Tafsir Surah Az-Zumar Ayat 3-4 berbicara tentang keesaan Allah Swt., bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan dirinya. Maka, sangat keliru perbuatan orang musyrik yang menyembah berhala dengan dalih sebagai perantara ibadah kepada Allah.
Kesesatan lainnya adalah anggapan mereka yang menilai bahwa malaikat merupakan anak Allah. Maka, ditegaskanlah dalam Tafsir Surah Az-Zumar Ayat 3-4 bahwa Allah adalah Tuhan Yang Esa, tidak memiliki anak dan tidak memiliki orang tua.
Sebab itulah Nabi Muhammad diutus sebagai pembawa risalah ilahi untuk menyampaikan agama tauhid, yakni hanya menjadikan Allah sebagai Tuhan, dan tidak menerima ada tuhan yang lain, sebagaimana penjelasan dalam Tafsir Surah Az-Zumar Ayat 3-4 berikut.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Az- Zumar Ayat 1-2
Ayat 3
Allah lalu memerintahkan kepada rasul-Nya agar mengingatkan kaumnya bahwa agama yang suci adalah agama Allah. Maksud agama dalam ayat ini ialah ibadah dan taat.
Oleh sebab itu, ibadah dan taat itu hendaknya ditujukan kepada Allah semata, bersih dari syirik dan ria.
Penyembah berhala berpendapat bahwa Allah adalah Zat yang berada di luar jangkauan indera manusia. Oleh sebab itu, tidak mungkin manusia dapat langsung beribadah kepada-Nya.
Apabila manusia ingin beribadah kepada-Nya, menurut mereka, hendaknya memakai perantara yang diserahi tugas untuk menyampaikan ibadah mereka itu kepada Allah.
Perantara-perantara itu ialah malaikat dan jin, yang kadang-kadang menyerupai bentuk manusia. Mereka ini dianggap Tuhan. Adapun patung-patung yang dipahat yang diletakkan di rumah-rumah ibadah adalah patung yang menggambarkan tuhan, tetapi bukanlah Tuhan yang sebenarnya.
Hanya saja pada umumnya kebodohan menyebabkan mereka tidak lagi membedakan antara patung dan Tuhan sehingga mereka menyembah patung itu sebagaimana menyembah Allah, seperti keadaan orang-orang yang menyembah binatang.
Mereka itu tidak lagi membedakan antara menyembah binatang dan menyembah Pencipta binatang.
Orang-orang Arab Jahiliah melukiskan patung-patung dengan bermacam-macam bentuk, ada patung yang menggambarkan bintang-bintang, malaikat-malaikat, nabi-nabi, dan orang-orang saleh yang telah berlalu. Mereka menyembah patung-patung itu sebagai simbol bagi masing-masing sembahan itu.
Demikianlah anggapan kaum musyrikin di masa lalu dan menjelang diutusnya Muhammad saw sebagai rasul. Kemudian datanglah Rasulullah dengan mengemban perintah untuk membinasakan sembahan-sembahan mereka itu dan mengikis habis anggapan yang salah dari pikiran mereka, serta menggantinya dengan ajaran yang menuntun pikiran agar beragama tauhid.
Allah berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ
Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah Thagut.” (an-Nahl/16: 36)
Dan firman-Nya:
وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْٓ اِلَيْهِ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدُوْنِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku. (al-Anbiya’/21: 25).
Baca Juga : Peran Bahasa Arab dan Cabang Keilmuannya dalam Penafsiran Al-Qur’an
Sebagai penjelasan lebih luas tentang pengakuan orang-orang Quraisy terhadap adanya Allah, dituturkan oleh Qatadah bahwa apabila orang-orang musyrik Mekah itu ditanya siapa Tuhan mereka, siapa yang menciptakan mereka, dan siapa yang menciptakan langit dan bumi serta menurunkan hujan dari langit, mereka menjawab, “Allah.”
Kemudian apabila ditanyakan kepada mereka, mengapa mereka menyembah berhala-berhala, mereka pun menjawab, “Supaya berhala-berhala itu mendekatkan mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya dan berhala-berhala itu memberi syafaat pada saat mereka memerlukan pertolongan dari sisi Allah.”
Kemudian mengenai sikap kaum musyrikin yang serupa itu Allah berfirman:
فَلَوْلَا نَصَرَهُمُ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ قُرْبَانًا اٰلِهَةً ۗبَلْ ضَلُّوْا عَنْهُمْۚوَذٰلِكَ اِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ
Maka mengapa (berhala-berhala dan tuhan-tuhan) yang mereka sembah selain Allah untuk mendekatkan diri (kepada-Nya) tidak dapat menolong mereka? Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka? (al-Ahqaf/46: 28).
Allah mengancam sikap dan perbuatan mereka serta menampakkan kepada mereka akibat yang akan mereka rasakan. Allah akan memutuskan apa yang mereka perselisihkan itu pada hari perhitungan. Pada hari itu, kebenaran agama tauhid tidak akan dapat ditutup-tutupi lagi dan kebatilan penyembahan berhala akan tampak dengan jelas.
Masing-masing pemeluknya akan mendapat imbalan yang setimpal. Orang-orang yang tetap berpegang kepada agama tauhid akan mendapat tempat kembali yang penuh kenikmatan. Sedang orang-orang yang selalu bergelimang dalam lembah kemusyrikan akan mendapat tempat kembali yang penuh dengan penderitaan.
Pada bagian akhir ayat ini, Allah menandaskan bahwa Dia tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang mendustakan kebenaran dan mengingkari agama tauhid karena kesesatan mereka yang tak dapat dibetulkan lagi.
Macam-macam cara yang mereka tempuh untuk menyekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain, seperti menyembah berhala, atau beranggapan bahwa Allah mempunyai anak dan sebagainya. Semua itu tiada lain hanyalah anggapan mereka yang jauh dari kebenaran dan menyeret mereka ke lembah kesesatan.
Ayat 4
Allah menjelaskan dengan lebih rinci perbuatan yang menyebab-kan mereka terjerumus ke dalam kesesatan. Allah mengemukakan bahwa sekiranya Dia berkeinginan untuk mengambil anak, tentulah Dia tidak akan mengambil anak seperti yang mereka katakan. Sudah tentu Allah berkuasa memilih anak menurut kehendak-Nya, dan yang dipilih itu tentunya anak lelaki.
Akan tetapi, mengapa orang-orang kafir Mekah itu mengatakan bahwa Allah mempunyai anak perempuan, padahal mereka sendiri enggan mempunyai anak perempuan?
Allah berfirman:
اَمْ لَهُ الْبَنٰتُ وَلَكُمُ الْبَنُوْنَ
Ataukah (pantas) untuk Dia anak-anak perempuan sedangkan untuk kamu anak-anak laki-laki? (at-Thur/52: 39)
Dan firman-Nya:
اَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْاُنْثٰى ٢١ تِلْكَ اِذًا قِسْمَةٌ ضِيْزٰى ٢٢
Apakah (pantas) untuk kamu yang laki-laki dan untuk-Nya yang perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. (an-Najm/53: 21-22).
Anggapan bahwa Allah mempunyai anak bagaimana pun juga bentuknya, adalah termasuk mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain. Hal ini berarti memecah-belah kekuasaan Tuhan.
Bagaimana pun juga anak itu tentunya mewarisi kekuasaan dari ayah, dan apabila kekuasaan itu terbagi, maka hilanglah kemahakuasaan Allah. Hal ini tidak bisa terjadi karena Allah yang menciptakan langit dan bumi serta isinya, tentu mempunyai kekuasaan tidak terbatas, sehingga kekuasaan-Nya pun tidak mungkin terbagi-bagi.
Itulah sebabnya maka Allah menandaskan bahwa Mahasuci Dia dari sifat-sifat yang dikemukakan oleh orang-orang musyrik itu. Sebaliknya Allah menandaskan bahwa Dia Maha Esa, tidak beranak dan tidak berbapak. Dia tidak memerlukan sesuatu apa pun, bahkan Dia Maha Mengalahkan.
Dia berkuasa menundukkan apa saja yang ada di langit dan di bumi serta seluruh isinya, dan memaksanya tunduk takluk di bawah kekuasaan-Nya dan patuh menurut kehendak-Nya.
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya : Tafsir Surah Az- Zumar Ayat 5