BerandaTafsir TahliliTafsir Surah At-Taubah Ayat 87-90

Tafsir Surah At-Taubah Ayat 87-90

Tafsir Surah At Taubah Ayat 87-90 membicarakan dua model sikap yang berbeda dari orang munafik dan orang mukmin. Orang munafik jika diajak kepada kebaikan (jihad) mereka akan lebih senang untuk tidak ikut dan tidak merasa malu sama sekali. Itulah pertanda Iman mereka yang lemah, dan sebab itu pula Allah mematikan hati mereka.


Baca Sebelumnya : Tafsir Surah At Taubah Ayat 83-86


Hal kedua yang diulas Tafsir Surah At Taubah Ayat 87-90 adalah perihal orang Mukmin, dimana Allah memuji keimanan dan ketaatan mereka, sehingga balasannya adalah syurga yang keindahan dan kenikmatannya sudah disiapkan oleh Allah Swt untuk orang-orang beriman.

Ayat 87

Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang munafik itu merasa senang tidak ikut berjihad fisabilillah. Mereka lebih senang tinggal bersama orang-orang lemah yang tidak kuat ikut berperang, yaitu perempuan-perempuan yang menjaga rumah tangga.

Mereka tidak sedikit pun merasa malu tinggal bersama orang-orang perempuan yang tidak ikut berperang itu. Padahal mereka adalah orang-orang yang kuat, sehat, dan mampu untuk turut berperang. Walaupun banyak yang mengejek dan mentertawakan, namun ejekan itu bagi mereka tidak ada artinya, karena perasaan malu bagi mereka tidak ada lagi.

Yang demikian itu adalah pertanda bahwa iman mereka sangat lemah dan hati mereka sudah dipengaruhi kebendaan. Oleh karena itu Allah menutup mati hati mereka, mereka tidak mau menerima kebenaran, pelajaran dan nasihat dari siapapun juga.

Penyakit kemunafikan itu telah membalut seluruh hati mereka, sehingga mereka tidak dapat mempergunakan pikiran yang sehat untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan, bahwa ikut berjihad dan berperang itu adalah suatu keuntungan dan tinggal di rumah adalah merugikan dan memalukan.

Ayat 88-89

Dalam ayat ini Allah menerangkan perbedaan yang sangat jauh antara sifat-sifat Rasul dan orang-orang yang beriman di satu pihak dengan sifat dan tingkah laku orang-orang munafik di pihak lain.

Rasul dan orang-orang mukmin, senang dan gembira berjihad dan berperang dengan harta dan dirinya untuk membela dan meninggikan kalimah Allah untuk menyiarkan agama-Nya di permukaan bumi ini.

Mereka lebih mencintai Allah daripada mencintai harta kekayaan dan diri mereka. Keyakinan mereka kalau hidup hendaknya hidup mulia dan terhormat dan kalau mati, hendaknya mati syahid di medan perang.

Di dalam hati orang-orang mukmin tidak akan ditemui sifat malas, enggan berperang dan bakhil memberikan harta kekayaan dalam berjihad fisabilillah.

Mereka percaya bahwa berjihad fisabilillah itu akan mendatangkan kebaikan yang banyak kepada mereka dan umat Islam.

Kebaikan-kebaikan yang banyak itu adalah berupa kemenangan, tingginya kalimah Allah, tegaknya keadilan dan kebenaran, di samping mendapatkan harta rampasan, dan luasnya kekuasaan Islam di permukaan bumi. Juga mereka percaya, bahwa mereka akan mendapat kabahagiaan di dunia dan di akhirat.

Di dunia menjadi orang yang mulia dan terhormat, sedang di akhirat mendapat balasan surga Jannatunna’im, yang penuh dengan kesenangan dan kenikmatan yang abadi. Di dalamnya mengalir sungai-sungai yang menyejukkan. Kesenangan dan kebahagiaan yang berlimpah-limpah itu diberikan Allah kepada orang-orang mukmin.


Baca Juga : Surah Al-Anam Ayat 153, Menyusuri Jalan Menuju Kebahagiaan


Ayat 90

Ayat-ayat ini menerangkan bagaimana pula keadaan orang-orang munafik yang tinggal di luar kota Medinah yang tinggal di kampung-kampung penduduk padang pasir yang biasa dipanggil orang dengan Arab Badui.

Mereka sengaja datang menghadap Rasulullah untuk mengemukakan alasan agar Rasulullah berkenan memberi izin untuk tidak ikut berperang.

Kejadian ini diterangkan dalam suatu riwayat yang diceritakan oleh seseorang yang bernama ad-Dhahhak, yaitu: “Ada suatu kelompok Badui dari golongan Amir bin Thufail datang menghadap Rasulullah seraya berkata, “Ya Nabi Allah, kami tidak turut berperang bersama engkau, kami merasa khawatir, kalau-kalau perempuan kami, anak-anak kami, dan binatang-binatang ternak kami habis dirusak dan dirampok oleh penjahat-penjahat.

Maka Rasulullah menjawab, “Allah sudah memberitahukan kepadaku tentang keadaanmu; semoga Allah akan memaafkan dan menyelamatkanmu.  Bermacam-macam alasan yang mereka kemukakan kepada Rasulullah, ada alasan yang dibuat-buat dan ada alasan yang sebenarnya agar mereka diberi izin untuk tidak turut berperang.

Mereka yang datang menghadap Rasulullah dengan mengemukakan alasan yang sebenarnya itu adalah kalangan orang-orang mukmin, dan mereka yang datang dengan alasan yang dibuat-buat adalah dari golongan orang-orang munafik.

Ada segolongan lagi, yaitu orang-orang yang tidak datang menghadap Rasulullah untuk minta izin. Mereka itu sengaja duduk dan tinggal di rumahnya, tidak mau turut berjihad dan berperang. Mereka ini jelas termasuk orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya.

Merekalah orang-orang munafik yang sudah parah dan sangat berbahaya. Menurut pendapat Umar bin Ala’, baik mereka yang minta izin dengan mengemukakan alasan yang dibuat-buat, maupun yang duduk tinggal di rumah, tidak mau ikut berjihad dan berperang, kedua golongan itu sama-sama jeleknya dan sama-sama berbahaya.

Kedua golongan itu sudah termasuk golongan orang kafir yang akan mendapat siksa yang pedih dari Allah, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah At Taubah 91- 94


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian I)

0
Diksi warna pada frasa tinta warna tidak dimaksudkan untuk mencakup warna hitam. Hal tersebut karena kelaziman dari tinta yang digunakan untuk menulis-bahkan tidak hanya...