Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 15-18

Tafsir Surah Al Mu'minun
Tafsir Surah Al Mu'minun

Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 15-18 menegaskan bahwa kekuasaan Allah Swt. itu mutlak, setelah menjelaskan proses penciptaan manusia, di sini Allah mempertegas bahwa setiap manusia pasti akan menemui kematian, yang sifatnya rahasia dan tidak bisa dihindari.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 14 (2)


Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 15-18 juga menjelaskan bahwa Allah menciptakan tujuh lapis langit, yang setiap tingkatannya memiliki peran berbeda, termasuk darinya seperti, tempat berkumpulnya awan dan turunnya hujan, darinya kita bisa melihat bulan, bintang, matahari, serta di langit terdapat planet-planet yang beredar sesuai porosnya.

Ayat 15

Kemudian sesudah penciptaanmu yang pertama itu, kamu sekalian pasti akan menemui ajalmu yang telah ditentukan. Allah berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami. (al-Anbiyā`/21: 35)

Ayat 16

Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan dari kuburmu pada hari Kiamat, untuk dihisab segala amal perbuatanmu selama berada di dunia ini, yang baik akan diberi pahala, yang buruk akan diberi siksa.

Ayat 17

Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah menciptakan di atas manusia tujuh lapis langit, sebagian berada di atas sebagian lain yang menjadi tempat peredaran bintang-bintang, yang telah dikenal orang sejak dahulu kala, dan telah ditemukan lagi beberapa bintang lainnya oleh ulama falak pada masa kini.

Allah sekali-kali tidaklah lengah terhadap semua ciptaan itu, baik terhadap peredaran-peredaran maupun terhadap yang lainnya, karena peredaran semua planet di angkasa luar itu mengikuti peraturan tertentu.

Seandainya Allah lengah terhadapnya, niscaya akan terjadi benturan-benturan planet itu satu sama lain, yang mengakibatkan timbulnya bencana yang tidak dapat diperkirakan kedahsyatannya. Memang itu pun akan terjadi, akan tetapi waktunya nanti pada hari Kiamat, di mana segala sesuatunya telah direncanakan di Lauh Mahfuz.


Baca Juga : Tafsir An-Nahl Ayat 12: Tanda Kekuasaan Allah dalam Pergerakan Matahari


Ayat 18

Lalu Allah menurunkan dari langit air hujan dengan kadar yang diperlukan, tidak terlalu lebat sehingga menimbulkan bencana banjir dan tidak terlalu sedikit sehingga cukup untuk mengairi kebun-kebun yang memerlukannya.

Ada pula tanah-tanah yang memerlukan banyak air, akan tetapi tidak tahan menerima hujan yang lebat, maka air yang diperlukan itu didatangkan dari negeri lain melalui sungai-sungai yang besar seperti sungai Nil di Mesir yang bersumber di tengah-tengah benua Afrika.

Di samping membawa air yang diperlukan, juga membawa lumpur yang sangat bermanfaat untuk menambah kesuburan. Air dapat tersimpan  baik sebagai sungai-sungai, danau-danau dan bahkan sebagian tersimpan dalam bumi sebagai air tanah dangkal maupun air tanah  dalam atau sering disebut sebagai groundwater.

Sebagian dari air itu dijadikan Allah menetap dalam bumi untuk mengisi sumur-sumur dan parit-parit yang berfungsi dalam bidang irigasi, dan karena air dalam bumi itu bersentuhan pula dengan lapisan-lapisan logam dan zat kimia lainnya.

Air itu mengandung unsur-unsur kimiawi yang menambah kesuburan tanah, dan bila lewat di lereng gunung-gunung berapi dapat pula menjadi sumber-sumber air panas yang mengandung belerang, dan dapat dijadikan tempat pemandian air panas yang sangat berguna untuk menyembuhkan penyakit kulit dan sebagainya.

Semua sumber penggunaan air itu, jika dimanfaatkan dengan rasa syukur kehadirat Allah, niscaya akan dapat dinikmati, akan tetapi jika manusia serakah dan merusaknya, maka sesungguhnya Allah berkuasa pula untuk menghilangkannya, terutama bila tempat-tempat itu dipakai untuk perbuatan maksiat.

(Tafsir Kemenag)

Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Mu’minun 19-21