Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 106-111 berbicara tentang peristiwa ‘kurban’ yang dialami Ibrahim adalah ujian dari Allah, sekaligus menandaskan bahwa siapapun bisa saja mengalami ujian dari-Nya. Maka, beruntuglah mereka yang berhasil melewati ujian itu dengan perasaan ikhlas, tulus, sabar, dan menerima ketentuan-ketentuan dari Allah Swt.
Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 106-111 juga berbicara tentang sosok Ibrahim yang sangat dimuliakan oleh semua agama samawi, bahkan kaum musyrik di Mekkah juga memuliakan Ibrahim, dan tidak sedikit dari mereka yang mengakui bahwa agama yang mereka anut berasal dari agama Ibrahim.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 100-105
Ayat 106-107
Pada ayat ini ditegaskan bahwa apa yang dialami Ibrahim dan puteranya itu merupakan batu ujian yang amat berat.
Memang hak Allah untuk menguji hamba yang dikehendaki-Nya dengan bentuk ujian yang dipilih-Nya berupa beban dan kewajiban yang berat.
Bila ujian itu telah ditetapkan, tidak seorang pun yang dapat menolak dan menghindarinya.
Di balik cobaan-cobaan yang berat itu, tentu terdapat hikmah dan rahasia yang tidak terjangkau oleh pikiran manusia.
Ismail yang semula dijadikan kurban untuk menguji ketaatan Ibrahim, diganti Allah dengan seekor domba besar yang putih bersih dan tidak ada cacatnya.
Peristiwa penyembelihan kambing oleh Nabi Ibrahim ini yang menjadi dasar ibadah kurban untuk mendekatkan diri kepada Allah, dilanjutkan oleh syariat Nabi Muhammad.
Ibadah kurban ini dilaksanakan pada hari raya haji/raya kurban atau pada hari-hari tasyriq, yakni tiga hari berturut-turut sesudah hari raya kurban, tanggal 11, 12, 13 Zulhijah.
Hewan kurban terdiri dari binatang-binatang ternak seperti unta, sapi, kerbau, dan kambing. Diisyaratkan binatang kurban itu tidak cacat badannya, tidak sakit, dan cukup umur.
Menyembelih binatang untuk kurban ini hukumnya sunnah muakkadah(sunah yang ditekankan).
Firman Allah:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). (al-Kautsar/108: 2).
Dengan disyariatkannya ibadah kurban dalam agama Islam, maka peristiwa Ibrahim menyembelih anaknya akan tetap dikenang selama-lamanya dan diikuti oleh umatnya. Ibadah kurban juga menyemarakkan agama Islam karena daging-daging kurban itu dibagi-bagikan kepada masyarakat terutama kepada fakir miskin.
Baca Juga: Kisah Rencana Penyembelihan Nabi Ismail dan Asal-Usul Ibadah Kurban
Ayat 108-111
Ayat-ayat ini menerangkan bahwa umat manusia dari berbagai agama (samawi) dan golongan mencintai Nabi Ibrahim sepanjang masa.
Penganut agama Yahudi, Nasrani, dan Islam menghormatinya dan memuji namanya, bahkan kaum musyrik Arab mengakui bahwa agama mereka juga mengikuti agama Islam (Ibrahim).
Demikianlah Allah memenuhi permohonan Nabi Ibrahim ketika berdoa:
وَاجْعَلْ لِّيْ لِسَانَ صِدْقٍ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۙ ٨٤ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ وَّرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيْمِ ۙ ٨٥
Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan. (asy-Syu’ara’/26: 84-85).
Kemudian Allah memberikan penghargaan kepada Ibrahim bahwa Dia memberikan salam sejahtera kepadanya. Salam sejahtera untuk Ibrahim ini terus hidup di tengah-tengah umat manusia bahkan juga di kalangan malaikat.
Dengan demikian, ada tiga pahala yang telah dianugerahkan Allah kepadanya, yaitu seekor kambing besar yang didatangkan kepadanya sebagai ganti dari anaknya, pengabadian yang memberi keharuman namanya sepanjang masa, dan ucapan salam sejahtera dari Tuhan dan manusia.
Begitulah Allah memberikan ganjaran kepada hamba-hamba-Nya yang berbuat kebaikan. Semua ganjaran itu sebagai imbalan ketaatannya melaksanakan perintah Allah.
Ibrahim mencapai prestasi yang tinggi itu karena dorongan iman yang kuat dan keikhlasan ibadahnya kepada Allah sehingga dia termasuk hamba-hamba-Nya yang beriman.
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya : Tafsir Surah As-Shaffat 112