BerandaKisah Al QuranTafsir Surah Al-Qasas Ayat 14-15: Tragedi Pembunuhan Juru Masak Fir'aun

Tafsir Surah Al-Qasas Ayat 14-15: Tragedi Pembunuhan Juru Masak Fir’aun

Nabi Musa adalah satu dari beberapa nabi yang kisahnya banyak diabadikan dalam Al-Quran. Nabi Musa lahir ditengah krisis kemanusiaan yang sedang melanda Mesir pada saat itu, dimana Firaun akan membunuh semua bayi laki–laki di zaman tersebut. Namun Allah selalu punya cara untuk menjalankan takdir sesuai kehendakNya. Hingga akhirnya Nabi Musa hidup di “kandang singa”, Firaun tidak menyadari bahwa bocah yang ditemukan istrinya di aliran sungai itu kelak akan menghancurukan kerajaannya. Kehancuran Firaun dan seluruh bala tentaranya dimulai dari sebuah peristiwa yang diceritakan dalam Al-Quran Surah Al-Qasas ayat 14-15:

وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَاسْتَوَى آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (14) وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَى حِينِ غَفْلَةٍ مِنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلَانِ هَذَا مِنْ شِيعَتِهِ وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ فَوَكَزَهُ مُوسَى فَقَضَى عَلَيْهِ قَالَ هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ  (15)

Artinya : “Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (14) Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir’aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: “Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya) (15)” (Q.S Al-Qasas ayat 14-15)

Baca juga: Kisah Nabi Musa dan Doa-Doa yang Dipanjatkannya dalam Surat al-Qashash

Titik kecurigaan Fir’aun terhadap Musa

Peristiwa yang ada pada Surah Al-Qasas ayat 14-15 tersebut adalah titik tolak kecurigaan Firaun dan bala tentaranya terhadap Musa yang telah ada sejak sebelumnya. Musa semakin yakin bahwa Firaun ada di pihak yang salah, Risalah Allah yang berupa hikmah dan ilmu menuntun Nabi Musa pada kebenaran tauhid yang sesungguhnya. Peristiwa tersebut terjadi saat Nabi Musa telah mencapai 2 pencapaian fisik yang disebutkan melalui kata “Balagha Asyuddah” (diterjemahkan dengan “cukup umur”) dan “Istawa” (diterjemahkan dengan “sempurna akal”). Konsep cukup umur sendiri banyak terjadi perbedaan pendapat di kalangan mufassir, menurut Az-Zamhasyari dalam al-Kasysyaf, usia nabi  Musa saat itu adalah 40 tahun, usia yang sangat matang untuk bersiap menerima wahyu. sedangkan Al-‘Iz bin Abdussalam dalam Tafsir-nya, mengemukakan konsep Istawa dengan beberapa alternatif karakteristik seperti stabilnya kekuatan, tumbuh jenggot, maupun berakhirnya masa remaja.

Baca juga: Kisah Pengkhianatan Samiri dalam Al-Quran

Dengan gambaran fisik yang cukup realistis tadi, Nabi Musa sedang memasuki kota Memphis, sebuah kota yang berjarak sekitar 2 farsakh atau sekitar 11 kilometer dari kediaman nabi Musa. An-Nakhjuni dalam Tafsirnya memperkirakan bahwa kedatangan nabi Musa di kota tersebut adalah ketika waktu – waktu tidur siang atau malam hari.

حِينِ غَفْلَةٍ مِنْ أَهْلِها لأنهم لا يترقبونه في تلك الوقت قيل هو وقت القيلولة وقيل وقت العشا

“ketika penduduk lemah, karena saat itu para penduduk tidak mengawasi keberadaan Nabi Musa, ada yang mengatakan itu di waktu – waktu Qailulah (tidur siang), ada pula yang berpendapat pada waktu isya”

Tragedi pembunuhan

Pada saat kunjungannya itu, nabi Musa menyaksikan perkelahian antara 2 orang, yang satu dari Bani Israel, sedangkan yang satunya bangsa Qibty (Mesir). Dalam Tafsir Al-Bahr Al-Madid disebutkan bahwa dari pihak Bani Israel bernama Samiry, sedangkan dari Qibty adalah juru masak istana.

As-Syaukani dalam Fathul Qadir menafsirkan bahwa penyebab perkelahian tersebut adalah karena Orang Qibthy yang ternyata adalah juru masak istana tersebut memaksa orang Bani Israil tadi untuk mengangkut kayu bakar ke dapur kerajaan. Melihat hal itu, nabi Musa tentu tak mau diam. Beliau membela dan menolong orang Bani Israil. bukan karena ia masih sedarah, namun karena si Bani Israil ini sedang terdzalimi.

طلب أَنْ يَنْصُرَهُ وَيُعِينَهُ عَلَى خَصْمِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ فَأَغَاثَهُ لِأَنَّ نَصْرَ الْمَظْلُومِ وَاجِبٌ فِي جَمِيعِ الْمِلَلِ

“Nabi Musa berniat menolong dan membantu orang bani Israil tersebut untuk menghadapi musuhnya (orang Qibthy), maka beliau berusaha membebaskan si bani Israil, karena menolong orang yang teraniaya itu wajib dalam setiap agama”.

Nabi Musa berniat melindungi orang Bani Israil ini, dengan cara memukul si Koki Qibthy tersebut. Menurut As-Syaukani, Pukulan yang disebut “Al-Wakz” ini adalah pukulan yang dilakukan dengan keseluruhan telapak tangan, entah itu yang bagian luar maupun yang dalam. Kementerian Agama dalam Tafsir-nya menerjemahkannya dengan “meninju”.

Baca juga: Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam Al-Quran: Refleksi Kepatuhan Terhadap Guru

Entah seberapa kuat pukulan Nabi Musa, Si Qibthy  mati seketika. Tapi kematian si Qibthy ini di luar dugaan nabi Musa, karena beliau hanya berniat melindungi si Bani Israil.

لَمْ يَقْصِدْ مُوسَى قَتْلَ الْقِبْطِيِّ، وَإِنَّمَا قَصَدَ دَفْعَهُ، فَأَتَى ذَلِكَ عَلَى نَفْسِهِ

“Nabi Musa tak bermaksud  membuntuh si Qibthy, ia hanya berniat menahannya. Maka datanglah (ajal) padanya”

Ayat ini dilanjutkan dengan peringatan Allah terhadap nabi Musa akan perbuatannya yang dinilai seperti perbuatan setan. Padahal nabi Musa punya alibi yang kuat untuk dianggap tidak bersalah. Yang dibunuh adalah seorang Kafir, yang melakukan perbuatan dzalim pada seorang Muslim. Nabi Musa memohon ampun, kemudian melarikan diri ke arah Madyan. Sejak saat itu Nabi Musa secara resmi dijadikan buronan oleh Firaun. Mulailah takdir membawa nabi Musa pada perselisihan sengit dengan ayah angkatnya, antara tauhid dan kesyirikan.

Wallahu a’lam[]

Muhammad Bachrul Ulum
Muhammad Bachrul Ulum
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, peminat kajian linguistik Al-Quran
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...