Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 214-215 berbicara mengenai proses dakwah Nabi Muhammad SAW. Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar mendakwahkan risalahnya kepada kerabatnya terlebih dahulu.
Baca sebelumnya: Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 208-213
Ayat 214
Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar menyampaikan agama kepada para kerabatnya, dan menyampaikan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang yang mengingkari dan menyekutukan-Nya.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, dan perawi lainnya dari Abµ Hurairah bahwa ia berkata, “Tatkala ayat ini turun, Rasulullah lalu memanggil orang-orang Quraisy untuk berkumpul di Bukit Safa.
Di antara mereka ada yang datang sendiri, dan ada yang mengirimkan wakilnya. Setelah berkumpul, lalu Rasulullah berkhutbah, Wahai kaum Quraisy, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Sesungguhnya aku tidak mempunyai kesanggupan memberi mudarat dan tidak pula memberi manfaat kepadamu.
Wahai sekalian Bani Ka’ab bin Lu’ai, selamatkanlah dirimu dari api neraka, maka sesungguhnya aku tidak mempunyai kesanggupan memberi mudarat dan tidak pula memberi manfaat kepadamu.
Hai Bani Qusai, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Sesungguhnya aku tidak mempunyai kesanggupan memberi mudarat dan tidak pula memberi manfaat kepadamu. Hai Bani Abdul Manaf, selamatkanlah dirimu dari api neraka.
Sesungguhnya aku tidak mempunyai kesanggupan untuk memberi mudarat dan tidak pula memberi manfaat kepadamu, ketahuilah aku hanya dapat menghubungi karibku di dunia ini saja.”
Ayat ini diturunkan pada awal kedatangan Islam, ketika Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwahnya. Beliau mula-mula diperintahkan Allah agar menyeru keluarganya yang terdekat. Setelah itu secara berangsur-angsur menyeru masyarakat sekitarnya, dan akhirnya kepada seluruh manusia.
Baca juga: Pentingnya Mengetahui Ilmu Asbab an-Nuzul dalam Memahami Al-Quran
Ayat 215
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar berlaku ramah dan rendah hati kepada orang-orang yang baru saja beriman dan menerima seruannya, jangan sekali-kali berlaku sombong, agar hati mereka tertarik, rasa kasih sayang sesama mukmin terjalin, dan mereka juga mencintainya.
Dengan demikian, dakwah hendaknya selalu dilakukan dengan rendah hati dan etika yang baik. Allah berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (Ali ‘Imran/3: 159)
Baca setelahnya: Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 216-220
(Tafsir Kemenag)