٰبٌ اُحْكِمَتْ اٰيٰتُهٗ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَّدُنْ حَكِيْمٍ خَبِيْرٍۙ

Alif Lam Ra. (Inilah) Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi kemudian dijelaskan secara terperinci, (yang diturunkan) dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana, Maha Mengetahui. (Hud/11: 1)

Dan firman Allah swt:

الۤمّۤصۤ ۚ   ١  كِتٰبٌ اُنْزِلَ اِلَيْكَ فَلَا يَكُنْ فِيْ صَدْرِكَ حَرَجٌ مِّنْهُ لِتُنْذِرَ بِهٖ وَذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ   ٢

Alif Lam Mim Shad. (Inilah) Kitab yang diturunkan kepadamu (Muhammad); maka janganlah engkau sesak dada karenanya, agar engkau memberi peringatan dengan (Kitab) itu dan menjadi pelajaran bagi orang yang beriman. (al-A’raf/7: 1-2)


Baca Juga : Mengenal Enam Fungsi Angin dalam Al-Quran Perspektif Tafsir Ilmi


Ayat 2

Ayat ini merupakan peringatan Allah swt kepada orang-orang kafir dengan menerangkan kepada mereka bahwa di akhirat nanti di saat mereka merasakan beratnya siksa neraka, mereka menyesal atas perbuatan dan tindakan mengingkari Tuhan yang Mahakuasa selama hidup di dunia.

Seandainya mereka mengikuti seruan rasul, melaksanakan perintah-perintah Allah, meninggalkan larangan-larangan-Nya, dan beribadah dengan tunduk dan patuh kepada-Nya, tentulah mereka tidak akan diazab seperti yang mereka alami pada hari itu.

Seandainya mereka berbuat sebaliknya, tentulah mereka akan dimasukkan Allah ke dalam surga yang penuh kenikmatan seperti yang dialami oleh orang-orang muslim pada saat itu.

Akan tetapi pada waktu itu, semua penyesalan mereka tidak ada lagi gunanya. Allah swt telah menetapkan keputusan-Nya yang tidak dapat diubah lagi, kecuali jika kekuasaan-Nya menghendaki yang lain.

Dalam suatu hadis diterangkan saat-saat penyesalan mereka itu:

عَنْ أَبِي مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا اجْتَمَعَ اَهْلُ النَّارِ فِى النَّارِ وَمَعَهُمْ مَنْ شَاءَ مِنْ اَهْلِ الْقِبْلَةِ قَالَ الْكُفَّارُ لِلْمُسْلِمِيْنَ: اَلَمْ تَكُوْنُوْا مُسْلِمِيْنَ قَالُوْا بَلٰى قَالُوْا فَمَا اَغْنٰى عَنْكُمُ اْلإِسْلاَمُ وَقَدْ صِرْتُمْ مَعَنَا فِى النَّارِ؟ قَالُوْا كَانَتْ لَنَا ذُنُوْبٌ فَأُخِذْنَا بِهَا فَسِمَعَ اللهٌ مَا قَالُوْا فَاَمَرَ بِمَنْ كَانَ فِى النَّارِ مِنْ أَهْلِ الْقِبْلَةِ فَأُخْرِجُوْا فَلَمَّا رَاٰى ذٰلِكَ مَنْ بَقِيَ مِنَ الْكُفَّارِ، قَالُوْا يَالَيْتَنَا كُنَّا مُسْلِمِيْنَ فَنَخْرُجُ كَمَا خَرَجُوْا قَالَ ثُمَّ قَرَأَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ الرٰ تِلْكَ اٰيَاتٌ. (رواه الطبراني)

Dari Abu Musa semoga Allah meridainya, ia berkata, “Rasulullah Berkata saw, “Apabila telah berkumpul penghuni neraka dan beserta mereka ada orang yang dikehendaki Allah dari ahli kiblat (orang yang mukmin), orang kafir berkata kepada orang-orang Islam, “Bukankah kamu sekalian dahulu orang-orang Islam.” Orang Islam berkata, “Benar.” Mereka berkata, “Tidaklah berfaedah bagimu agama Islam yang kamu anut dahulu, sehingga kamu dikumpulkan bersama kami di neraka ini?” Orang-orang Islam berkata, “Kami telah mengerjakan perbuatan dosa, maka kami diazab karenanya.” Maka Allah swt mendengar pembicaraan mereka, lalu memerintahkan orang-orang Islam yang berada di dalam neraka itu untuk dikeluarkan. Tatkala orang-orang kafir yang tinggal melihat yang demikian, mereka berkata, “Wahai seandainya kami dahulu orang muslim, tentu kami akan dikeluarkan pula dari neraka, sebagaimana mereka dikeluarkan.” Abu Musa Berkata, “Kemudian Rasulullah saw mengucap-kan, “Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.” Dan selanjutnya beliau membaca ayat ini.” (Riwayat ath-Thabrani).

Firman Allah swt yang senada dengan ayat ini ialah:

وَلَوْ تَرٰٓى اِذْ وُقِفُوْا عَلَى النَّارِ فَقَالُوْا يٰلَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِاٰيٰتِ رَبِّنَا وَنَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ

Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata, ”Seandainya kami dikembalikan (ke dunia) tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman.” (al-An’am/6: 27).

Sebagaimana disebut dalam al-Maragi, Az-Zajjaj mengatakan, “Sesungguhnya orang kafir, tatkala melihat keadaan azab neraka dan melihat keadaan orang Islam di surga, mereka berangan-angan, seandainya dahulu waktu di dunia mereka adalah orang-orang muslim.”

Demikianlah Allah melukiskan watak manusia yang ingkar kepada Allah. Mereka hanya ingat kepada Allah sewaktu bahaya dan azab menimpa mereka, tetapi bila bahaya dan azab itu telah tiada, mereka kembali ingkar kepada Allah penolong dan pencipta mereka.

Hal yang seperti itu terjadi pula pada orang-orang kafir yang berangan-angan  kembali hidup di dunia untuk beribadah dan mereka berjanji seandainya angan-angan mereka itu dikabulkan, mereka akan beriman dengan sungguh-sungguh tidak akan ingkar lagi seperti dahulu.

Seandainya manusia itu benar-benar mau beriman, telah cukup petunjuk-petunjuk Allah swt yang disampaikan oleh para nabi dan rasul-Nya, tetapi kebanyakan manusia terpengaruh oleh kesenangan hidup duniawi yang sifatnya sementara.

Mereka lebih meng-hambakan diri kepada setan yang terkutuk daripada menghambakan diri kepada Allah, Tuhan penciptanya. Telah cukup banyak kesempatan untuk bertobat yang diberikan Allah sewaktu di dunia kepada mereka, tetapi mereka mengabaikan kesempatan itu. Setelah mereka di akhirat, kesempatan itu tidak akan diberikan lagi.

Bagi mereka telah berlaku ketentuan Allah yang akan mengazab setiap orang yang ingkar kepada-Nya.

Ayat ini merupakan peringatan keras bagi orang-orang musyrik Arab khususnya, dan orang-orang kafir pada umumnya, terutama mereka yang menghalangi tersiarnya agama Allah di muka bumi. Bagi Nabi saw dan para sahabat, ayat ini merupakan kabar gembira.

Pada saat turunnya ayat ini, orang kafir menghalangi dengan keras terlaksananya dakwah Islam yang sedang dilakukan Nabi saw dan para sahabat, bahkan kaum musyrik Mekah telah sampai pada tingkat melakukan tindakan penganiayaan disertai dengan ancaman yang keras kepada pengikut Nabi Muhammad.

Sehingga Nabi dan para sahabat hampir putus asa dan khawatir, seandainya tugas yang dipikulkan Allah tidak dapat terlaksana dengan baik.

Turunnya ayat ini menimbulkan rasa optimis. Ketabahan, dan kesabaran mereka bertambah dalam menyiarkan agama Allah karena mereka betul-betul percaya agama Islam pasti berkembang dan kemenangan paling hakiki ialah kemenangan yang akan diperoleh di akhirat nanti.

Dari ayat ini dan hadis di atas dapat dipahami bahwa pahala atau siksa yang akan diterima oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang kafir adalah setimpal dan sesuai dengan perbuatan yang pernah mereka lakukan sewaktu di dunia.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al Hijr Ayat 3-6


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Kisah Tubba’ dan Kaumnya (Bagian 1)

0
Salah satu kisah kaum terdahulu yang disebutkan dalam Alquran adalah kisah kaum Tubba’, sebagaimana dalam surah Addukhan ayat 37 dan surah Qaf ayat 14....