BerandaTafsir TahliliTafsir Surah al-Hijr Ayat 25-27

Tafsir Surah al-Hijr Ayat 25-27

Tafsir Surah al-Hijr Ayat 25-27 berbicara tentang kehidupan di akhirat, bahwa manusia akan dikumpulkan dari kaum terdahulu hingga yang akan datang dan mereka semua tidak akan luput dari kesaksian serta pertanggung-jawaban atas perbuatan selama hidup di dunia.


Baca Sebelumnya : Tafsir Surah al-Hijr Ayat 23-24


Dalam Tafsir Surah al-Hijr Ayat 25-27 juga menjelaskan tentang penciptaan manusia dan jin, bahwa manusia diciptakan dari tanah, sedangkan jin dan setan diciptakan sebelum manusia dari api yang sangat panas. Ada perdebatan dikalangan ulama terkait penciptaan keduanya, dan pertanyaan apakah benar Adam adalah manusia pertama? Dan siapakah yang lebih dahulu diciptakan antara jin dan setan? Berikut penjelasannya.

Ayat 25

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt akan mengumpulkan semua manusia di akhirat nanti, baik yang terdahulu, sekarang, maupun akan datang. Semua mereka akan ditimbang amal perbuatannya, tidak ada satupun yang tidak ditimbang, karena tidak satupun dari perbuatan itu yang luput dari pengetahuan Allah.

Kemudian Dia memberikan pahala dan pembalasan kepada manusia sesuai dengan perbuatan yang telah mereka lakukan. Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui segala sesuatu.


Baca Juga: Keistimewaan Ka’bah dalam Al-Quran dan Pahala Memandangnya


Ayat 26

Ayat ini menerangkan bahwa setelah menyempurnakan bentuk ciptaan-Nya, Allah lalu meniupkan roh kepadanya. Menurut para saintis, kata Hama’ (lumpur hitam) pada ayat ini mengisyaratkan akan terlibatnya molekul air (H2O) dalam proses terbentuknya molekul-molekul pendukung proses kehidupan.

Seperti diketahui “air” adalah media bagi terjadinya suatu proses reaksi kimiawi/biokimiawi untuk membentuk suatu molekul baru. Kata “yang diberi bentuk”, mengisyaratkan bahwa reaksi biokimiawi yang terjadi dalam media berair itu, telah menjadikan unsur-unsur, yang semula ‘hanya’ atom-atom menjadi suatu molekul organik, yang susunan dan bentuknya tertentu, seperti asam amino atau nukleotida.

Pada ayat yang lain, Allah swt menerangkan kejadian manusia itu:

خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ   ١٤  وَخَلَقَ الْجَاۤنَّ مِنْ مَّارِجٍ مِّنْ نَّارٍۚ    ١٥

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar, dan Dia menciptakan jin dari nyala api tanpa asap. (ar-Rahman/55: 14-15).

Secara ilmiah, tembikar adalah semacam porcelain, yang dalam proses reaksi kimiawi dapat digunakan sebagai katalis untuk terjadinya proses polimerisasi.

Kata “tanah kering seperti tembikar” mungkin mengisyaratkan terjadinya proses polimerasasi atau reaksi perpanjangan rantai molekul dari asam-asam amino menjadi protein atau dari nukleotida menjadi polinukleotida, termasuk molekul Desoxyribonucleic Acid (DNA), suatu materi penyusun struktur gena makhluk hidup.

Dan firman Allah swt:

اِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنْ طِيْنٍ  ٧١  فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ  ٧٢

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ”Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh (ciptaan)-Ku kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.” (Hud/38: 71-72).

Yang dimaksud dengan insan (manusia) dalam ayat ini, ialah Adam a.s. yang merupakan bapak seluruh manusia. Sebagian ahli tafsir berpendapat Adam yang disebut dalam ayat ini bukanlah manusia pertama, karena sebelum itu Allah swt telah menciptakan beribu-ribu Adam.

Tetapi Nabi Adam adalah nabi pertama yang diberi tugas untuk berdakwah kepada manusia agar mengikuti jalan yang benar.

Dalam hadis Nabi diterangkan proses penciptaan Adam itu. Nabi Muhammad saw bersabda:

اِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ اٰدَمَ مِنْ قَبْضَةِ مَنْ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلاَرْضِ فَجَاءَ بَنُوْ اٰدَمَ عَلَى قَدْرِ اْلاَرْضِ فَجَاءَ مِنْهُمُ اْلاَحْمَرُ وَاْلاَسْوَدُ وَبَيْنَ ذٰلِكَ وَالسَّهْلُ وَالْحَزْنُ وَالطَّيِّبُ وَالْخَبِيْثُ. (رواه أحمد و مسلم عن عائشة)

Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah menciptakan Adam dari kepalan tanah yang diambil dari segala macam tanah, maka lahirlah anak Adam menurut kadar tanah itu. Di antara mereka ada yang merah, ada yang hitam, dan ada di antara kedua warna itu. Ada yang mudah, ada yang sukar, ada yang baik, dan ada yang buruk. (Riwayat A¥mad dan Muslim dari Aisyah)

Ayat 27

Allah swt menerangkan bahwa Dia telah menciptakan jin dari api yang sangat panas sebelum menciptakan Adam.

Tentang hakikat api ini, hanyalah Allah yang mengetahui. Sesuai dengan hadis di atas bahwa tabiat manusia itu berbeda-beda menurut keadaan tanah yang membentuk dirinya, maka hal ini dapat dijadikan dalil bahwa tabiat jin itu sesuai dengan tabiat asal kejadiannya.

Sebagaimana api bersifat panas, maka tabiat jin pun demikian pula. Api dengan tiba-tiba dapat menggejolak menjadi besar, kemudian tiba-tiba menjadi susut dan kecil.

Demikian pula jin, suka tergesa-gesa, cepat menjadi marah, suka mempermainkan dan menyakiti manusia, kadang-kadang tunduk dan patuh kepada Allah, tetapi serta merta membangkang dan mendurhakai Allah.

Manusia bersifat sesuai dengan sifat asal kejadiannya, seperti bersifat sabar, suka menumbuhkan, mengembangkan, memelihara dan mencari sesuatu yang baik, suka mengindahkan perintah, mempunyai sifat suka tunduk dan patuh, walaupun kadang-kadang ia durhaka kepada Allah karena tunduk dan mengikuti hawa nafsunya.

Dalam hadis qudsi disebutkan asal kejadian malaikat, jin dan manusia berdasarkan riwayat Aisyah:

قَالَ اللهُ تَعَالَى: خَلَقْتُ الْمَلاَئِكَةَ مِنْ نُوْرٍ وَخَلَقْتُ الْجَآنَّ مِنْ مَارِجٍ مِنَ النَّارِ وَخُلِقَ اٰدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ. (رواه أحمد و مسلم عن عائشة)

Allah swt berfirman, “Aku telah menciptakan malaikat dari cahaya, dan Aku telah menciptakan jin dari nyala api dan telah diciptakan Adam sebagaimana yang telah diterangkan kepadamu.” (Riwayat Ahmad dan Muslim dari Aisyah)

Jin termasuk makhluk Allah. Sebagaimana makhluk Allah yang lain, maka jin itu ada yang taat kepada Allah dan ada pula yang durhaka, sebagaimana firman Allah swt:

وَّاَنَّا مِنَّا الصّٰلِحُوْنَ وَمِنَّا دُوْنَ ذٰلِكَۗ  كُنَّا طَرَاۤىِٕقَ قِدَدًاۙ

Dan sesungguhnya di antara kami (jin) ada yang saleh dan ada (pula) kebalikannya. Kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (al-Jinn/72: 11).

Jin itu diberi beban dan tanggung jawab oleh Allah, sebagaimana manusia diberi beban dan tanggung jawab, ia berkembang dan berketurunan. Hanya saja manusia tidak dapat melihatnya, sedang ia dapat melihat manusia.

Karena itu, jin ada yang tunduk patuh kepada Allah, dan ada pula yang durhaka seperti Iblis. Allah swt berfirman:

وَّاَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُوْنَ وَمِنَّا الْقَاسِطُوْنَۗ فَمَنْ اَسْلَمَ فَاُولٰۤىِٕكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا

Dan di antara kami ada yang Islam dan ada yang menyimpang dari kebenaran. Siapa yang Islam, maka mereka itu telah memilih jalan yang lurus. (al-Jinn/72: 14).

Menurut Ibnu ‘Abbas, yang dimaksud dengan jin (jin) dalam ayat ini ialah bapak dari segala jin, sebagaimana Adam adalah bapak dari segala manusia. Sedang Iblis adalah bapak dari segala setan. Jin-jin itu juga makan, minum, hidup, dan mati seperti manusia.

Allah swt berfirman:

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (al-A’raf/7: 27);

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al Hijr Ayat 28-33


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penafsiran Esoterik Peristiwa Eksodus Nabi Musa as. dalam Tafsir al-Alusi

0
Peristiwa eksodus adalah peristiwa meninggalkan tempat asal; kampung halaman, kota, atau negara. Dalam kisah Nabi Musa, ayat yang menjelaskan tentang peristiwa ini salah satunya...