BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Ghafir Ayat 4-5

Tafsir Surah Ghafir Ayat 4-5

Tafsir Surah Ghafir Ayat 4-5 secara umum mengurai bagaimana cara Allah menghibur Nabi Muhammad yang terkadang sedih menghadapi sikap kaumnya, terutama mereka yang mengingkari al-Qur’an, bahkan menganggap bahwa al-Qur’an hanyalah dusta yang dibuat-buat oleh Muhammad dan pengikutnya.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah GhafirAyat 1-3 (2)


Ayat 4

Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa hanya orang-orang kafir yang tidak senang kepada kebenaran, suka mendebat, menentang, dan mendustakan isi Al-Qur’an serta menuduhnya yang bukan-bukan.

Di antara perkataan mereka adalah bahwa Al-Qur’an itu hanya syair, sihir, dongeng orang-orang dahulu, atau tuduhan lainnya yang meremehkan. Padahal, sudah jelas dan diketahui oleh umum bahwa semua isi Al-Qur’an itu adalah benar.

Suatu perdebatan yang sifatnya mempertanyakan isi Al-Qur’an adalah perbuatan yang sangat tercela dan merupakan suatu kekafiran, sebagaimana sabda Nabi Muhammad:

جِدَالٌ فِى الْقُرْاٰنِ كُفْرٌ (رواه أحمد عن أبى هريرة)

Memperdebatkan isi Al-Qur’an adalah kekafiran. (Riwayat A¥mad dari Abµ Hurairah)

Adapun perdebatan yang mempersoalkan sesuatu dengan maksud untuk mencari dan menguatkan sesuatu yang hak, menjelaskan yang masih samar-samar, mengambil suatu pengertian hukum, menolak paham-paham dan kepercayaan yang menyimpang dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, serta menentang pengertian yang meremehkan isi Al-Qur’an, adalah perbuatan yang baik dan terpuji.

Bahkan, yang demikian itu adalah perbuatan yang menjadi tugas para nabi.

Pada akhir ayat ini, Allah memperingatkan Nabi Muhammad supaya jangan teperdaya dengan kemewahan yang diperoleh para penentangnya, kebebasan gerak mereka dari satu kota ke kota yang lain, berjual-beli dan berdagang seenaknya sehingga memperoleh kekayaan yang bertumpuk-tumpuk.

Bagaimanapun juga, kesemuanya itu mempunyai batas, dan sifatnya sementara paling lama sama dengan umurnya. Sesudah itu mereka akan mendapat siksaan yang amat pedih di akhirat. Firman Allah:

لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فِى الْبِلَادِۗ  ١٩٦  مَتَاعٌ قَلِيْلٌ  ۗ ثُمَّ مَأْوٰىهُمْ جَهَنَّمُ ۗوَبِئْسَ الْمِهَادُ   ١٩٧

Jangan sekali-kali kamu teperdaya oleh kegiatan orang-orang kafir (yang bergerak) di seluruh negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat kembali mereka ialah neraka Jahanam. (Jahanam) itu seburuk-buruk tempat tinggal. (Ali ‘Imran/3: 196-197)


Baca Juga : Surah Ali Imran [3] Ayat 14: Kecenderungan Alamiah Manusia Terhadap Duniawi Harus Dikontrol


Ayat 5

Pada ayat ini, Allah menghibur Nabi Muhammad agar jangan cemas dan gusar menghadapi kaumnya yang selalu menentang dan mendustakannya. Hal demikian adalah sunatullah yang berlaku pada setiap nabi dan rasul yang diutus Allah.

Kaum Nuh mendustakan Nabi Nuh, begitu pula umat-umat yang lain, telah mendustakan para nabi dan rasul yang diutus kepada mereka, seperti kaum ‘Ad, Samud, dan lain-lain. Bahkan, selain mendustakan para rasul, mereka juga merencanakan makar terhadap para rasul.

Mereka berusaha melawan para rasul mereka dan menganiaya sekehendak hati. Mereka tidak henti-hentinya menentang, mendustakan, dan mendebat rasul-rasul dengan alasan yang batil dan tak berdasar.

Di antara perkataan mereka adalah rasul-rasul itu manusia-manusia biasa seperti mereka juga, dengan maksud untuk melepaskan kebenaran, mengaburkan yang hak yang datangnya dari Allah, serta senantiasa mematikan dan memadamkan cahaya (agama) Allah, sebagaimana firman Allah:

يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّطْفِـُٔوْا نُوْرَ اللّٰهِ بِاَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللّٰهُ اِلَّآ اَنْ يُّتِمَّ نُوْرَهٗ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُوْنَ

Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai. (at-Taubah/9: 32)

Allah tidak tinggal diam melihat perbuatan jahat yang menunjukkan kebejatan akhlak mereka itu. Mereka diazab dengan siksaan yang amat pedih dan dibinasakan oleh Allah, bahkan ada yang dimusnahkan sehingga mereka seakan-akan tak pernah ada di bumi ini.

Umat Muhammad saw, terutama penduduk Mekah, dapat menyaksikan bekas-bekas kehancuran mereka sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an:

وَاِنَّكُمْ لَتَمُرُّوْنَ عَلَيْهِمْ مُّصْبِحِيْنَۙ  ١٣٧  وَبِالَّيْلِۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ ١٣٨

Dan sesungguhnya kamu (penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka pada waktu pagi, dan pada waktu malam. Maka mengapa kamu tidak mengerti? (ash-Shaffat/37: 137-138)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Ghafir 6-9


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...