Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 128-129 berbicara mengenai terguran Nabu Hud kepada kaum ‘Ad dalam membuat bangunan yang megah-megah. Mereka ingin hidup abadi, padahal hanya Allah SWT yang Maha Kekal.
Baca sebelumnya: Tafsir Surah Al-Furqan Ayat 125-127
Ayat 128
Hud mempertanyakan kebiasaan kaumnya mendirikan bangunan di puncak-puncak bukit atau di tiap jalan semata-mata untuk memperlihatkan kehebatan, kemegahan, dan kekayaan. Kenapa mereka tidak membangunnya berdasarkan kemanfaatan dan tujuan positif lainnya.
Kaum ‘Ad memang telah memiliki peradaban yang tinggi menurut ukuran zamannya. Mereka telah sanggup mendirikan negara yang kuat, daerah-daerah dan kota-kota yang teratur, beserta bangunan-bangunannya yang megah. Pembangunan itu bukanlah untuk tujuan yang baik, tetapi semata-mata untuk memperlihatkan kekayaan mereka.
Belum ada ahli sejarah yang dapat memastikan masa kejayaan kerajaan kaum ‘Ad itu. Ada yang memperkirakan kerajaan kaum ‘Ad semasa dengan kerajaan Babilonia, yaitu kira-kira 2000 tahun sebelum Masehi. Akan tetapi, hal ini tidak sesuai dengan kenyataan karena Nabi Hud diutus kepada kaum ‘Ad sebelum Nabi Ibrahim diutus ke Babilonia, yaitu pada zaman Nebukadnezar.
Baca juga: Tafsir Surah Hud Ayat 27: Konflik Sosial di Balik Pendustaan Dakwah Nabi Nuh
Ayat 129
Ayat ini menerangkan peringatan Hud kepada kaumnya yang membangun istana dan benteng-benteng yang kukuh dengan maksud ingin hidup abadi di dunia, padahal sesungguhnya hanya Allah Yang Mahakuasa.
Sejarah membuktikan bahwa ‘Ad telah mampu membangun perusahaan-perusahaan, menggali logam dalam bumi, dan membuat kanal-kanal untuk irigasi yang teratur. Dengan adanya irigasi yang teratur itu, bumi mereka menjadi subur sehingga kemakmuran mereka semakin meningkat.
Mereka mendirikan kota Iram dengan tiang yang tinggi dan megah sebagai ibu kota kerajaan mereka. Pendirinya bernama Syaddad bin ‘Ad, salah seorang raja mereka. Di sekeliling kota ini, mereka dirikan benteng-benteng yang kuat untuk mempertahankannya dari serangan musuh.
Kemakmuran dan kekuatan yang mereka miliki itu membuat mereka menjadi sombong dan takabur. Mereka mengira bahwa keadaan mereka yang demikian itu akan kekal selama-lamanya. Mereka membangkang kepada Allah dengan menyembah berhala dan berbuat semena-mena. Allah berfirman:
;فَاَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوْا فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوْا مَنْ اَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً ۗ اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّ اللّٰهَ الَّذِيْ خَلَقَهُمْ هُوَ اَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً ۗ وَكَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يَجْحَدُوْنَ
Maka adapun kaum ‘Ad, mereka menyombongkan diri di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran dan mereka berkata, “Siapakah yang lebih hebat kekuatannya dari kami?” Tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan mereka. Dia lebih hebat kekuatan-Nya dari mereka? Dan mereka telah mengingkari tanda-tanda (kebesaran) Kami. (Fussilat/41: 15).
Baca setelahnya: Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 130-138
(Tafsir Kemenag)