Adapun Tafsir Surah At Taubah Ayat 99-100 menjelaskan tentang orang Arab Badui bahwa di antara orang-orang Arab Badui itu ada yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dengan selalu berusaha memelihara keimananan itu, merek berinfak sebagai sarana untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah. Merekalah orang-orang yang bertaubat dan Allah Maha Rahmat lagi Pengampun bagi hambanya yang demikian.
Baca Sebelumnya : Tafsir Surah At Taubah Ayat 96-98
Tafsir Surah At Taubah Ayat 99-100 mengaktegorikan orang Arab Badui sebagai sekelompok hamba yang imannya lemah, sedangkan kelompok lain yang lebih kuat imannya dikenal dengan sebutan Assabiqunal Awwalun, mereka adalah yang terdahulu beriman kepada nabi, dan lebih dulu juga dalam melaksanakan amal-amal kebajikan. Dan Allah telah menyiapkan balasan yang lebih besar kepada mereka, berupa syurga dengan pelayanan yang istimewa.
Ayat 99
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa tidak semua orang Arab Badui mempunyai sifat-sifat kekufuran dan kemunafikan seperti tersebut di atas. Bahkan sebagian dari mereka itu orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dengan keimanan yang teguh.
Mereka yakin tentang kemahakuasaan Allah atas semua makhluk-Nya, dan yakin pula tentang adanya hari akhir, di mana setiap orang akan menerima balasan atas semua perbuatan yang telah dilakukannya selama hidup di dunia.
Di samping keimanan kepada Allah dan hari akhir, mereka juga menginfakkan harta mereka di jalan Allah.
Apa yang mereka infakkan itu mereka pandang sebagai suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk mendapatkan doa Rasulullah saw, karena Rasulullah senantiasa mendoakan kebaikan untuk orang-orang yang suka bersedekah dan menginfakkan harta bendanya di jalan Allah. Rasulullah saw juga selalu memohonkan ampun kepada Allah untuk mereka.
Doa kepada Allah adalah suatu perbuatan baik yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk memintakan manfaat kepada Allah bagi orang lain. Misalnya doa dari anak yang saleh untuk ibu bapaknya. Menurut keterangan Mujahid, orang-orang yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah Bani Muqrin dari kabilah Muzayyanah.
Selanjutnya ayat ini menjelaskan bahwa keimanan dan keikhlasan mereka serta infak yang mereka berikan dengan niat yang suci diterima Allah sebagai amal saleh yang bisa mendekatkan diri mereka kepada-Nya.
Allah akan memberikan pahala kepada mereka, yaitu dengan mengaruniakan kepada mereka rahmat yang khusus diberikannya kepada orang-orang yang diridai-Nya, berupa petunjuk ke jalan yang lurus yang harus mereka tempuh agar mereka bisa masuk surga Jannatun-na’im. Di sini mereka akan hidup bahagia dalam naungan rahmat dan kasih sayang-Nya.
Adanya orang-orang Arab Badui yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya karena menggunakan pikiran dan hati nurani, menunjukkan betapa rendahnya kedudukan orang-orang kafir dan orang-orang munafik yang berdiam di kota-kota yang selalu hidup bergaul dengan orang-orang pandai dan mendengar pelajaran-pelajaran yang baik, namun hati mereka tetap tertutup tidak mau beriman.
Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa rahmat Allah dan ampunan-Nya amat luas untuk orang-orang yang ikhlas dalam beramal. Allah akan mengampuni mereka dari dosa-dosa dan kelalaian yang telah mereka perbuat. Allah akan menunjukkan mereka kepada perbuatan yang baik dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Baca Juga : Tips Agar Ikhlas dalam Berbuat Baik: Tafsir Surah Al-Qasas Ayat 77
Ayat 100
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang yang pertama-tama masuk Islam, baik dari kalangan Muhajirun yang berhijrah dari Mekah ke Medinah, maupun dari kalangan Anshar, yaitu penduduk kota Medinah yang menyambut dengan baik kedatangan Rasulullah dan Muhajirun, dan begitu pula para sahabat yang lain yang mengikuti perintah Rasulullah dengan sebaik-baiknya.
Ketiga golongan ini merupakan orang-orang mukmin yang paling tinggi martabatnya di sisi Allah, disebabkan keimanan mereka yang teguh, serta amal perbuatan mereka yang baik dan ikhlas, sesuai dengan tuntutan Rasulullah saw.
Allah senang dan rida kepada mereka, sebaliknya mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan pahala yang amat mulia bagi mereka, yaitu surga Jannatun-na’im yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, di sana mereka akan memperoleh kenikmatan yang tidak terhingga. Mereka akan kekal di sana selama-lamanya. Itulah kemenangan terbesar yang akan mereka peroleh.
Yang dimaksud dengan as-Sabiqunal Awwalun dari kalangan Muhajirin ialah mereka yang telah berhijrah dari Mekah ke Medinah sebelum terjadinya “Perjanjian Hudaibiyah, karena sebelum perjanjian tersebut, kaum musyrikin senantiasa mengusir kaum Muslimin dari kampung halaman mereka, dan membunuh sebagian dari mereka, serta menghalang-halangi siapa saja yang ingin berhijrah.
Tidak ada cara lain bagi seorang mukmin untuk menyelamatkan diri dari kejahatan kaum musyrikin, kecuali menjauhkan diri dari mereka, atau menyerah kepada kehendak dan kemauan mereka.
Orang-orang yang memilih cara yang pertama, yaitu meninggalkan kota Mekah dan hijrah ke Medinah adalah orang-orang yang benar-benar beriman, tidak ada seorang munafikpun di antara mereka. Mereka meninggalkan kampung halaman karena keimanan yang murni, keikhlasan, dan perjuangan untuk menegakkan agama Islam.
Dikenal juga sebagai as-Sabiqµnal Awwalµn yaitu orang-orang yang pertama masuk Islam dan menyatakan imannya kepada Nabi Muhammad saw, dari kalangan keluarga adalah Siti Khadijah, ‘Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah. Sedang dari kalangan luar ialah Abu Bakar Ash- Shiddiq, orang yang menemani Rasulullah saw waktu hijrah ke Medinah.
Di samping itu, terdapat pula para sahabat yang dikelompokkan dalam as-S±biqµnal Awwalµn yang oleh Rasulullah saw telah dinyatakan sebagai orang-orang yang pasti masuk surga. Di antara mereka adalah Utsman bin Affan, Hamzah, dan lainnya.
Yang dimaksud dengan golongan pertama, as-Sabiqµnal Awwalun dari kalangan An¡ar ialah penduduk kota Medinah yang telah menyatakan ikrar kesetiaan mereka kepada kerasulan Muhammad saw di Aqabah, suatu tempat di Mina, pada tahun ke-11 dari kerasulan Muhammad saw.
Ketika itu mereka berjumlah tujuh orang. Kemudian pada periode berikutnya, yaitu pada tahun ke-12, terjadi pula ikrar kesetiaan di tempat yang sama, yaitu Aqabah, kali ini diikuti tujuh puluh orang lelaki dan dua orang perempuan.
Jejak mereka diikuti oleh yang lainnya setelah mereka didatangi oleh utusan Rasulullah yang bernama Abu Zurarah Mush’ab bin ‘Umar bin Hasyim yang membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan mengajarkan pengetahuan agama kepada mereka.
Demikian pula, termasuk kelompok as-Sabiqµnal Awwalun ialah mereka yang telah beriman pada saat tibanya Rasulullah di Medinah.
Kekuatan dan persatuan Islam tumbuh dan berkembang sesudah Rasulullah hijrah ke Medinah. Pada saat itulah muncul kaum munafik yang berpura-pura menyokong agama Islam. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah yang turun mengenai hal ikhwal Perang Badar yang terjadi pada tahun kedua Hijri. Firman Allah:
اِذْ يَقُوْلُ الْمُنٰفِقُوْنَ وَالَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ غَرَّ هٰٓؤُلَاۤءِ دِيْنُهُمْۗ
(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata, “Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu agamanya. (al-Anfal/8: 49)
Dalam kelompok orang-orang munafik yang disebutkan dalam ayat ini, tidak terdapat seorangpun dari kalangan kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang mendapat gelar as-Sabiqun al-Awwalun seperti yang tersebut di atas, walaupun kaum An¡ar itu semuanya berasal dari Bani ‘Aus dan Khazraj.
Yang dimaksud dengan golongan kedua, الذين اتبعوهم باحسان “allazinat tabu’uhum bi ihsan” (orang-orang yang telah mengikuti kaum as-Sabiqµnal Awwalun dari kalangan Muhajirin dan Anshar dengan baik) ialah mereka yang ikut berhijrah ke Medinah dan berjuang menegakkan agama Islam.
Atau mereka yang membuktikan satunya perbuatan dan perkataan setelah mendapatkan bimbingan dan pelajaran dari kaum as-Sabiqunal Awwalµn dari kalangan Muhajirun dan Anshar, yang merupakan pemimpin-pemimpin yang layak diikuti, dan dijadikan suri teladan dalam tingkah laku, perbuatan, ucapan, dan perjuangan menegakkan agama Allah.
Singkatnya mereka adalah orang-orang yang mengikuti as-Sabiqunal Awwalun dalam ketaatan dan ketakwaan sampai Hari Kiamat.
Adapun golongan ketiga, yaitu orang-orang yang munafik hanya mengikuti jejak as-sabiqunal Awwalun secara lahiriyah semata, tidak dengan niat yang tulus atau hanya mengikutinya dalam beberapa hal saja, sedang dalam hal-hal lainnya mereka mengingkarinya.
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya : Tafsir Surah At Taubah 101-102