BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Qasas ayat 7-9

Tafsir Surah Al-Qasas ayat 7-9

Tafsir Surah Al-Qasas ayat 7-9 mengisahkan tentang ibu Musa yang cemas akan kelahiran Musa, Allah pun menurunkan ilham kepadanya untuk melemparkan Musa kecil ke sungai Nil. Dalam Tafsir Surah Al-Qasas ayat 7-9 ini diceritakan lebih detai kisah Nabi Musa yang dihanyutkan ke sungai Nil hingga akhirnya diangkat menjadi anak oleh istri Fir’aun.

Selengkapnya Baca Tafsir Surah Al-Qasas ayat 7-9 di bawah ini…


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Qasas ayat 5-6


Ayat 7

Ayat ini menggambarkan situasi yang sangat mencemaskan ibu Musa yang akan melahirkan anaknya. Ia tahu bahwa anak itu akan direnggut dari pangkuannya dan akan dibunuh tanpa rasa iba dan belas kasihan. Walaupun kelahiran Musa dapat disembunyikan, tetapi lama-kelamaan pasti akan diketahui oleh mata-mata Firā€™aun yang banyak bertebaran di pelosok negeri, sehingga nasib bayinya akan sama dengan nasib bayi-bayi Bani Israil lainnya.

Setelah melahirkan Musa, ibunya selalu merasa gelisah dan khawatir memikirkan nasib anaknya yang telah dikandungnya dengan susah payah selama sembilan bulan yang menjadi tumpuan harapan setelah bayi itu besar. Oleh karena itu, ia selalu memohon kepada Allah agar anaknya diselamatkan dari bahaya maut yang selalu mengancamnya.

Dalam keadaan gelisah dan cemas itu, Allah mengilhamkan kepada ibu Musa bahwa dia tidak perlu khawatir dan cemas. Hendaklah dia tetap menyusui dan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Bila dia merasa takut karena ada tanda-tanda bahwa anaknya itu akan diketahui oleh Firā€™aun, maka hendaklah ia melemparkan anak itu ke sungai Nil. Ibu Musa diperintahkan Allah untuk tidak merasa ragu dan khawatir, karena Dia akan menjaga dan mengembalikan Musa ke pangkuannya. Kelak anak itu akan menjadi rasul Allah yang akan menyampaikan dakwah kepada Firā€™aun.

Baca Juga: Kisah Nabi Musa dan Doa-Doa yang Dipanjatkannya dalam Surat al-Qashash

Ayat 8

Pada ayat ini dijelaskan bagaimana ibu Musa melaksanakan ilham yang diterimanya karena ia yakin apa yang dijanjikan Allah kepadanya pasti terjadi. Setelah bayi Musa dibungkus badannya dan dimasukkan ke dalam peti, Musa dihanyutkan ke sungai Nil dan arus sungai membawanya ke arah istana Firā€™aun yang dibangun di tepi sungai itu.

Salah seorang keluarga Firā€™aun melihat peti itu terapung-apung dibawa arus sungai dan segera mengambil dan membawanya kepada istri Firā€™aun. Setelah dibuka, ia sangat terkejut ketika melihat bahwa isi peti itu adalah seorang bayi. Saat itu juga timbul kasih sayang istri Firā€™aun kepada bayi itu.

Dengan cepat dibawanya bayi itu kepada Firā€™aun. Tanpa ragu-ragu Firā€™aun memerintahkan supaya bayi itu dibunuh karena takut kalau ia keturunan Bani Israil. Akan tetapi, istri Firā€™aun membujuknya agar tidak membunuh bayi itu, dan mengangkatnya sebagai anak dengan harapan kelak anak itu akan berjasa kepada Firā€™aun dan kerajaannya. Akhirnya Firā€™aun mengizinkan anak itu diasuh dan dipelihara oleh istrinya, tanpa menyadari bahwa Allah menghendaki kejadian ini.

Allah menghendaki apabila anak itu dewasa nanti, ia akan menjadi musuh Firā€™aun yang paling besar dan akan menumbangkan kekuasaannya, bukan menjadi anak yang akan berjasa dan berbakti kepadanya. Demikianlah Allah menakdirkan keruntuhan kekuasaan Firā€™aun, sebagai balasan atas kesombongan, kezaliman, dan kekejamannya terhadap Bani Israil. Sesungguhnya Firā€™aun, Haman, dan tentaranya telah berbuat kesalahan besar dengan melakukan kekejaman itu. Sudah sewajarnya Allah menghancurkan kekuasaan Firā€™aun itu dengan perantaraan seorang keturunan Bani Israil yang dihinakannya.

Ayat 9

Pada ayat ini, Allah menjelaskan jawaban istri Firā€™aun untuk mempertahankan bayi itu agar tidak dibunuh, karena Firā€™aun khawatir kalau bayi itu anak seorang Bani Israil yang dikhawatirkan akan menghancurkan kekuasaannya. Istri Firā€™aun yang telah telanjur menyayangi anak itu karena tertarik melihat parasnya yang rupawan mengatakan, ā€œJanganlah engkau bunuh anak ini karena saya amat sayang dan tertarik kepadanya. Biarkanlah saya mengasuh dan mendidiknya.

Dia akan menjadi penghibur hatiku dan hatimu di kala susah. Siapa tahu di kemudian hari dia akan berjasa kepada kita. Atau alangkah baiknya kalau dia kita ambil menjadi anak angkat kita, karena sampai sekarang kita belum dikaruniai seorang anak pun.ā€ Karena kegigihan istri Firā€™aun dan alasan-alasan logis yang dikemukakannya, akhirnya Firā€™aun membiarkan anak itu hidup dan diasuh sendiri oleh istrinya.

Demikianlah takdir Allah. Dia telah menjadikan istri Firā€™aun menyayangi anak itu dan menjadikan hati Firā€™aun lunak karena rayuan istrinya sehingga anak itu tidak jadi dibunuh. Padahal, anak itulah kelak yang akan menentang Firā€™aun dan akan menjadi musuhnya yang utama tanpa dia sadari sedikit pun.

(Tafsir Kemenag)


Baca Selanjutnya: Tafsir Surah Al-Qasas ayat 10-12


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

larangan berlebihan dalam beragama

Hikmah Alquran pada Larangan Berlebihan dalam Beragama

0
Dalam Islam, terdapat ajaran yang melarang berlaku berlebihan dalam semua hal, termasuk dalam hal beragama. Larangan berlebihan dalamĀ  beragama pernah juga disampaikan oleh Rasulullah...