BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Asy-Syura Ayat 47-48

Tafsir Surah Asy-Syura Ayat 47-48

Tafsir Surah Asy-Syura Ayat 47-48 berbicara mengenai dua hal. Pertama mengenai perintah untuk taat kepada utusan Allah SWT. Kedua mengenai cemasan atas orang-orang yang tidak mengikuti perintahnya.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Asy-Syura Ayat 45-46


Ayat 47

Allah menerangkan bahwa Dia telah memerintahkan agar manusia patuh dan taat serta menerima seruan Rasul-Nya, agama Allah yang disampaikan sebelum datang hari dimana tidak seorang pun dapat menahan, menolak dan menghalangi kedatangannya yaitu hari Kiamat.

Pada hari itu mereka tidak mempunyai suatu tempat pun untuk berlindung yang akan menyelamatkan mereka dari kesusahan, dan mereka itu tidak dapat mengingkari kejahatan-kejahatan yang telah diperbuatnya di dunia, karena semuanya itu sudah tertera dengan jelas di dalam buku catatan amalan masing-masing dan lidah serta anggota tubuh mereka pun menjadi saksi.

Bagaimana pun juga mereka tidak akan dapat melarikan diri dan menghindar dari kedahsyatan hari itu. Dalam hubungan ini Allah berfirman:

يَقُوْلُ الْاِنْسَانُ يَوْمَىِٕذٍ اَيْنَ الْمَفَرُّۚ  ١٠  كَلَّا لَا وَزَرَۗ  ١١  اِلٰى رَبِّكَ يَوْمَىِٕذِ ِۨالْمُسْتَقَرُّۗ  ١٢

Pada hari itu manusia berkata, “Ke mana tempat lari?” Tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu tempat kembali pada hari itu. (al-Qiyamah/75: 10-12)


Baca juga: Tiga Kondisi Kaget Manusia pada Hari Kiamat


Ayat 48

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa apabila Nabi Muhammad saw telah menunaikan tugas menyampaikan risalah menyeru orang-orang musyrik kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus, tetapi mereka itu tidak menyambut baik dan tidak mau menerimanya bahkan mereka itu tetap menolak dan berpaling dari kebenaran, maka hendaklah Rasul membiarkan sikap mereka tanpa perlu gusar dan cemas.

Hal ini dikarenakan Rasul tidak diberi tugas mengawasi dan meneliti amal perbuatan orang-orang musyrik itu, tetapi dia hanya diberi tugas menyampaikan apa yang diturunkan dan diperintahkan Allah kepadanya. Apabila Nabi Muhammad saw telah melaksanakan kewajibannya, maka beliau sudah dianggap menunaikan misinya, sebagaimana firman Allah:

فَاِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلٰغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ   ٤٠

Maka sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, dan Kamilah yang memperhitungkan (amal mereka). (ar-Ra’d/13: 40);Dan firman-Nya:

فَذَكِّرْۗ اِنَّمَآ اَنْتَ مُذَكِّرٌۙ  ٢١  لَّسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍۙ  ٢٢

Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka, (al-Gasyiyah/88: 21-22);Dan firman-Nya pula:

۞ لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰىهُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ

Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. (al-Baqarah/2: 272)

Selanjutnya Allah menerangkan tabiat dan watak manusia, yaitu apabila diberi kekayaan, dikaruniai kesenangan hidup, kesejahteraan jasmani, perasaan aman sentosa, mereka senang dan gembira atas karunia tersebut, bahkan sering menimbulkan perasaan angkuh dan takabur.

Tetapi sebaliknya, apabila mereka ditimpa kemiskinan, penyakit, musibah yang bermacam-macam berupa banjir dan kebakaran sebagai akibat dosa dan maksiat yang dikerjakannya, mereka mengingkari semua karunia yang telah diberikan Allah kepadanya.

Mereka lupa akan karunia itu, bahkan mereka juga lupa mengerjakan kebaikan. Demikianlah sifat orang kafir dan tidak beriman kepada Allah. Berbeda dengan orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah, mereka bersyukur, beriman dan beribadah semakin mantap.

Apabila mereka tidak atau belum memperoleh karunia, mereka bersabar karena mereka percaya kepada ketentuan Allah; segala sesuatu dikembalikan kepada Allah, mereka menyesuaikan diri dengan firman Allah:

وَاِلَى اللّٰهِ تُرْجَعُ الْاُمُوْرُ ࣖ  ٢١٠

Dan kepada Allah-lah segala perkara dikembalikan. (al-Baqarah/2: 210)


Baca setelahnya: Tafsir Surah Asy-Syura Ayat 49-51


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...