BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Nuh ayat 23-24

Tafsir Surah Nuh ayat 23-24

Tafsir Surah Nuh ayat 23-24 mengisahkan bahwa pembesar umat Nabi Nuh meminta agar tidak meninggalkan berhala sesembahan nenek moyang mereka dahulu. Bahkan dalam Tafsir Surah Nuh ayat 23-24 para pembesar tersebutlah yang menyesatkan umat Nabi Nuh, sehingga di akhir Tafsir Surah Nuh ayat 23-24 ini Nabi Nuh memohon ampunan kepada Allah swt. 


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Nuh ayat 22


Ayat 23

Pembesar-pembesar umat Nabi Nuh meminta kaumnya agar tidak meninggalkan tuhan-tuhan yang telah disembah nenek moyang mereka dahulu. Mereka disuruh untuk tetap menyembah berhala-berhala mereka yaitu, wadd, suwa‘, yuguts, ya‘uq dan nasr.

Kelima berhala tersebut merupakan berhala yang paling dihormati di antara sekian banyak berhala kabilah-kabilah kaum Nuh. Masing-masing kabilah juga mempunyai berhala-berhala sendiri yang berbeda-beda satu sama lain. Dari sinilah para ulama berpendapat bahwa agama syirik mulai berkembang pada zaman Nabi Nuh. Sebelumnya, yaitu pada masa Nabi Adam dan Idris, belum ada keyakinan syirik ataupun penyembahan berhala.

Penyembahan kepada banyak berhala itu kemudian turun kepada bangsa Arab. Oleh karena itu, bangsa Arab juga memiliki berhala-berhala yang dinamai dengan nama-nama yang pernah dipakai oleh umat Nuh.

Menurut riwayat al-Bukhari, Ibnu al-Mundzir, dan Ibnu Mardawaih dari Ibnu ‘Abbas bahwa ia berkata, “Kemudian berhala-berhala itu pindah kepada bangsa Arab, maka Wadd menjadi berhala kabilah Kalb, Suwa‘ menjadi berhala kabilah Husail, Yaguts menjadi berhala kabilah Murad yang kemudian berpindah kepada kabilah Guthaif; Ya‘uq menjadi berhala kabilah Hamdan, dan Nasr menjadi adalah nama berhala kabilah Himyar.”

Di samping itu, juga terdapat berhala-berhala selain tersebut dalam ayat di atas yang disembah oleh umat Nuh, yang kemudian berpindah pula kepada bangsa Arab, seperti al-Lat, berhala kaum Tsaqif di Tha’if; al-‘Uzza, berhala kabilah Sulaim, Gathfan, dan Jusyam; Manah, berhala kabilah Khuza‘ah di Qudaid; Asaf, Na’ilah, dan Hubal, berhala-berhala yang disembah penduduk Mekah. Hubal adalah berhala yang terbesar dan teragung, menurut mereka, yang diletakkan di atas Ka‘bah. Berhala-berhala itu mereka buat sendiri untuk disembah.

Perpindahan berhala-berhala itu dari bangsa-bangsa lain ke bangsa Arab seperti diisyaratkan oleh riwayat di atas menunjukkan bahwa ajaran monoteisme yang dibawa oleh Nabi Muhammad berlaku atau bersifat universal. Ajaran itu tidak hanya untuk bangsa Arab, tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain.


Baca Juga: Kisah Nabi Nuh As dan Keingkaran Kaumnya Dalam Al-Quran


Ayat 24

Para pembesar dan pemimpin umat Nabi Nuh telah menyesatkan masyarakatnya dari jalan Allah dan mempengaruhi mereka dengan berbagai macam tipu muslihat, sehingga mereka mengikutinya. Dengan demikian, orang-orang yang datang sesudah mereka kemudian mengikuti jejak mereka, sampai kepada orang-orang Arab Jahiliah.

Doa Nabi Ibrahim berikut mengindikasikan bahwa penyembahan berhala itu terus berlangsung sampai ke zamannya. Oleh karena itulah, ia berdoa kepada Allah agar anak cucunya terhindar dari meyembah berhala tersebut. Firman Allah:

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ اٰمِنًا وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ اَنْ نَّعْبُدَ الْاَصْنَامَ ۗ  ٣٥  رَبِّ اِنَّهُنَّ اَضْلَلْنَ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِۚ فَمَنْ تَبِعَنِيْ فَاِنَّهٗ مِنِّيْۚ وَمَنْ عَصَانِيْ فَاِنَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ٣٦ 

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala. Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia. Barang siapa mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Ibrahim/14: 35-36)

Pada akhir ayat ini, Nuh berdoa agar Allah menambah kesesatan kaumnya itu. Hal itu ia lakukan karena mereka sudah zalim, yaitu ingkar dan semakin ingkar ketika dinasihati. Doa itu dimohonkan Nabi Nuh setelah melihat bahwa kaumnya tidak mungkin lagi dinasihati dengan cara apa pun.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Nuh ayat 25-28


 

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Q.S An-Nisa’ Ayat 83: Fenomena Post-truth di Zaman Nabi Saw

0
Post-truth atau yang biasa diartikan “pasca kebenaran” adalah suatu fenomena di mana suatu informasi yang beredar tidak lagi berlandaskan asas-asas validitas dan kemurnian fakta...