BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Qalam ayat 14-18

Tafsir Surah Al-Qalam ayat 14-18

Tafsir Surah Al-Qalam ayat 14-18 melanjutkan perintah Allah mengenai interaksi sosial pada ayat 10-13, ditegaskan bahwa jangan sekali-kali umat Islam mengikuti orang-orang yang memiliki sifat tercela sebab harta, kekuasaan, jabatan hanyalah kenikmatan dan kesenangan sementara. 

Dijelaskan pula bahwa kelak di akhirat terdapat orang-orang yang merugi, hal ini seperti kisah sang pemilik kebun dalam Tafsir Surah Al-Qalam ayat 14-18 di bawah ini….


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Qalam ayat 10-13


Ayat 14

Dalam ayat ini, Allah memperingatkan Nabi Muhammad dan kaum Muslimin agar sekali-kali tidak mengikuti orang-orang yang mempunyai sifat-sifat di atas, sekalipun ia mempunyai harta yang banyak, kedudukan yang tinggi, kekuasaan yang besar, atau ia merasakan suatu kenikmatan dan kesenangan duniawi yang sifatnya sementara saja. Semua itu tidak akan ada manfaatnya di sisi Allah pada hari Kiamat. Allah berfirman:

ذَرْنِيْ وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيْدًاۙ   ١١  وَّجَعَلْتُ لَهٗ مَالًا مَّمْدُوْدًاۙ   ١٢  وَّبَنِيْنَ شُهُوْدًاۙ   ١٣  وَّمَهَّدْتُّ لَهٗ تَمْهِيْدًاۙ   ١٤  ثُمَّ يَطْمَعُ اَنْ اَزِيْدَۙ      ١٥  كَلَّاۗ اِنَّهٗ كَانَ لِاٰيٰتِنَا عَنِيْدًاۗ   ١٦  سَاُرْهِقُهٗ صَعُوْدًاۗ   ١٧  اِنَّهٗ فَكَّرَ وَقَدَّرَۙ   ١٨  فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَۙ   ١٩  ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَۙ   ٢٠  ثُمَّ نَظَرَۙ   ٢١  ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَۙ   ٢٢  ثُمَّ اَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَۙ   ٢٣ 

Biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang yang Aku sendiri telah menciptakannya, dan Aku beri kekayaan yang melimpah, dan anak-anak yang selalu bersamanya, dan Aku beri kelapangan (hidup) seluas-luasnya. Kemudian dia ingin sekali agar Aku menambahnya. Tidak bisa! Sesungguhnya dia telah menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur’an). Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan. Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan?, Sekali lagi, celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan? Kemudian dia (merenung) memikirkan, lalu berwajah masam dan cemberut, kemudian berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri. (al-Muddatstsir/74: 11-23)

Ayat 15

Ayat ini menerangkan bahwa bila orang-orang musyrik Mekah mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, mereka mengatakan Al-Qur’an itu tidak lain adalah perkataan Muhammad saja dan berisi dongeng-dongeng orang dahulu kala, sama sekali bukan wahyu yang disampaikan Allah kepadanya. Dalam ayat lain, Allah berfirman:

فَقَالَ اِنْ هٰذَآ اِلَّا سِحْرٌ يُّؤْثَرُۙ   ٢٤  اِنْ هٰذَآ اِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِۗ   ٢٥

Lalu dia berkata, “(Al-Qur’an) ini hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Ini hanyalah perkataan manusia.” (al-Muddatstsir/74: 24-25)

Di samping, orang-orang musyrik juga mengatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah sihir yang dikemukakan seorang tukang sihir dan sebagainya. Akan tetapi, dari semua tuduhan yang mereka lontarkan itu, dapat dipahami bahwa mereka melakukan hal demikian semata-mata karena telah kehilangan akal mencari alasan yang dapat dikemukakan untuk membantah kebenaran Al-Qur’an. Setiap kali mereka merenungkannya, semakin timbul kepercayaan dalam hati mereka kepada Al-Qur’an. Namun demikian, nafsu mereka masih mengalahkan kebenaran yang telah timbul dalam lubuk hati mereka.

Ayat 16

Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang benar-benar sesat, dan Ia akan menjadikan mereka hina di dunia. Untuk menyatakan kehinaan mereka itu, Allah akan memberi tanda di hidung mereka seperti belalai gajah, sehingga setiap orang mengetahui keadaan mereka yang sebenarnya. Maksud memberi tanda di hidung mereka ialah agar semua orang mengetahui bahwa mereka adalah orang jahat dan banyak dosa, sehingga mudah dikenali.

Ayat 17-18

Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah memberi orang-orang musyrik Mekah nikmat yang banyak berupa kesenangan hidup di dunia dan kemewahan. Semua itu bertujuan untuk mengetahui apakah mereka mau mensyukuri nikmat lebih yang diberikan itu dengan mengeluarkan hak-hak orang miskin, memperkenankan seruan Nabi saw untuk mengikuti jalan yang benar serta tunduk dan taat kepada Allah, atau dengan nikmat ini, mereka ingin menumpuk harta, menantang seruan Nabi, dan menyimpang dari jalan yang benar? Allah akan menimpakan azab yang pedih kepada mereka dan melenyapkan nikmat-nikmat itu seandainya mereka tetap ingkar, sebagaimana yang menimpa beberapa pemilik kebun.

Pemilik kebun itu semula adalah seorang laki-laki saleh, taat, dan patuh melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ia mempunyai sebidang kebun sebagai sumber penghidupannya. Jika akan memetik hasil kebunnya, ia memberitahu orang-orang fakir dan miskin agar datang ke kebunnya, dan langsung memberikan hak-hak mereka yang terdapat dari hasil kebun itu. Setelah ia meninggal dunia, kebun itu diwarisi oleh anak-anak mereka. Pada waktu akan memetik hasilnya, mereka pun bermusyawarah apakah tetap melakukan seperti yang telah dilakukan ayah mereka atau membuat rencana baru. Salah seorang di antaranya mengusulkan agar tetap melakukan apa yang biasa dilakukan bapak mereka, yaitu memberitahu orang-orang fakir miskin agar datang pada waktu hari memetik.

Akan tetapi, usulan ini ditolak oleh saudara-saudaranya yang lain. Mereka tidak mau memberikan hasil kebun itu sedikit pun kepada fakir-miskin sebagaimana yang telah dilakukan bapaknya. Sekalipun telah diingatkan oleh saudara yang seorang itu akan bahaya yang mungkin menimpa, tetapi mereka tetap dengan keputusan  untuk memetik hasil kebun itu tanpa memberitahu lebih dahulu kepada fakir-miskin, dan seluruh hasil kebun itu akan mereka miliki sendiri tanpa mengeluarkan hak-hak orang lain yang ada di dalamnya.

Para ahli waris pemilik kebun itu mengingkari ketentuan-ketentuan yang biasa dilakukan bapaknya ketika hidup, setelah melihat kesuburan tanamannya dan kelebatan buah yang akan dipetik. Mereka pun yakin bahwa semua itu pasti akan menjadi milik mereka. Oleh karena itu, mereka bersumpah akan memetiknya pagi-pagi benar agar tidak diketahui oleh seorang pun. Mereka juga sepakat untuk tidak akan memberikan hasil kebun itu kepada orang lain walaupun sedikit.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Al-Qalam ayat 19-32


 

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Kitab Risalat al-Qurra’ wal-Huffadz Karya Kyai Umar bin Baidhawi

Mengenal Kitab Risalat al-Qurra’ wal-Huffadz Karya Kyai Umar bin Baidhawi

0
Saat ini, metode baca Alquran sudah banyak yang bisa dipelajari seperti metode Iqra’, metode Qira’ati, metode Yanbu’a, dan lain sebagainya. Namun, apakah kalian tahu?...