Tafsir Surah An-Nahl Ayat 97-100

tafsir surah an-nahl
tafsir surah an-nahl

Tafsir Surah An-Nahl Ayat 97-100 berbicara mengenai dua hal. Pertama mengenai jaminan Allah kepada orang-orang yang berbuat baik serta beramal saleh. Kedua berbicara mengenai adab ketika membaca al-Qur’an.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah An-Nahl Ayat 94-96


Ayat 97

Kemudian Allah swt dalam ayat ini berjanji bahwa Allah swt benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Qur’an dan sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.

Rasulullah bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ: قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَّافًا وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا اٰتَاهُ

(رواه أحمد)

Dari ‘Abdullِah bin Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan menerima dengan senang hati atas pemberian Allah. (Riwayat Ahmad)

Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan.

Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah, tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya.

Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah swt. Adapun di akhirat dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari Allah karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya serta iman yang bersih yang mengisi jiwanya.


Baca juga: Tafsir Surah Al-Isra Ayat 72: Balasan di Akhirat bagi Orang yang Buta Hatinya


Ayat 98

Kemudian dalam ayat ini Allah swt mengajarkan adab membaca Al-Qur’an agar dalam membaca dan memahaminya jauh dari gangguan setan. Al-Qur’an memberi petunjuk kepada manusia ke jalan kebahagiaan, dan menentukan mana amal perbuatan yang saleh yang berguna bagi kehidupan manusia dan mana pula perbuatan yang membawa ke jalan kesengsaraan.

Akan tetapi, petunjuk Al-Qur’an itu akan dapat dimengerti dan dipahami dengan benar, apabila akal pikiran si pembaca bersih dari godaan setan.

Firman Allah swt:

اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا اِذَا مَسَّهُمْ طٰۤىِٕفٌ مِّنَ الشَّيْطٰنِ تَذَكَّرُوْا فَاِذَا هُمْ مُّبْصِرُوْنَۚ

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya). (al-A’raf/7: 201)

Dan firman Allah:

اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّاۗ اِنَّمَا يَدْعُوْا حِزْبَهٗ لِيَكُوْنُوْا مِنْ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِۗ

Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (Fatir/35: 6)

Jika Rasulullah saja diperintahkan Allah untuk berlindung kepada-Nya ketika akan membaca Al-Qur’an, padahal sudah dinyatakan terpelihara, bagaimana halnya dengan manusia yang bukan rasul. Sungguh manusia itu lemah dan mudah terpengaruh oleh setan dalam memahami Al-Qur’an.

Membaca Al-Qur’an adalah usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah. Setan berusaha keras menjauhkan manusia dari petunjuk Allah dengan berbagai cara. Oleh karena itu, Allah memerintahkan untuk memohon pertolongan kepada-Nya dengan ucapan:

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.

Ayat 99-100

Dalam ayat ini, Allah swt menerangkan bahwa setan tidak punya pengaruh terhadap orang-orang yang beriman, orang-orang yang berserah diri kepada Allah swt, serta sabar dan tawakal menahan derita dalam perjuangan menegakkan agama.

Mereka mampu melawan godaan setan dan menolak untuk mengikuti langkah-langkahnya dan menjadi pengikutnya. Berkat cahaya iman dalam dada mereka, tipu daya setan itu dapat mereka ketahui dan atasi.

Setan itu hanya berpengaruh atas orang-orang yang sudah patuh ke dalam wilayah kekuasaannya, orang-orang yang memandang setan itu sebagai pemimpin lalu mencintainya dan mengikutinya serta mematuhi segala perintahnya. Karena tipu daya dan godaan setan itu, mereka akhirnya mempersekutukan Tuhan atau menyembah setan di samping menyembah Allah swt.


Baca setelahnya: Tafsir Surah An-Nahl Ayat 101-104


(Tafsir Kemenag)